"Aku tidak tahu kalau para bajingan itu telah menjarah rumahku," kami telah sampai di capdane street, perumahan orang-orang berharta lebih. rumah Kyle lebih kacau daripada rumahku. semuanya berantakan. serpihan kaca ada dimana-mana, bahkan aku tidak tahu lagi yang mana yang jendela dan yang mana yang pintu. aku mengikuti Kyle tepat dibelakangnya ditengah kegelapan rumah tanpa lampu. rak bukunya yang besarpun berantakan. buku-bukunya sebagian terkoyak dan terjatuh dari tempat asalnya.
"rumahku kacau," bisik Kyle pelan, mengekspresikan rasa ketidak percayaan dengan apa yang dia lihat. aku hanya terdiam dan memperhatikan sekeliling.
"ma,maaf," ujarku sebisanya. Kyle menatapku sebentar, aku tahu dia sedang kesal sekarang, aku tidak tahu apa yang harus lakukan. Dan lagi aku baru mengenalnya lima jam lalu.
"bukan salahmu, ayo keatas," Kyle berjalan menuju lantai dua dan aku mengikutinya. lantai dua ternyata lebih baik dari yang kukira, hanya ada beberapa guci pecah dan barang-barang yang berserakan dan.. darah?
aku dan Kyle berhenti sejenak di depan genangan darah yang agak mengering itu. darah itu mengarah ke jendela, dan aku melangkah mengikuti jejak darah itu. ada mayat dibawah sana, mayat seorang wanita, "Mrs. Fitzgerard!" seru Kyle dengan keras. dia segera berlari turun menuju halaman belakang, tempat mayat itu tergeletak. aku hanya berdiri di ambang jendela tempatku berdiri tadi, aku tidak mengikuti Kyle. aku dapat melihat Kyle memanggil-manggil nama wanita tua itu dan menggoyang-goyangkan tubuhnya berharap wanita tua itu kembali sadar.
"bagaimana?" tanyaku, ketika Kyle menaiki anak tangga. Dia menggelengkan kepalanya pelan, mengusap matanya perlahan. wanita itu pasti sudah meninggal.
"kemari, kau bisa menggunakan kamar ini untuk sementara," Kyle membuka pintu. aku dapat melihat sebuah ruangan yang sangay besar dengan ranjang berukuran queen ditengahnya, dengan banyak lubang di antara seprai berwarna kuning yang terlihat pucat tanpa adanya cahaya lampu dan kasurnya. lubang yang diakibatkan oleh senjata para pemberontak itu. terbersit rasa takutku pada senjata-senjata laknat itu. aku menelan ludahku dengan susah payah.
"maaf, aku benar-benar tidak menyangka kalau kamar tamu ini akan menjadi seberantakan ini," ucap Kyle lesu. Tentu saja, mereka semuakan menembaki rumahnya dari segala arah seperti yang mereka lakukan terhadap rumahku.
"Tidak masalah, terimakasih," yah setidaknya masih ada selimut yang terkoyak tidak terlalu parah di dalam sana. aku berjalan masuk kedalam ruangan itu dan Kyle meninggalkanku.
kamar ini sangat besar, bahkan lebih besar daripada ruang keluarga dirumahku.
aku menjatuhkan tubuhku di ranjang besar penuh lubang itu dan meraih selimut berlubang untuk menghangatkanku. aku bahkan tidak ingat untuk melepas mantel dan baretku, dan tentu saja sepatu boot kulitku.
cahaya rembulan tidak terlihat lagi, awan telah menutupinya. membuatku semakin mengantuk..