Aku melihat wanita cantik bersisik itu didepanku, dia tersenyum dengan anggunnya.
'Kau memang yang terbaik,' dia kembali tersenyum. Aku tidak dapat menggerakan tubuhku sedikitpun. Aku menundukkan wajahku, menatap pakaianku. Aku duduk dan menggunakan gaun putih panjang hingga menutupi kakiku, sejak kapan aku memakai gaun ini? Aku mengangkat wajahku lagi, menatap sekeliling, tidak ada apapum yang dapat kulihat, hanya hitam dan wanita itu. Aku ingin bertanya, tetapi mulutku terasa terkunci dengan rapat.
'Lihat dirimu, kau yang terbaik, wajahmu yang tercantik, dan rambutmu yang terindah,' ucapnya lagi. Aku tidak mengerti dengan apa yang wanita ini katakan. Aku membuka mulutku untuk berbicara, tapi tidak ada sedikitpun suara yang keluar dari mulutku.
Wanita itu mengangkat tangannya, berusaha menggapai wajahku,
'kau tidak keberatan bukan, jika aku mengambilnya?' tunggu, mengambil apa? Apa maksudnya?
Tangan wanita itu menuju pipiku, senyumnya berubah menjadi senyum licik, apa dia akan mengambil wajahku? Apa dia akan membunuhku? Jari wanita itu menyentuh wajahku, dia berteriak dan melangkah mundur,
'Aaargh! Keparat!' Wanita itu menghisap jarinya dan menatapku dengan tatapan sinis. Dia mendesis kearahku, aku dapat melihat deretan giginya yang sangat tajam. Dia mendesis lagi dan bergerak dengan cepat mendekatiku,
'lihat apa yang kau lakukan padaku, jalang,' Wanita itu menunjukkan tangannya yang bersisik. Tangannya terlihat seperti terbakar di beberapa bagian. Apa aku yang membuat luka bakar itu? Bagaimana bisa?
'Aku akan membalasmu, Jalang,' wanita itu tersenyum licik dan menyentuh wajahku dengan kedua tangannya. Rasa panas tiba-tiba menyelimuti wajahku yang disentuhnya, rasanya benar-benar panas, seakan membakar kulitku. Hentikan! Hentikan sekarang juga! Ini menyakitkan!
"Athena!" kabut hitam mengelilingi penglihatanku, kemudian berubah warna menjadi putih dan remang-remang aku dapat melihat sekitarku. Aku bernafas dengan perlahan, ada selang yang menyambungkan masker di hidung dan mulutku dengan tabung oksigen. Aku berusaha menggeser kepalaku dan melihat sekeliling. Kyle, dia berada disisiku, menggenggam erat tanganku. Apa yang terjadi padaku? Ah, wanita bersisik itu, aku melirik kesekitarku dan tidak menemukannya, kuharap aku hanya bermimpi. Aku berusaha menyentuh wajahku dengan tangan kananku yang terbebas. Tidak ada luka, hanya aku merasakan lapisan logam. Lagi, aku melapisi diriku dengan logam, bahkan ketika aku tertidur sekalipun. Aku menarik lepas masker yang membantuku bernafas, Kyle tersenyum kecil melihatku, raut wajahnya terlihat lelah.
"A,ada apa?" tanyaku. Kyle menggelengkan kepalanya, lalu menundukkan wajahnya, mencium punggung tanganku yang digenggamnya sejak tadi.
"Jangan tinggalkan aku," bisiknya, membuatku sedikit malu. Ada apa? Kenapa Kyle mendadak romantis? Apa dia menyukaiku?
Kyle tertawa kecil, kemudian dia mengusap pipiku dengan punggung tangannya,
"Ya, aku menyukaimu, Athena, kau nyaris membuatku ingin bunuh diri," Apa? Kyle gila?
Aku menggelengkan kepalaku dengan lemah. Aku memaksa diriku untuk bangkit dari posisi tidurku dan duduk. Kyle membantuku.
Aku mengedarkan pandanganku, aku telah berada dikamarku dan Kyle di Abatis. Yang terakhir kuingat adalah aku berada di Rotten, bersama dengan stebuklas lain.
"Apa yang terjadi?" tanyaku pada Kyle. Kemudian aku menyenderkan kepalaku pada kepala tempat tidur.
"Kau nyaris mati," ucapnya, dia kembali mengecup punggung tanganku.
"Aku tahu kau tidak begitu mengingatnya, tapi terimakasih, kau telah menyelamatkan Alice," Kyle tersenyum. Menyelamatkan Alice?
"Menyelamatkan Alice dari apa? Bencana?" Kyle mengelengkan kepalanya pelan.