Abatis - 2

419 14 5
                                    

Lorong gelap yang panjang menyambutku ketika aku membuka pintu, hanya ada sedikit cahaya temaram dari lampu dinding disekitar lorong. "Halo?" Seruku, memastikan apakah ada orang lain selain diriku disekitar sini Dan aku tidak mendengar suara balasan apapun selain echo dari suaraku dilorong. Aku bahkan dapat mendengar langkah sepatuku dilorong sunyi ini, tidak ada seorangpun di lorong ini, hanya aku. Aku memperhatikan ornamen-ornamen unik yang terukir disepanjang lorong. Ada sebuah lukisan besar, bergambar seorang pria berjanggut dengan tampang berwibawa mengangkat pedangnya. Lalu lukisan berikutnya menggambarkan sesuatu yang tidak pasti, ada gambar seorang pria menusuk serigala, lalu seorang wanita memakai tudung kepala dan kedua tangannya menengadah ke langit, berikutnya kutemukan lukisan wanita berparas cantik sedang menarik busur panahnya. Benar-benar lukisan yang tidak biasa. Aku terus berjalan dilorong itu sampai aku menemukan pintu yang sedikit terbuka. Aku mengetuknya, tapi tidak ada jawaban. Aku mendorong pintu itu perlahan dan masuk kedalam ruangan tersebut. Menakjubkan, ruangan ini benar-benar besar dan terlihat sangat tua. Aku melangkah perlahan, memperhatikan sekeliling. Ada sofa untuk tiga orang didepan perapian disisi kananku, lalu rak buku yang jumlahnya lebih dari enam dan beberapa meja kerja dan kursi yang ditata berbentuk elips. Kurasa ini adalah perpustakaan atau semacamnya. Terlihat kuno karena dia tidak memiliki komputer, iMac ataupun semacamnya seperti yang kulihat di perpustakaan sekolahku. Aku berjalan mendekati rak buku itu lalu melihat-lihat buku apa yang bisa kubaca. Hampir semua bukunya sangat tebal, lebih dari seribu halaman kurasa. Aku berjalan mengitari meja kerja, entah apa yang kulakukan, aku juga tidak mengerti tapi ruangan ini terasa nyaman untukku.

"Pardon?" Pintu ruangan ini terbuka, dan seorang pria memakai jas putih masuk keruangan. Aku. terkejut dan melangkah mundur, "eh, ma,maaf aku akan segera keluar," Aku segera mengambil langkah cepat berjalan menuju kearahnya dan melewatinya, "tunggu," aku berhenti, dan menoleh kearahnya,

"Maaf, sungguh aku tidak tahu kalau aku tidak boleh masuk keruangan itu," ujarku panik. Aku sangat takut jika pria ini mengatakan pada yang lain dan aku akan terkena hukuman. Tapi dia hanya menatapku lekat-lekat, "haha jangan panik begitu," dia berjalan perlahan kearahku, membiarkan pintu yang sebelumnya dia buka tertutup kembali. "Kau tidak dilarang masuk keruangan itu, kau boleh masuk dan keluar dari ruanganku sesukamu," dia menyeringai dan mendekat, semakin mendekat dan aku tetap berdiri ditempat. "Siapa namamu, cantik?" Dia memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

"A, aku A-"

"Sedang apa kau disini?" suara itu tidak asing bagiku, Kyle. Aku melihatnya dari balik pundakku, "Kyle," Aku berjalan cepat kearahnya membelakangi pria yang mendapatiku masuk keruangannya.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Kyle, lagi ketika aku tepat berada didepannya,

"a, aku berfikir untuk mencari telefon untuk menghubungi orangtuaku," Aku menundukkan wajahku, merasa bersalah entah karena apa. Kyle menghela nafasnya, "Jangan khawatir mereka akan baik-baik saja, percaya padaku," Kyle mengusap pipi kiriku, membuat wajahku terasa memerah. Aku mengangguk, berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang terjadi pada orangtuaku.

"Nah, ayo, aku punya sesuatu yang harus kutunjukkan padamu," Kyle menarik tanganku, dan berjalan menuju kearah kedatangannya dan mendadak berhenti,

"Hey, torch, dia bersamaku, maaf kalau dia telah masuk keruangan pribadimu," Kyle menunduk seakan meminta maaf dan akupun turut serta. Pria itu hanya menaikkan sudut bibirnya dan berjalan menuju ruangannya.

Aku dan Kyle berjalan menyusuri lorong gelap dengan lampu seadanya ini menuju entah kemana, hanya Kyle dan tuhan yang tahu.

"Kita kemana?" tanyaku, berjalan disisi Kyle,

"Ada yang harus kutunjukkan padamu, dan juga kutanyakan," Kyle membuka pintu di sisi kanan lorong. Ada Red, Jake, pria berambut biru, Alice dan beberapa orang lain. Mereka terkesiap ketika aku berjalan masuk,

The StebuklasWhere stories live. Discover now