Aku berdiri ditengah-tengah ruangan serba putih. Aku menatap sekelilingku, hanya ada cermin di dinding disisiku sejauh mataku memandang. Aku melihat cermin dan menatap bayanganku sendiri. Aku memakai gaun putih seperti yang sebelumnya kulihat dimimpiku. Gaunku menutupi kakiku yang telanjang diatas ubin berwarna putih bersinar ini. Rambut hitamku tergerai rapih, seolah-olah seseorang telah menatanya. Tunggu, apa yang sebenarnya kulakukan disini?
Aku melangkahkan kakiku kemanapun,dan aku dapat melihat bayangan diriku dicermin mengikuti kemanapun aku pergi dari sudut mataku. Tentu saja, cermin itu ada disepanjang dinding dan ruangan panjang ini serasa tidak ada habisnya.
Apakah ini hanya mimpi? Ataukah ini kenyataan?
Aku mencubit hidungku dengan keras, unutuk membuktikan apakah ini mimpi atau bukan. Terasa cukup sakit, apa itu artinya ini nyata?
Aku mendengar suara seseorang memanggilku, suara ibuku. Aku menoleh kebelakang, menoleh kesumber suara. Ada ibu dan ayahku disana. Ibuku tidak mati. Ayahku tidak mati.
"Ibu?" seruku. Ibu memakai gaun berwarna putih yang menjuntai kelantai, rambut pendeknya terlihat rapih. Ibu tersenyum padaku, aku dapat melihatnya.
"Ayah?" Aku berjalan mendekati orang tuaku. Ayahku memakai jas berwarna putih. Ayah melambaikan tangannya padaku. Dia terlihat lebih tua dari kejauhan sejak terakhir kulihat. Aku merindukan mereka. Aku tidak dapat menahan airmataku lagi. Aku segera mempercepat langkahku menuju orangtuaku. Mereka tersenyum membuatku benar-benar senang.
Tangan Ibu terulur kearahku, menyambutku untuk memeluknya. Aku berlari sekuat tenaga, semakin dekat aku dengan mereka, senyum mereka semakin melebar. Aku mengulurkan tanganku berusaha menyentuh tangan ibuku secepat mungkin. Ketika tanganku menyentuh telapak tangan ibu, sekelilingku berubah menjadi hitam dan gelap. Aku tidak peduli, Orangtuaku memelukku erat dan aku juga memeluk mereka dengan erat. Ibu mengedarkan pandangannya kesekeliling sedangkan ayahku menatapku dan tersenyum. Ibu mengatakan sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar dari bibirnya. Hanya mulutnya saja yang bergerak.
"Apa?" tanyaku. Ibuku mengulangi perkataannya, tapi aku lagi-lagi tidak dapat mendengarnya. Tiba-tiba orangtuaku menjauh dariku, aku berusaha menggapai mereka yang juga berusaha menggapaiku, tapi orangtuaku mendadak menghilang. Aku panik, aku bernafas dengan cepat. Aku melihat sekelilingku tidak ada apa-apa kecuali warna hitam. Aku memanggil orang tuaku berkali-kali tapi tidak ada respon apapun. Aku terduduk dilantai hitam, membenamkan wajahku dalam telapak tanganku dan menangis dan aku merasa oksigen mulai menipis sehingga membuatku sesak nafas. Aku mau orangtuaku. Aku ingin kembali, aku tidak ingin berada disini. Aku tidak ingin berada didunia penuh fantasi ini.
Aku merasa seseorang datang mendekatiku. Aku mengangkat wajahku menatap lurus kedepan.
Pandanganku yang kabur perlahan menjadi terang dan jelas. Evil. Wanita itu berada dihadapanku. Dia tersenyum dengan angkuh. Aku berdiri dan menatapnya dengan geram.
"Kembalikan orangtuaku!" teriakku padanya. Evil hanya diam dan mendekatiku, senyum angkuh diwajahnya menghilang dan dia menggeser tubuhnya kekanan, membiarkanku menatap lurus kedepan. Oh tuhan, orangtuaku!
Kakiku terjerat oleh sesuatu berwarna hitam dibawah kakiku. Aku tidak bisa berlari mendekati orangtuaku. Aku menjerit memanggil orangtuaku. Mereka tergantung diudara dengan darah diseluruh tubuh mereka. Ayahku mengedipkan matanya, dia masih hidup, dia menatapku dan tersenyum. Aku menangis menjadi-jadi, ibuku disampingnya sudah tisak bernyawa, gaun dibagian perutnya tersobek mengeluarkan banyak darah. Aku dapat mendengarnya mengerang kesakitan. Aku tidak tahan.
Aku berusaha memajukan tubuhku, tapi sia-sia, jerat dikakiku tidak terlepas sedikitpun dan tidak membiarkanku maju semilipun.
Aku masih melihat ayahku, dia mengucapkan sesuatu ditengah erangannya, ucapan yang berusaha kumengerti.