"Athena Eleia, bangun,"
aku membuka mataku perlahan. melihat sekeliling, mencari sumber suara yang memanggil namaku. aku melihat dalam keremangan,seorang pria sedang berlutut disamping kasurku.
"Kyle?"
"ayo kita bergerak, seseorang telah masuk kedalam rumahku, entah itu pemberontak, penjarah ataupun korban lainnya," jelas Kyle. aku berdiam sebentar, dan berpikir. aku mengangguk, menandakan kalau aku mengerti. aku segera menyingkirkan selimut hangat yang nyaman dari tubuhku, dan bangun dari kasur nyaman berlubang. Dengan samar aku melihat Kyle membawa tas ransel dipunggungnya. Kyle membantuku berdiri dan kami berjalan pelan dan penuh kehati-hatian menuju lantai satu.
ada suara dari arah kamar utama. aku menahan napasku sejenak, dan kami berdiam ditempat.
"kemari," bisik Kyle dan dia membawaku masuk kedalam ruangan yang penuh dengan buku-buku yang berserakan dimanapun. Ini pasti ruang kerja seseorang. aku tidak tahu keluarga aktor membutuhkan ruang kerja juga. Kyle membuka salah satu laci pada meja diruang kerja. dia mengambil sesuatu dan mendorong sesuatu kebelakang.
"kau sedang apa, Kyle?" tanyaku berbisik.
aku dapat mendengar suara pintu berengsel karat berbunyi dibelakangku. saat aku menoleh, ada sebuah pintu kayu seukuran anak enam tahun di antara rak-rak buku berukuran raksasa.
Kyle meraih tanganku dan memintaku untuk merangkak memasuki pintu kayu kecil itu. mau tidak mau aku harus mengikuti apa yang Kyle katakan padaku. aku dapat mendengar suara klik ketika Kyle merangkak kedalam dan menutupnya. Kyle menyuruhku untuk terus merangkak mengikuti arah ruang sempit yang gelap ini dan aku mengikuti perintahnya. aku dapat melihat pintu sewarna besi ditengah kegelapan didepanku dan aku tahu itu pasti tujuan kami.
Kami berada disuatu ruangan yang sangat gelap, jalan yang dituju oleh lorong rahasia itu. sekarang aku benar-benar tidak dapat melihat apa-apa, kecuali Kyle mengeluarkan senternya dan menerangi seluruh ruangan.
"kita aman untuk sementara disini," ujar Kyle ketika dia menyinari sebuah tempat tidur dipojok ruangan.
"ini tempat apa, Kyle?" tanyaku sedikit takut. Kyle menurunkan ranselnya, dan duduk di kursi didepan meja teh.
"tempat rahasiaku," jawabnya seadanya. Kyle berjalan menuju tempat tidur itu dan merebahkan diri disana, lalu dia mematikan senternya. sedangkan aku hanya berdiam mematung didepan pintu besi, menahan dingin yang mulai merasukiku.
"kenapa kau hanya berdiri disana? memangnya kau tidak mau meneruskan tidur a la putri mu?" tanyak Kyle padaku. aku berusaha untuk dapat melihat raut wajah Kyle, tapi dengan cahaya tidak memadai, aku hanya dapat melihat tubuhnya direbahkan diatas tempat tidur saja.
"aku harus tidur dimana?" tanyaku lirih. Kyle melihat kesekelilingnya, lalu diapun bangkit dari tempat tidur. "disini," Kyle menyuruhku untuk beristirahat diatas tempat tidur yang tadi ia gunakan. "lalu, kau?" Kyle menarik kursi mendekati tempat tidur, "aku akan tidur disini, aku tidak akan meninggalkanmu," ujarnya menunjuk ke arah kursi yang tadi dia tarik. aku mengngguk, dan berjalan mendekati tempat tidur itu. aku segera merebahkan diri, dan Kyle duduk disebelahku, menyandarkan kepalanya ke kasur yang kutempati.
beberapa menit kemudian, Kyle telah terlelap dengan posissi duduk dikursinya, sedangkan aku masih berusaha untuk tertidur. Kyle pasti sangat lelah, mungkin dia tidak tidur tadi saat dikamarnya untuk membereskan barang-barang dan memasukkannya kedalam ransel yang dia bawa. bagaimana dengan orangtuaku dan adikku yang entah berada dimana, apakah mereka masih hidup? Grandmere ku? dimana mereka sekarang?
