15

1.5K 94 4
                                    

Satang mengerjapkan matanya dikala sinar matahari pagi masuk ke celah jendela kamarnya membuat dirinya terbangun dari tidurnya. Matanya sulit sekali untuk dibuka akibat tangis semalam bahkan baju kemarin yang niatnya dipakai untuk menyambut winny kini masih ia pakai.

Matanya sembab dan kesadarannya mulai datang mengingat bahwa winny tidak mengabarinya dan tidak pulang di waktu yang sudah ditentukan.

"p'winny"

Satang berteriak keras sampai seorang pria yang tengah membuat nasi goreng di dapur menghentikan aktifitasnya mematikan kompor dan berlari mengunjungi Satang.

Ya, pria itu Marc.

Gemini dan Fourth baru saja keluar untuk pulang ke dan mengganti pakaian setelah semalaman itu mereka bertiga menginap di rumah Satang untuk menemaninya, takut jika nanti Satang melakukan hal bodoh.

Marc memutuskan untuk tinggal sebelum Gemini dan Fourth kembali, dia memasak sarapan untuknya dan Satang namun teriakan dari lantai dua kamar satang terdengar jelas membuat dia panik dan langsung menghampiri satang.

"satang tenang dulu" ujar Marc yang langsung memeluk tubuh satang yang terduduk di kasur.

"mana? aku udah nunggu sampe hari ini tapi apa? dimana p'winny marc?!"

Marc menghela nafas setelah melepaskan pelukannya dan melihat waja satang yang begitu sedih. Marc tidak bisa mengatakan apa-apa karena dia pun tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Winny. Dia hanya bisa menemani Satang dan menenangkannya tanpa tau apa yang harus dia lakukan.

Setelah cukup tenang, Marc membawakan sepiring nasi goreng ke dalam kamar lengkao dengan susu hangat dan air putih untuknya.

"aku gak laper marc, kamu makan aja" ujar satang yang malah kembali berbaring dan menarik selimutnya menutupi hampir seluruh tubuhnya.

"dari semalem kamu belum makan satang" uvap Marc

"setidaknya kamu sarapan dulu, isi dulu perutnya nanti bisa-bisa kamu sakit" lanjutnya.

"siapa yang mau peduli? pacar ku juga gak peduli dan malah pergi ninggalin aku" timpalnya dengan tatapan kosong.

"aku lagi pengen sendiri" lanjutnya.

Jika sudah seperti itu marc tidak berani untuk memaksa Satang dia keluar menuruti apa yang dikatakan Satang bahwa dia ingin sendiri dan tidak boleh ada yang menganggunya.

"loh marc? satang bangun?" tanya Fourth yang datang sendiri karena Gemini ada jadwal kuliah.

"gw coba bujuk dia buat makan tapi dia gak pengen diganggu" jelas Marc sambil berjalan menuju ke meja makan menyimpan nampan yang berisi sepiring nasi goreng dan 1 gelas air putih dan gelas lain yang berisi susu hangat, semuanya masih utuh tak tersentuh bahkan termakan oleh Satang.

Fourth menghembuskan nafas kasar kemudian menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamar Satang. Terlihat satang yang masih dengan posisi berbaring tertutup selimutnya, matanya terbuka dengan tatapan kosong.

"lo boleh sedih tapi lo juga harus jaga kesehatan" ujar Fourth berdiri di tepi kasur.

"biarin gw mati kelaparan aja, gak ada yang peduli sama gw" timpal Satang membuat Fourth kemudian keluar dari kamarnya.

"marc, lo pulang aja biar Satang sama gw" ujar Fourth kemudian Marc mengangguk.

"kalo perlu bantuan langsung kabarin gw aja" ucapnya kemudian Fourth mengangguk dan akhirnya Marc pergi meninggalkan rumah Satang.

Fourth duduk sambil berpikir apakah dia harus pergi mengunjungi Winny sendiri hari ini?

Namun tak butuh waktu lama baginya untuk berpikir, dia keluar dan menaiki mobilnya tanpa izin kepada Gemini dan langsung tancap gas menuju rumah sakit.

Fourth menelpon Marc, dia mengatakan bahwa dia ada urusan untuk mengunjungi orang tuanya dan meminta Marc untuk pergi ke rumah Satang nanti malam. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata dan jalanan terlihat normal tidak ada kemacetan sama sekali.

"sus pasien yang ada di kamar ini kemana ya?" tanya Fourth ketika dia melihat bahwa Winny sama sekali tidak ada di ruangan rawatnya.

"pak winny sedang di ruang terapi" ujar Suster tersebut kemudian Fourth duduk di kursi yang berada di depan ruangan winny menunggu pria itu.

Hampir satu jam dia menunggu Winny selesai dengan terapinya kemudian seorang pria datang dengan kursi roda yang di dorong oleh seorang suster.

"Fourth" panggil Winny.

"sama saya aja sus" ucap Fourth kemudian suster itu mengangguk.

Fourth mendorong kursi roda Winny masuk ke dalam kamarnya kemudian menutup pintu.

"apa ada yang mau kamu bicarain sama saya?" tanya Winny kemudian Fourth mengangguk.

"satang...

ucapan Fourth menggantung, winny menatapnya serius menunggu Fourth melanjutkan perkataannya.

"apa yang terjadi sama satang?" tanya Winny yang penasaran.

"Dia ngurung diri di kamar bahkan makan pun dia gak mau" lanjut Fourth.

Winny menghembuskan nafas pelan, bingung dan khawatir pada kekasihnya itu. Jika dia ada, dua tidak mungkin membiarkan Satang menderita seperti itu.

"saya bingung Fourth, saya gak tau apa yang harus saya lakukan" timpal Winny karena bagaimanapun juga dia tetap teguh dengan pendiriannya bahwa dia tidak ingin satang mengetahui kelumpuhannya dan membuat pria nya khawatir kepadanya.

"lakuin apapun yang kamu bisa tanpa harus memberi tau kondisi saya" lanjut Winny.

Sebenarnya Fourth bingung kenapa setidak mau itu Winny memberitahu satang mengenai kondisinya? Dia yakin bahwa Satang akan menerima Winny, cinta satang kepada Winny tidak mungkin hilang hanya karena kondisi Winny yang lumpuh.

Fourth berpikir bahwa jika satang mengetahui hal itu, Satang akan merawatnya, bukankah akan lebih baik jika dirawat oleh orang yang dicintai?
Sungguh, Fourth masih sangat bingung namun dia hanya bisa menuruti apa yang Winny amanahkan kepadanya.

•~•

My possessive boyfriend | WinnySatangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang