Save Us - 2

380 14 0
                                    

Aku dan Kyle mendapat kamar yang sama di rumah aman. Kamar berukuran seadanga dengan satu ranjang tingkat dengan satu lemari kecil. Kyle memilih ranjang atas dan aku memilih ranjang bawah. aku menggantung mantelku di belakang pintu dan Kyle melakukan hal yang serupa. Aku mengganti pakaianku dengan pakaian yang disediakan di rumah aman. kaos lengan panjang berwarna dan celana Camo berwarna dominan abu-abu. Mereka benar-benar menyiapkan pakaian yang pantas, tidak seperti pengungsian pada umumnya yang hanya memberikan pakaian seadanya. kota kami memang termasuk kota yang kaya karena hasil minyak buminya, tak salah jika pakaian di pengungsian termasuk bermerek.

"Athena Eleia," panggil Kyle ketika aku sedang memilah-milah pakaian yang diberikan oleh para pekerja sosial yang berada di rumah aman atau pengungsian ini.

"Ada apa?" tanyaku, masih sibuk memilih. aku dapat melihat dari ujung mataku dia sedikit menggeleng, "tidak," lalu dia pergi keluar, meninggalkanku dikamar sendiri.

Aku berjalan menyusuri lorong, banyak kamar yang kosong di dekat kamarku, dan banyak orang yang berkeliaran di lorong. antara para pengungsi, pekerja sosial, maupun tentara. Ketika aku berjalan dilorong tanpa aku tahu kemana arah tujuanku, aku mendengar suaran bel, bel yang menandakan waktunya makan malam. aku tidak tahu bagaimana waktu bisa berjalan secepat itu.

Para pengungsi berbondong-bondong berjalan menuju ruang makan yang aku tidak tahu dimana itu. Aku mencari-mencari keberadaan Kyle ditengah kerumunan pengungsi. Ketika aku sedang mencari-cari Kyle, seorang petugas sosial menghampiriku dan memintaku untuk mengikuti para pengungsi menuju ruang makan dan akhirnya aku pun menurutinya karena sampai sekarang aku masih belum dapat menemukan keberadaan Kyle.

Aku berjalan membawa baki yang berisi makanan, mencari kursi yang kosong. Banyak sekali kursi yang kosong di ruang makan yang sangat lebar ini, aku tidak mengerti kenapa terlalu banyak kursi kosong. Apa mungkin karena para kanibal itu telah mencincang sebagian dari penduduk kota Charrye ini?

Aku duduk di meja panjang yang benar-benar masih kosong.

Ketika aku duduk, beberapa orang mulai duduk di meja yang kududuki.

Ketika aku meneguk jus kalengku, aku merasa melihat Kyle. Aku segera berdiri dan mataku mulai mencari diseluruh penjuru ruang makan yang sangat lebar dan besar ini, tapi aku tidak lagi melihatnya sehingga akhirnya aku duduk kembali.

"Hey," seorang perempuan menyapaku, dia duduk disebelahku. perempuan berwajah manis dengan hidung mancung, berkulit putih langsat khas asia, berambut ikal berwarna coklat. Aku menolehkan wajahku kearahnya, "Ya?" balasku.

"Maaf, apa kau Athena Pollysterol dari Chez Highschool? Aku seperti pernah melihatmu disana,"

"Oh, ya benar, aku memang dari Chez Highschool, apa kau seniorku?" tanyaku balik,

"Oh, Hi, Athena, senang sekali aku bisa bertemu denganmu disini, tidak-tidak aku bukan seniormu, kita seangkatan," wajahnya terlihat senang, aku tidak tahu kenapa, tapi aku hanya membalasnya dengan senyuman.

"Maaf, aku mungkin tidak sopan, namaku Carol, Carol Cozzier, Murid CHS dari kelas Sains, senang berkenalan denganmu, Athena," aku mengangguk,

"Aku Athen-" "Cukup, aku sudah tahu siapa kau, kau Athena Eleia Pollysterol, Murid CHZ paling berbakat dari kelas Sains 2, benarkan?" berbakat? berbakat dalam hal apa? aku hanya tertawa kecil dan mengangguk menyetujui perkataannya walaupun aku tidak tahu sebenarnya aku berbakat dalam hal apa.

Penduduk Kotaku memang ramah, selama aku berjalan, selama itu juga mereka menyapaku dengan senyuman maupun kata-kata. Aku berjalan membawa baki makananku yang telah kosong ke tempat pencucian piring. Aku heran kenapa Kotaku menyiapkan rumah darurat seperti ini, apakah sebenarnya mereka sudah tahu dengan tragedi ini? Tragedi penyerangan dari manusia pemakan manusia yang menghabisi seisi kota. Ketika aku berjalan menuju kamarku, aku melihat seseorang yang sudah tidak asing lagi bagiku, seorang pria berambut hitam pekat, bertubuh tinggi dan tegap, bermata lebar, berhidung mancung. Kyle.