Cahaya pagi menerpa masuk melalui celah-celah kecil di atap ruangan ini. aku berusaha membuka mataku perlahan, berusaha melihat kesekeliling. aku melihat Kyle tidur tepat disampingku di tempat tidur. oh tuhan, betapa malunya aku, tidur satu tempat tidur dengan orang yang baru kukenal. aku segera bangun dan memakai topi baretku.
"Pagi, Athena.."
bagaimana dia bisa sesantai itu? kenapa aku harus gugup sendiri?
Kyle mengucek matanya pelan dan memperhatikan sekeliling, "Oh, Athena maaf, semalam aku pindah dan tidur disebelahmu, karena, well, tidur dikursi tidak senyaman yang kukira,"
tubuhku mematung ditempat, aku bahkan tidak bisa berkata apa-apa. kenapa Kyle bisa sesantai itu tidur satu tempat tidur dengan orang asing?
"a, aku mau pulang.." kata-kata itu terucap begitu saja dari bibirku yang gemetar. gemetar? kenapa aku harus gemetar?
Kyle memandangku penuh dengan perasaan bersalah, ya, tentu saja dia tahu aku tidak pernah tidur satu tempat tidur dengan orang asing manapun, dan itulah yang membuatku gugup dan gemetar. Kyle sesegera mungkin turun dari tempat tidur sedangkan aku masih duduk mematung di atas ranjang kecil itu. Kyle mengeluarkan plastik yanug berisi roti isi, "ini, kau pasti lapar, kita belum makan dari kemarin," Kyle memberiku sepotong dan dia juga memakan sepotong roti.
"terimakasih," ucapku sambil menggigit roti isi tersebut.
"Kyle,"
"Ya?"
"Setelah ini kita akan kemana?" Kyle sedang mengecek isi tas ranselnya, dia tidak mengrluarkan isi tasnya, hanya mengaduk-ngaduk dari luar.
"entahlah, aku juga tidak tahu kita harus kemana, ada ide?"
"pu,pulang, aku ingin pulang dan mengambil barang-barangku.." gagasan yang bodoh. untuk apa aku pulang? barang-barangku pun mungkin sudah menjadi sampah sekarang ini, dan makanan pasti sudah dijarah oleh orang-orang gila itu.
"hmm, baiklah, setelah itu kita kemana?"
"rumah aman, mungkin masih ada sisa tempat untuk kita," tempat. kuharap begitu. kuharap pemerintahan segera menyelesaikan peperangan biadab ini.
"oke, aku setuju," Kyle mengacungkan ibu jarinya sambil menyeringai kearahku, dan itu membuatku ingin tertawa melihat wajahnya.
Kyle mencari-cari sesuatu dibawah tempat tidur, sedangkan aku berdiri disisi lain sambil memegangi tas ransel besar miliknya. kukira dia pasti membawa pakaian cadangan. Kyle merangkak mundur, dia mengeluarkan tangga panjang untuk memanjat. Itu pasti jalan untuk keluar dari tempat ini. aku melihat ke langit-langit, tapi tidak ada apa-apa yang kulihat kecuali kayu lapuk dan tanaman rambat dimana-mana. lalu dimana jalan keluarnya?
Kyle mendirikan tangga itu ke pojok dinding. lalu dia mulai memanjatnya, dan mendorong sesuatu disisi dinding. cahaya pagi menyeruak masuk, pintu kayu itu terbuka, tanah-tanah basah bersalju menyeruak masuk keruangan sempit dibalik pintu.
Kyle segera memanjat keatas dan naik ke sisi lain, lalu dia mengambil tasnya yang kulempar dari bawah. terakhir dia membantuku naik dengan memegangi tanganku dari atas.
Rerimbunan pohon, rumput-rumput dan bebatuan yang basah akibat salju yang turun semalam adalah pemandangan pertama yang kulihat ketika aku menjejakkan kakiku di atas tanah asing itu. tapi kurasa tempat ini masih berada dilingkungan rumah Kyle, yah tentu saja.
Kyle membersihkan tangannya yang basah, mengelapkan telapak tangannya ke ujung mantelnya.
"ayo," Kyle berjalan melewatiku dan menyusuri pepohonan. Yang dapat kurasakan sekarang hanya dinginnya udara saat musim dingin.