Sudah lima hari ini aku tinggal sendiri dikamarku dan Kyle.
Mr. Mitch belum juga mengirimkan pasukan untuk menyelamatkan St Level 3. Aku jadi tidak yakin mereka masih hidup.
Aku merindukan Kyle seperti aku merindukan orangtuaku. Ah, mengingat orangtuaku, bagaimana kabar mereka? Apa mereka tidak mengkhawatirkanku? Apa mereka baik-baik saja bersama Kenny disuatu tempat entah dimana itu?
"Athena?" Karen mengetuk pintu kamarku. Aku segera meraih mantel biru dongkerku dan memakai baret hitamku, lalu berjalan keluar.
"Ayo," aku menarik Karen menuju lapangan tempat kami berlatih.
Hari ini salju turun lebih lebat dari sebelumnya, membuat lapangan besar yang seharusnya berumput ini menjadi lapangan yang diselimuti salju yang sangat tebal, bahkan cuaca hari ini bisa dikatakan sebagai badai salju.
"Dimana kita latihan?" tanyaku pada Karen, menyadari tidak ada seorangpun dilapangan.
"Aula utama, ayo," Karen membawaku memutari lapangan, menuju sayap barat dari Abatis. Sudah lebih dari seminggu dan aku belum juga berhasil menghafal dan berpetualang didalam Abatis yang luar biasa besar dan lebar ini.
Kami sudah berada di Aula utama, dan seluruh stebuklas muda sudah berkumpul disini dengan Genre mereka masing-masing dan ketua mereka masing-masing.
"Kemari Athena, sekarang giliranmu bertarung dengan Margoth," Torch memanggilku. Aku bertarung dengan Margoth? Yang benar saja! Bisa-bisa aku mati terkena COD-nya!
Baru saja aku membuka mulut untuk mengatakan kalau aku keberatan, Torch sudah menyelaku dengan kata-kata pedasnya,
"jangan jadi pengecut, Polysteroll," Aku mendengus kesal, berjalan dan berdiri tepat didepan Margoth. Dia memasang kuda-kudanya yang benar-benar tidak terlihat seperti sedang memasang kuda-kuda. Dia hanya sedikit membungkuk dengan tangan mengepal disisi mata.
Aku berdiri tegak, tidak memasang kuda-kuda karena menurutku aku tidak memerlukan kuda-kuda, toh aku akan kalah juga dengannya. Aku hanya berharap dia mengeluarkan Trisulanya sebagai senjata pertamanya. Aku melepaskan baretku dan juga mantelku, melemparnya kelantai.
"Satu!" aku menarik nafasku panjang-panjang dan membuangnya melalui mulutku.
"Dua!" Margoth menatapku lekat-lekat, sesaat ada cahaya ditangannya dan terbentuklah senjata di tangannya yang tergenggam di dekat matanya. Oh tuhan, perkiraanku salah, dia mengeluarkan CODnya.
"Tiga!" aku segera membentuk busurku ditangan kiriku, dan kemudian terdengar suara berdesing busurku menahan COD Margoth yang mengarah tepat kearah tanganku. Margoth melangkah mundur ke posisi awalnya dan berposisi siap dengan serangan. Aku melapisi tanganku dengan Osmium-Uranium - logamku.
Margoth bergerak dengan sangat cepat maju menyerangku dengan CODnya membuatku kewalahan. Aku memaksakan diriku menangkap CODnya dan melemparnya, kemudian aku melompat kearahnya, menjegal kakinya, membuat Margoth kehilangan keseimbangan dan segera membanting tubuh Margoth seperti salah satu tehnik Judo yang kulihat di televisi dulu.
"1-0 untuk Athena,"
Margoth berjalan mengambil CODnya kemudian menyimpannya entah dalam bentuk apa. Ronde keduapun dimulai. Margoth bergerak dengan sangat amat cepat, kemudian menubrukku hingga jatuh, belum sempat aku membuat perlindungan, Margoth sudah mengarahkan trisulanya yang entah sejak kapan berada di tangannya kearah leherku,
"1-1 untuk Margoth,"
Margoth bangkit dan mengulurkan tangannya, membantuku untuk berdiri dan aku menerimanya. Dia berjalan keposisi awalnya dan kembali memasang kuda-kudanya. Aku menepuk-nepuk sisi kaosku, kemudian berdiri kembali ke posisi awal.