Aku berjalan menghampirinya dan menepuk pundaknya,

"Oh, Hey, Athena, kau sudah makan malam?" tanyanya ketika berbalik kearahku. Ada sesuatu yang mengundang mataku, dia mengenakan ikatan di lengannya, berlambangkan huruf S dan W, SW? Social Worker-Pekerja Sosial? Apa Kyle bergabung dengan para pekerja sosial di rumah aman ini?

"Ya, sudah, kau sendiri?" tanyaku balik, walaupun aku masih memperhatikan ukiran-ukiran pada lambang di ikatan di lengannya,

"Well, belum, agak sibuk tadi, mau menemaniku mengambil jatah makan malam?"

"Ya, ya tentu," jawabku seadanya,

"oh, maaf aku lupa bilang kalau aku bergabung dengan tim pekerja sosial di rumah aman ini dan meninggalkanmu dikamar sendiri tadi," ujar Kyle setelah akhirnya menyadari tatapanku pada ikatan di lengannya. Aku mengangguk, menandakan kalau aku mengerti, yah walaupun aku tahu karena melihat ikatan

di lengannya. Aku dan Kyle berjalan menuju ruang makan setelah Kyle selesai membantu wanita tua yang lupa keberadaan kamarnya. Kyle menawariku sekaleng jus jeruk, tapi karena aku sudah kenyang, aku menolaknya dengan sopan. Aku menemani Kyle memakan makan malamnya diruang makan besar ini. Hanya beberapa pekerja sosial dan pengungsi lain yang masih berada disini.

"Kau sudah menghubungi orangtuamu?" tanya Kyle tiba-tiba. Benar, aku belum menghubungi orangtuaku karena tidak ada sinyal dibawah sini. Aku menggeleng pelan dan sedikit tersenyum memaksa, "Kau sendiri? Sudah menemukan keluargamu?" tanyaku balik.

Ekspresi wajahnya tertahan, tapi lalu dia menyungggingkan senyum diujung bibirnya, "Ya, aku menemui kerabatku, tapi aku belum menemukan orangtuaku, mungkin mereka berada di ruangan yamg jauh dari kamar kita," jawabnya santai. Yah, mungkin dia benar, mungkin orangtuaku dan adikku juga berada di kamar yang jauh dari kamarku dan Kyle. Kyle telah menyelesaikan makan malamnya, kami berjalan kembali ke kamar kami. Selama dilorong, orang-orang menatap Kyle dan tersenyum pada kami. Yah, aku tahu mereka pasti tahu kalau Kyle adalah anak dari aktor dan aktris terkenal, pasangan Blakestonne. Kyle hanya membalas senyuman orang-orang dan terus berjalan bersamaku menuju kamar kami.

"Kau tahu, Athena, para pasukan militer agak kebingungan dengan situasi yang kota kita alami, para dokter dan suster yang selamat sebenarnya ikut membantu, tapi jumlah pengungsi lebih banyak dari yang diperkirakan," keluhnya sembari membaringkan diri di ranjang diatas ranjangku.

"Well, Kyle, aku memiliki bocoran atas semua kejadian yang kita alami, bocoran secara umumnya," ujarku ketika aku mulai memikirkan cerita yang ada dalam buku tanpa penulis yang ayah berikan padaku.

"Maksudmu?"

"Yah, kau mungkin tidak akan percaya, tapi sebenarnya aku juga sudah mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya pada kota ini," ucapku asal. Kyle menundukkan kepalanya kearahku diranjang bawah, "Apa maksudmu yang sebenarnya?" tanya Kyle penasaran. Aku diam sejenak, sembari berpikir kata-kata apa yang akan kukeluarkan agar Kyle percaya padaku.

"'Kicauan burung menghilang, keadaan kota berawal dengan kesepian hingga menjadi seperti kumpulan semut dijatuhi air, seakan sepi telah tertelan bumi,'" ujarku, mengingat kata-kata pada awal cerita di novel itu. "Itulah yang terjadi saat pertama penyerangan itu terjadi, awalnya kota di pagi hari awal musim dingin selalu sepi kan? Lalu kau ingatkan setelah itu langsung terjadi keramaian di seluruh penjuru kota bukan?" ujarku sebelum Kyle sempat bertanya. Kyle mengangkat sebelah alisnya, aku tahu kalau aku benar, "lalu? apa maksudmu dengan kata-kata itu?" tanyanya lagi,

aku mengangkat bahuku, "bukan apa-apa, hanya kiasan," ujarku sembari membaringkan tubuhku diatas ranjangku. Aku menarik selimut dan mematikan lampu yang aku tidak mengerti bersumber darimana dengan saklar disisi ranjangku. "Selamat malam,"

The StebuklasWhere stories live. Discover now