Is It The End? - 2

101 7 1
                                    

"Ke, Kenny?" Senyum tersbentuk seketika dibibirku dan perasaan lega menyelimuti tubuhku. Kenny berlari kearahku kemudian dia memelukku yang masih terikat kuat dikursi bodoh ini. Aku ingin membalas pelukannya, sangat ingin. Airmatapun turun membasahi wajahku, aku terlalu senang bertemu dengannya.

"Oh, Tuhan, Kenny apa kau baik-baik saja?" tanyaku padanya. Tangan Kenny menggenggam erat tanganku yang terikat di sandaran kursi.
Kenny menganggukkan kepalanya dengan mantap.
"Apa yang terjadi padamu, Athena?" Tanyanya, wajahnya menunjukkan ekspresi kalau dia khawatir. Dengan spontan aku menggelengkan kepalaku dan tersenyum, berpura-pura semuanya akan baik-baik saja.

Seorang pelayan disampingku bergerak hingga aku dapat mendengar suara gemerincing dari gelang dikakinya dan hal itu seketika membuatku sadar akan segalanya. Kenny berada di istana Evil bukanlah suatu hal yang wajah dan seharusnya aku tidak merasa senang. Seharusnya aku merasa khawatir karena itu tandanya Evil telah bertemu Kenny dan mungkin saja dia telah memanipulasi Kenny untuk mengikuti semua perintahnya. Tunggu, kemana Tuan Mitch? Hanya ada dua kemungkinan, Tuan Mitch mengkhianatiku, atau dia telah mati.
Aku menelan ludahku perlahan,
"Kenny, dimana Tuan Mitch?" Tanyaku dengan volume suara nyaris berbisik. Kenny menunduk, kemudian dia mendekatkan berjingkat, mendekatkan bibirnya pada telingaku,
"Seseorang dari istana perempuan itu menggorok lehernya diruangannya," ujarnya dengan suara gemetar. Oh, tuhan, aku yakin nyaris seratus persen Kenny melihat kejadian tersebut berlangsung dan aku merasa kasihan padanya. Kenny tidak pantas melihat semua kejahatan Evil.

"Kenny, aku harus mengatakan sesuatu kepadamu," aku perlahan melirik kearah pelayan yang berada disisi kanan belakangku. Mataku mengedarkan pandangan keseluruh ruangan yang entah kenapa jauh dari kata gelap ini. Ada dua penjaga didepan dan didalam pintu masuk, ada satu pelayan disisi kananku, dan empat penjaga di masing-masing dinding.

Kenny mencondongkan tubuhnya mendekatiku secara perlahan.
"Kenny, kau harus lari meninggalkan tempat ini, secepatnya, okey?" bisikku ditelinganya. Kenny mengangguk perlahan.
"Jangan tatap mata Evil sekalipun, jangan percaya padanya atau pada siapapun, hindari Cann dan cari Kyle, dia berada disekitar hutan Montregor, aku yakin itu," Ujarku perlahan, kuharap wanita pelayan dibelakangku tidak dapat mendengarnya dengan jelas.
Kenny menganggukkan kepalanya.
"Kau membawa belatimu?"

"Ya, aku tidak akan meninggalkannya," Kenny tersenyum manis,

"Bagus, sekarang kau harus melindungi dirimu sendiri karena aku terikat dikursi bodoh ini. Aku akan menyusulmu keluar dari sini, aku berjanji," Kenny mengangguk perlahan. Tangannya masih menggenggam erat tanganku, aku ingin memeluknya dan menciumnya untuk terakhir kalinya, mungkin, sebelum Evil mengakhiri hidupku.

"Bagaimana denganmu? Aku tidak akan meninggalkanmu, Athena," bisik Kenny, dia menunduk.
"Hey, lihat aku, dimana prajurit kecil ayah? Kau tidak seharusnya menangis, ingat, kau Stebuklas, sama sepertiku, walaupun aku tahu kau tidak begitu mengerti apa itu stebuklas, kau harus mencari tahu apa kemampuanmu, kau akan selamat, percaya padaku," ujarku lagi. Kenny tersenyum membalas senyumanku.

"Aku menyayangimu, Athena,"
"Aku menyayangimu juga, Kenny,"

Aku menatap diriku dicermin dihadapanku. Gaun putih polos hingga menyapu lantai, sepatu dengan hak kecil berwarna nyaris transparan, dan rambut hitamku yang disisir dan ditata dengan rapi oleh dua wanita yang berada disampingku.

"Ada lagi yang bisa kubantu, Nona Polysteroll?" Tanya salah seorang wanita itu.

"Bisakah kau melepaskan borgol yang berada ditanganku sekarang?" Mereka terdiam kemudian pergi meninggalkanku didalam ruangan serba putih ini,

"Anggap tempat ini sebagai kamarmu, Nona," ujar mereka sebelum benar-benar menutup pintunya.

Ya, benar. Entah apa sebabnya, Evil memindahkanku kesebuah kamar yang luas dengan dominan warna putih. Aku tidak mengerti apa yang wanita itu pikirkan. Rasanya aku seperti berada diruangan isolasi untuk menyadarkan mentalku yang sedang tidak baik.
Aku menatap pantulan bayangan diriku lagi dicermin. Benar-benar terlihat seperti diriku yang berada di mimpi. Tidak, dimimpi aku tidak menggunakan borgol aneh ini ditanganku, ini tidak sama.

The StebuklasWhere stories live. Discover now