14

1.5K 93 0
                                    

Satang berjalan kesana kemari siang itu sambil melihat arloji di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 1 siang menunggu Winny yang hari ini akan pulang setelah satu bulan lamanya pria itu ditugaskan untuk bekerja di luar kota.

Dengan semua makanan dan dekorasi yang sudah dia siapkan dengan matang dan turut serta mengundang Fourth, Gemini dan juga Marc yang sudah membantunya mempersiapkan semua itu.

Dengan perasaan yang sudah tak sabar lagi, Satang terus saja melihat ke arah pintu utama yang sengaja dia buka untuk kedatangan kekasihnya.

Gemini merangkul Fourth sambil melihat Satang yang terus menunggu sedari pagi tadi di dekat tangga yang sedikit jauh dari ruang tamu. Sebenarnya Fourth sudah tidak tahan melihat sahabatnya tersebut namun dia juga tidak bisa mengungkapkan yang sebenarnya kepada Satang.

Fourth membalikkan badannya memeluk Gemini dengan Marc yang bingung dengan keduanya.

"aku gak bisa liat satang Gem, bawa aku pergi dari sini" ujar Fourth kemudian Gemini mengelus rambutnya dan membawa Fourth ke taman belakang rumah meninggalkan Marc yang masih berdiri disana memperhatikan Satang.

"gem kita jahat sama Satang, kita tau p'winny gak akan pulang tapi kenapa kita biarin satang menderita di depan kita" ujar Fourth.

"tapi ini permintaan p'winny, kita gak bisa bilang semuanya sama satang Fourth. Aku juga gak tega liatnya tapi apa yang bisa kita lakuin selain nutupin semua ini?" jawab Gemini

Satang terduduk menyenderkan tubuhnya ke sofa, melihat layar ponselnya dan mencoba menghubungi Winny namun pria itu sama sekali tidak menjawab pesan bahkan nomornya pun tidak aktif.

Wajahnya terlihat resah sambil menggigit kuku dengan pikiran yang entah kemana arahnya karena saat ini dia hanya bisa menunggu Winny untuk pulang ke rumah.

Satang melihat Marc yang juga tengah memperhatikannya lalu memalingkan wajahnya lagi menatap keluar namun sama sekali tidak ada tanda kedatangan seseorang ke rumahnya.

'

"arghhh" teriak Winny ketika dia berusaha berdiri dari kursi rodanya.

Dia terduduk kembali kemudian mengacak rambutnya melihat kenyataan bahwa kakinya belum pulih karena masih banyak proses pemulihan yang belum semua dia selesaikan.

"walaupun bukan hari ini, aku harap kamu bisa nunggu sampe waktu itu tiba satang" ujar Winny menatap jendela kamarnya yang berada di rumah sakit itu.

Winny memukul kedua kakinya menahan amarah yang sudah lama ini ia pendam sendiri, memikirkan bagaimana kehidupan Satang jika dia tidak ada.

"satang aku kangen, sungguh aku kangen kamu" lirihnya sambil melihat layar wallpaper nya yang terlihat foto satang disana.

'

"p'winny" teriak satang berjalan ke arah pintu yang sengaja dia buka.

"p'winny" teriaknya lagi.

"ngga! kamu gak mungkin ninggalin aku! p'winny" satang berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya melihat sudah hampir seharian ini dia menunggu winny.

"Satang" panggil Marc yang langsung berjalan menghampiri satang yang sudah terduduk di depan pintu.

"Marc kamu bilang kalo hari ini p'winny bakal pulang, mana?! mana p'winny! kapan dia pulang Marc?" ujar satang yang menangis memukul dada bidang Marc di depannya.

Marc melihat keluar dan hari sudah mulai gelap namun tidak ada tanda kedatangan winny sama sekali ke rumah itu. Jika bisa, dia benar-benar ingin memukul Winny karena sudah membuat Satang menangis seperti ini.

"satang" panggil Fourth yang berlari diikuti oleh Gemini menghampirinya.

"telpon P'winny Fourth, tanyain ke semua orang kenapa dia gak pulang" ujar Satang menggoyangkan lengannya memohon.

"kita tunggu sampe besok ya" timpal Gemini.

"ngga gem! p'winny gak mungkin ngelanggar janjinya! dia pasti pulang hari ini aku yakin"

"mungkin dia sibuk dan gak bisa pulang hari ini, kita tunggu sampe besok oke?" bujuk Gemini lagi.

'tolong temenin dia fourth, jangan sampai dia lakuin hal berbahaya'

Air mata Winny tiba-tiba saja terjatuh ketika dia melihat video yang dikirimkan oleh Fourth, melihat Satang yang tengah tertidur dengan wajah yang sangat terlihat sehabis menangis itu.

Harusnya dia tidak pernah membiarkan Satang menangis histeris seperti yang dibayangkannya. Ternyata dia gagal, dia gagal untuk membahagiakan kekasih tersayangnya.

Winny melempar handphone sembarang ke atas sofa yang berada di sampingnya, dia sungguh tidak tega melihat wajah satang. Dia berusaha mengangkat kakinya dan menginjakkan ke lantai kemudian berusaha untuk berdiri dari kursi rodanya namun dia terjatuh karena kakinya masih dalam keadaan lumpuh.

"arghhhh!" teriaknya yang sudah terjatuh di lantai sambil mengacak rambutnya.

Seorang suster yang tengah berjalan dan mendengar teriakan Winny pun langsung masuk dan membantu nya untuk berbaring di kasur. Tatapannya kosong membuat suster yang membantunya langsung keluar untuk memanggil dokter.

"winny" panggil ayahnya Fourth setelah salah satu suster memanggilnya.

Dokter mengecek kondisi Winny yang membaik hanya saja perlunya kesabaran untuk melakukan terapi pada kakinya. Sebenarnya winny sudah bosan melihat ruangan ini namun dia sungguh tidak bisa apa-apa.

"kamu harus istirahat, jangan terlalu memikirkan banyak hal. Besok jadwal kamu terapi, jangan kurang tidur" ujar ayahnya Fourth selaku dokter yang menanganinya.

Winny tak menjawab apa-apa, tatapannya masih menatap jendela itu membuat dokter merasa sangat iba melihatnya. Dia menghela nafas dan menepuk pelan pundak Winny yang tak bergeming sedikitpun.

"sus tolong bantu dia ya, kalo ada apa-apa telpon saya" ujar ayahnya Fourth kemudian keluar dari ruangan.

"kapan saya bisa jalan lagi?" tanya Winny ketika suster tengah merapikan selimutnya.

"jangan lewatin jadwal terapinya pak, bapak jangan stress dan yakin kalo nanti pasti bisa jalan lagi" jawab suster yang terlihat sudah berumur itu.

Winny membalikkan tubuhnya memunggungi suster tersebut tanpa memperpanjang perbincangannya sampai suster tersebut keluar dari kamarnya.

•~•

My possessive boyfriend | WinnySatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang