Kurasa kami telah jalan kurang lebih selama hampir tujuh puluh lima menit. Tungkai kakiku mulai terasa sakit akibat udara yang dingin yang menusuk tulangku, "Kita sudah sampai di Penny Avenue, tinggal jalan beberapa blok lagi untuk sampai ke Country Avenue, tempat tinggalmu," Aku hanya mengangguk dan memaksa kakiku untuk terus berjalan. Aku tidak mengerti kenapa kami berjalan sangat amat lama sedangkan Country Avenue hanya empat blok dari pusat kota. Kurasa Kyle mengambil jalan memutari hutan disekitar kota. kami terus berjalan sampai disekitar Country Avenue. Jalanan disini sangat sepi, hanya ada percikan darah tanpa korban yang tertinggal, aku berjalan perlahan menuju kerumahku. Kyle mengikuti dibelakangku, dia melihat-lihat sekitarnya, seakan ini adalah kali pertamanya ke Country Avenue. Aku membuka pintu rumahku yang penuh lubang perlahan, padahal tanpa pintupun aku dapat masuk, melalui jendela. "ini, rumahmu?" tanya Kyle. aku mengangguk dan melihat sekeliling rumah. sangat berbeda dengan sebelumnya. hanya dalam waktu kurang dari duapuluh empat jam saja bentuk rumahku sudah sulit untuk dikenali. pertama-tama aku langsung berlari ke kamarku dilantai atas, untuk mengecek ponselku dan benar saja, ada banyak panggilan tidak terjawab dari orangtuaku, mereka masih hidup. syukurlah. aku berusaha menelpon Ibu dan Ayah, tapi sinyal di ponselku benar-benar kosong. bagaimana bisa sinyal kosong disaat genting begini? sial. ponsel, senter, beberapa pakaian ganti, buku dari Ayah, dan makanan sudah kumasukan kedalam tas ranselku. Dan Revolver. ya, aku juga memasukkan revolver ke bagian tasku yang dapat kujangkau dengan mudah dan tentu aku juga memasukan beberapa kotak peluru kedalam ranselku. Ayah memang memberikanku Revolver, tapi dia menyimpannya selama ini ditempat yang dia pikir aku tidak tahu, tapi nyatanya aku tahu dimana revolver itu berada, sisi dalam dinding kamar orangtuaku. aku mungkin masih berumur muda, tapi Ayah telah mengajarkanku cara menggunakan revolver dengan baik dan aku pun melakukannya dengan baik pula. "Sekarang, kita akan kemana?" tanyaku, seraya memasang earmuffku. Kyle memakan Milky Way yang ada di lemari makananku yang tersisa sedikit. aku segera memasukkan semuanya kedalam tas ranselku, dan sebagian kedalam selipan di tas ransel Kyle. "Aku tidak tahu pasti, tapi kenapa kita tidak menyalakan televisi dan melihat apa yang terjadi diluar sana sekarang?" ujarnya, mengambil remote televisi dan duduk di sofa penuh robekan dan lubang. Bodoh, tidak akan ada listrik dirumah yang sudah hancur begini. "tidak ada listik, Kyle," ujarku sembari menekan saklar lampu, tentu tidak ada sedikitpun cahaya yang muncul dari bohlam yang telah menjadi serpihan kaca. aku dapat mendengar Kyle mendengus pelan. "Well, aku benar-benar tidak tahu kemana sekarang, bagaimana kalau kau mulai memikirkannya juga?" terdengar suara derap kaki diluar sana. mereka sedang berpatroli. aku segera menarik tangan Kyle dan berlari secepat mungkin menuju dapur, menyingkirkan karpet yang berada disisi kulkas, mengangkat pintu kayu yang berada dibawahnya. aku dan Kyle segera melompat turun, menutupnya dan menguncinya. "berapa lama kita akan disini?" "sampai mereka selesai melakukan patroli," ujarku. "bagaimana kau bisa tahu kalau mereka melakukan patroli?" Buku, tentu saja aku ingat setiap bagian yang tertulis dalam novel yang menjadi kenyataan itu. "hanya menduga-duga," jawabku sekenanya. Kyle hanya mengangguk.