Langit-langit IC adalah hal pertama yang kulihat setelah aku memaksakan diriku untuk membuka mataku perlahan. Berikutnya aku mendengar suara yang memberitahukan kalau aku sudah sadar, dan wajah Kyle lah yang menjadi hal kedua yang kulihat.
"Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang sakit? Joe bilang kau baik-baik saja," Ah, Joe, BH yang satu tim dengan Grey. Aku menggelengkan kepalaku pelan, "Ya, aku baik-baik saja, terimakasih Grey," aku tersenyum kecil dan dia membalasnya. Aku menatap wajah Kyle, dan pandangan mata kami bertemu. Dia terlihat berbeda dari biasanya, dia terlihat lebih murung. Tangannya menggenggam erat tangan kiriku. Kemudian Kyle membantuku duduk dan memberikanku botol air mineral dan sedotan didalamnya agar mempermudahku untuk minum.
"Kau kenapa?" tanyaku padanya, setelah selesai meminum dari botol air mineral yang dipegang oleh Kyle. Dia menggelengkan kepalanya lalu tersenyum tipis dan kembali membantuku untuk memposisikan diriku pada posisi tidur. Kemudian Kyle menarik selimut tebal dari batas perutku hingga menyelimuti hingga batas daguku dan menemaniku terus, tidak meninggalkanku sedetikpun.
Barang-barangku telah kukeluarkan dari dalam tas ransel kecil yang kupinjam dari Kyle dan aku mulai menyusunnya dilemari. Well, lemari yang aslinya pun milik Kyle. Kami berbagi lemari. Sepertinya berbagi dengan Kyle sudah menjadi kebiasaan sejak perang ini dimulai. Ya, Kami sudah kembali ke Abatis dan ini terasa sangat menyenangkan.
Sesuatu yang terasa keras dan tebal menyentuh tanganku. Aku segera menarik benda tersebut. Ah, tentu saja aku tahu itu benda apa. Buku That Day was Coming yang ayahku berikan padaku.
Aku menatap buku yang telah menemaniku selama ini sebelum peperangan ini terjadi. Tidak, situasi ini lebih tebat disebut dengan kiamat kecil ataupun pembantaian masal. Aku merasakan sesuatu yang aneh pada buku ini. Aku tahu buku ini memang bagian dari Messengerku, tapi buku ini tidak hanya semakin tebal dengan halaman yang entah tiba-tiba menempel darimana, tetapi juga beberapa halaman yang sudah lamapun terlepas dari tempatnya.
Bahkan halaman yang memiliki kata-kata yang menurutku sangat indahpun terlepas entah bagaimana caranya. Aku bahkan sudah berminggu-minggu tidak menyentuh buku ini.
Aku mengambil lembarannya dan membaca kata-kata indah itu lagi dalam hati,
'Semuanya bersemi seperti musim semi telah datang dan musim dingin telah hilang. Bunga, daun, hewan keluar dari tempat persembunyiannya dan menunjukkan siapa yang berkuasa pada alam. Hingga Wanita itu datang dan memendam semua keindahan itu membuat seorangpun tidak dapat menggapainya-'
"Kitten, apa yang kau lakukan?" Kyle menutup pintu dibelakangnya dan berjalan menuju ranjang dan menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang masih dengan tatapannya padaku yang duduk didepan lemari. Aku membalas tatapan matanya dan mengangkat lembaran yang terlepas dari buku, menunjukkannya padanya,
"Membaca hal yang paling membuatku bahagia dulu," ujarku padanya. Kyle menyernyitkan keningnya, bingung. Aku pribadi juga bingung dengan maksud perkataanku, tapi masa bodoh.
"Buku ini selalu membuatku senang sejak aku mendapatkan buku ini, Kyle," ujarku lagi. Aku menatap buku dengan ratusan halaman didalamnya yang kini berada di pangkuanku, buku yang menemaniku sepanjang waktu dulu. Aku bahkan tidak ingat kapan aku pernah meninggalkannya dikamarku saat aku pergi dulu. Tapi sekarang buku ini tergeletak begitu saja didalam tas ranselku. Aku rindu masa laluku-
Ah, aku teringat, aku harus memberikan buku album yang ada ditas ranselku pada Kanna.
Aku merapihkan pakaianku yang akat sedikit didalam lemari kemudian aku meraih buku album milik Kanna dan bangkit dari dudukku, menuju pintu keluar.
"Kau mau kemana?" Kyle bangkit dan duduk dari posisi berbaringnya.
"Memberikan buku ini pada Kanna," aku mengangkat buku tersebut kemudian melangkah pergi meninggalkan kamarku dan Kyle, menuju ke ruangan SW. Kurasa Kanna akan berada disana.