Save Us - 3

373 11 0
                                    

Manusia asing itu memakan daging mentah dari tubuh manusia lain yang telah dia bunuh, seketika aku merasa telah melihat wajah Kenny diantara tumpukan bangkai tak berbentuk didepan mataku. Kenny, adikku. Kakiku secara spontan membawaku berlari mendatangi tumpukan bangkai itu, tapi ada sesuatu yang menahanku, rantai. Aku dirantai? Sejak kapan? Siapa yang merantaiku?

"Ibu! Ayah! Tolong aku," jeritku tertahan. Tidak ada seorangpun yang membantuku. Bagaimana bisa hanya aku sendiri saja yang dirantai? Apakah setelah ini aku yang akan menjadi santapan mereka? Aku menarik-narik rantai yang membelit dikakiku, aku menangis ketika menyadari sekumpulan manusia asing itu mendatangiku, mereka membawa gergaji, katana, pisau daging, dan lain-lain yang membuatku merasa ingin bunuh diri. Aku menangis semakin keras, bagaimana bisa Kyle tega meninggalkanku sendirian? Dia adalah satu-satunya harapanku sekarang. Dia yang berada bersamaku sejak kejadian ini, sekarang dia malah meninggalkanku dalam keaadaan terikat rantai seperti ini. Aku tidak dapat menahan teriakan histerisku ketika para manusia asing itu berjalan mendekatiku. Seseorang menarik-narik tanganku, tapi kakiku tetap terikat oleh rantai besi yang sangat kuat,

"-Thena!" seseorang memanggil namanku,mataku segera mencari sumber suara itu, "Athena!" itu suara Kyle! Dimana dia sekarang?

"Athena!" aku dapat mendengar suaranya semakin keras dan-

"Bangun, Athena!" Aku membuka mataku perlahan, berusaha melawan silaunya cahaya bohlam kecil diruangan itu.

"Kyle," bisikku, perlahan. Dia berada disampingku, melepaskan genggaman tangannya pada lenganku. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Kau bermimpi buruk lagi, ya?" Kyle mengusap pipiku, apa yang dia lakukan? Dia mengusap air mataku. Apakah aku bermimpi buruk lagi sampai-sampai aku menangis?

Aku mengangguk, menunjukkan bahwa dia benar. Aku telah bermimpi buruk, sangat buruk. Dia bahkan ikut meninggalkanku,

"kau meninggalkanku," bisikku pelan. Suaraku seakan tercekat,

"apa?"

"kau meninggalkanku, aku sendirian disana, ada mayat adikku disana, orangtuaku menghilang, jangan hilang, kau tidak boleh ikutan menghilang," ujarku pelan. Bukan, bukan aku yang ingin mengatakannya, hatiku yang spontan mengatakannya. Airmataku tiba-tiba mengalir. Bagaimana bisa aku menangis di depan orang yang belum terlalu kukenal, bahkan aku belum pernah menangis didepan sahabatku sendiri. Sekarang, kenapa aku harus menangis didepan dia? Tapi, airmataku tidak mau berhenti ketika ingatan tentang mimpiku terus mengalir didalam otakku.

"aku tidak akan meninggalkanmu, Athena, aku janji," ucap Kyle, mengelus kepalaku. Aku mengangguk, setengah percaya padanya, pada orang yang terus bersamaku selama kurang lebih empat puluh delapan jam ini.

"Kau tahu, aku tidak pernah mengingkari janjiku, Athena, lagi pula, tanggung jawabku satu-satunya adalah kau, jadi kau harus percaya padaku, okay?"

Aku kembali mengangguk. Ya, aku mempercayaimu, Kyle Blakestonne.

Ketika aku bangun, Kyle sudah tidak ada diranjangnya. Sepertinya menjadi Pekerja Sosial mengharuskannya untuk bangun pagi. Pukul 08.19, sudah waktunya bangun untukku. Aku bangkit dari ranjangku, mengecek kembali ponselku. Sia-sia, tidak ada pesan maupun panggilan dari siapapun, kemana sinyal itu pergi ketika kami dibawah tanah?

Aku berjalan di koridor, menuju entah kemana. Hanya ada beberapa orang di koridor, mereka berjalan ke arah ruang makan, sedangkan aku berjalan kearah sebaliknya. Ada sekumpulan militan didepanku, mereka sedang membicarakan sesuatu dengan serius,aku terus berjalan melewati mereka,

"Kita harus mengambil jalan lain, kita tidak bisa terua hidup didalam tanah, para cann itu harus dibunuh, kita harus menghabisi mereka,"

'Tidak semudah itu, mereka memiliki senjata yang lebih canggih dari yang kita miliki, walaupun aku belum tahu pasti bagaimanaa bentuknya,"

The StebuklasWhere stories live. Discover now