Kami berjalan di bawah rindangannya pepohonan di country avenue. berjalan secepat yang kaki kami bisa lakukan untuk sampai di pusat pengamanan kota tanpa diketahui oleh makhluk-makhluk asing itu. aku masih tidak mengerti bagaimana bisa makhluk asing itu berada di kotaku ini. kenapa harus kotaku? buku "That day was coming", buku yang ayah berikan padaku itu benar-benar menceritakan apa yang terjadi pada dunia khayalan sang penulis. tapi kenapa harus jadi kenyataan, di kotaku?
"hey, kau seperti memikirkan sesuatu," ujar Kyle mengejutkanku. aku menggelengkan kepalaku, berbohong, menunjukan bahwa aku tidak memikirkan apa-apa. aku mempercepat langkahku, sampai akhirnya aku melihat segerombolan makhluk aneh itu berada di rerimbunan hutan kota, mencincang manusia-manusia kurang beruntung yang berada di jalanan. Mereka makan manusia? tapi mereka berbahasa seperti kami, kanibalkah?
aku dan Kyle segera berlindung dibalik pohon yang kami rasa cukup untuk menyembunyikan ukuran tubuh kami.
jantungku berdetak lebih cepat daripada yang seharusnya. bagaimana kalau aku dsn Kyle dicincang seperti mereka sebelum kami mati? bagaimana kami bisa selamat? bagaimana kami bisa mencapai pusat pengamanan di pusat kota? pertanyaan demi pertanyaan terus berkecamuk di kepalaku. genangan darah mengalir di tanah hutan kota, bau amis darah merebak memasuki penciumanku. rasanya aku ingin muntah, tapi aku tidak bileh muntah hanya karena darah. aku menatap Kyle di sisi lain, menutup mulutnya rapat-rapat. aku menarik nafas panjang dan menahan nafasku. aku melipir ke sisi lain pohon, dan berpindah ke pohon lain. Kyle melihatku, dan aku memberinya isyarat agar mengikuti caraku untuk melewati mereka.
semakin dekat posisiku dengan bangkai tulang manusia, penduduk kotaku, penduduk kotaku yang tercinta. bau darahpun semakin menyengat. makhluk apa sebenarnya mereka itu?
ketika posisiku dan Kyle semakin dekat dengan makhluk itu, aku merasakan kalau salah satu dari mereka merasakan keberadaan kami didekat mereka. aku dapat melihat dari ujung mataku kalau salah satu dari makhluk itu mengangkat senjatanya dan berjalan meninggalkan kelompok dan berjalan kearah kami. tanpa kusadari aku sudah menahan nafasku, menahan diriku dari pergerakan apapun. Kyle benar-benar tak bergerak sama sekali, bahkan dia tidak terlihat bernafas sedikitpun. makhluk itu berjalan melewatiku, disisi kananku. berjalan begitu saja, seakan dia tidak melihat keberadaanku yang berada di pohon disisi kirinya. Mereka manusia, aku yakin mereka manusia dan mereka kanibal. Dia menggunakan semacam topeng aneh yang menyeramkan yang pada awalnya membuatku berpikir kalau dia adalah monster. aku memandangi punggungnya yang berjalan perlahan meninggalkanku dan Kyle tetap ditempatnya. Apa dia benar-benar tidak melihat kami? Ini aneh.
Sejauh kami melangkah, kami belum melihat para kanibals lagi. mungkin tempat yang kami lewati tadi adalah tempat berkumpulnya mereka. aku mengeluarkan botol minumku dan meneguk sedikit air, Kyle juga melakukan hal serupa denganku. aku dan Kyle duduk di gang sempit yang basah dipusat kota. terlalu sepi untuk kami untuk mengetuk pintu rumah aman yang terbuat dari besi itu. jadi kami memutuskan untuk beristirahat beberapa menit di gang sempit ini. aku mengeluarkan ponselku dan mengeceknya, tidak ada pesan singkat, email maupun panggilan dari siapapun. kami pikir ini sudah saatnya kami mengetuk pintu besi itu demi mencari keselamatan. kami berjalan perlahan mendekati rumah aman. memperhatikan jalan besar yang dingin oleh tumpukan salju. aku mengetuknya perlahan. dengan terkejut aku melangkah mundur ketika sinar infra merah melakukan scanning pada kami. pintu besi itu terbuka. aku tahu, aku tidak mengetuk pintu rumah aman manapun, aku mengetuk pintu pusat keamanan kota. jika mereka sadar kami bukan makhluk itu mereka akan dengab segera membukakan pintu untuk kami, seperti yang buku itu ceritakan. buku itu benar-benar memberitahukan apa yang terjadi pada kota ini, bagaimana bisa buku tanpa nama penulis ini menetahui semuanya, sebenarnya siapa penulis buku ini? kenapa bisa ayah mendapatkannya dan menghadiahkannya kepadaku?
kami berjalan perlahan memasuki pintu besi itu. seorang prajurit kota berseragam abu-abu tua mendatangi kami, dia memberikan kami handuk besar untuk kami, lalu dia menunjukan jalan menuju rumah aman yang berada di bawah kota. Prajurit itu menanyakan apakah kami terluka , apakah kami memiliki penyakit tertentu dan lain-lain yang kami berdua jawab dengan tidak.