~Satu Tahun Kemudian~
Satang nenyenderkan kepalanya kepada Marc sambil memakan es krimnya di sebuah taman kota malam minggu itu. Marc sengaja mengajak Satang untuk mencari udara segar.
Tepat satu tahun keduanya menjalin hubungan, Marc menepati semua janjinya dengan selalu ada untuk Satang dan tidak pernah meninggalkan Satang walaupun dia sibuk. Perlakuan Marc yang tulus membuat Satang luluh dan mempercayai cintanya. Butuh waktu cukup lama untuk membuat Satang percaya walaupun mereka sudah lama berpacaran.
"aku ke toilet sebentar ya" ujar Satang.
"ayo aku anter"
"toiletnya deket, kamu tunggu disini" ujar satang sedikit tertawa melihat Marc yang selalu ingin mengantarnya kemanapun dia pergi. Jarak toilet yang dekat membuat satang tersenyum karena Marc ingin mengantarnya.
Akhirnya Satang beranjak pergi ke toilet, Marc memperhatikan Satang yang berjalan sendiri sampai pria itu hilang dari pandangannya. Sepertinya kemanapun Satang pergi membuat Marc khawatir takut jika terjadi sesuatu pada kekasihnya.
Satang keluar toilet umum dengan perasaan yang lega kemudian berjalan kembali dimana Marc duduk menunggunya.
bruuk
Satang terjatuh menabrak pria yang berjalan dari arah yang berlawanan. Marc refleks melihat ke belakang dan langsung menghampiri Satang lalu membantunya berdiri.
"maaf" ujar pria yang menabraknya dengan topi dan kacamata yang dipakainya membuat Satang tidak melihat jelas wajah pria tersebut.
"udah ga usah marc, aku gakpapa" ucap Satang menahan Marc yang hendak mengejar pria yang menabrak Satang.
"sakit? ada yang luka gak?" tanya Marc mengecek seluruh tubuh Satang lalu pria itu menggelengkan kepalanya.
Satang melihat ke arah pria yang menabraknya berjalan menjauh darinya. Cara berjalan pria itu mengingatkan dia kepada cinta lamanya, bahkan bentuk tubuh tersebut membuat dia tidak melepaskan pandangannya.
"kita pulang aja ya, udah malem" ucap Marc kemudian Satang mengangguk dan menggenggam tangan Marc, berjalan menuju tempat dimana mobilnya diparkirkan.
Sepanjang perjalanan itu Satang sangat diam melihat jalanan kota di malam yang cerah, Marc yang sadar pun melirik sekilas ke arah Satang yang hanya diam saja.
"kenapa hm? kakinya sakit?" tanya Marc memegang tangannya.
Satang menatapnya dan menggelengkan kepala memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja. Dia menyenderkan kepalanya ke pundak Marc dan menggenggam tangannya sangat erat membuat Marc khawatir.
"ada yang ganggu pikiran kamu?" tanya Marc lagi memastikan bahwa kekasihnya itu benar-benar baik-baik saja.
Satang diam tidak menjawab, dia tidak ingin mengatakannya bahwa sebenarnya dia teringat akan Winny yang merupakan cinta lamanya. Dia sadar sebenci apapun dirinya terhadap Winny namun ketika ada satu hal kecil yang mengingatkan dia akan hal itu membuat hatinya sangat lemah.
Setibanya di rumah, Marc membantu Satang membawa beberapa kantong belanja milik Satang setelah sebelum ke taman mereka mampir ke supermarket untuk membeli beberapa makanan yang sudah habis di kulkas Satang.
Satang duduk di atas sofa menunggu Marc menaruh belanjaannya di dapur. Dia menyalakan TV kemudian tak selang beberapa lama akhirnya Marc kembali dan duduk di sampingnya.
Serial yang ia tonton memperlihatkan pasangan yang tengah berciuman mesra. Satang melihat ke arah Marc yang fokus menatapnya kemudian mendekatkan wajahnya sampai hembusan nafas keduanya sangat terasa.
Ciuman itu sedikit mengobati pikirannya yang teringat akan Winny, dia kembali mengontrol diri dan menyadarkan dirinya bahwa masa sekarang adalah masanya bersama Marc. Namun kelemahannya membuat dia membayangkan bibir lembut Winny yang dulu sering menciumnya.
"s-satang"
suara itu menyadarkan keduanya dan melepaskan tautan bibirnya kemudian melihat Winny berdiri di ambang pintu dengan koper di sampingnya. Satang terlonjak kaget dan refleks melepaskan ciumannya kemudian berdiri memastikan bahwa pria di ambang pintu itu adalah Winny.
"P'Winny" ujar Satang ketika Winny berjalan dan menarik kerah baju Marc bersiap untuk menonjok pria itu.
"LEPASIN DIA PHI!" teriak Satang mendorong tubuh Winny dan berdiri tepat membelakangi Marc untuk melindunginya.
"Berani lo sentuh pacar gua hah?!" bentak Winny menunjuk Marc.
"aku gak terima dia sentuh kamu satang! apa yang dia kasih sampe kamu mau ciuman sama dia?! bilang sama aku!" Ujar Winny dengan emosi yang menggebu.
"satang aku tau kamu gak semudah itu, jawab aku! APA YANG DIA KASIH SAMPE KAMU NYERAHIN DIRI KAMU KE BAJINGAN SIALAN INI?!"
plaak
Tamparan keras berhasil mendarat di pipi Winny, dia meraba pipinya yang terasa panas itu dan menatap Satang yang sudah menamparnya dengan tatapan marah dan mata yang sedikit memerah.
"KAMU! KAMU YANG BAJINGAN PHI! KEMANA KAMU SELAMA INI?! KEMANA JANJI-JANJI KAMU ITU HAH?! KAMU TAU SEMENDERITA APA AKU? SESAKIT APA AKU? SE FRUSTASI APA AKU? MIKIR PHI!" bentak satang yang kini sudah mengeluarkan air matanya.
"satang, aku bisa jelasin semuanya" ujar Winny hendak memegang tangannya namun dia dengan cepat langsung menepisnya.
"AKU UDAH GAK BUTUH PENJELASAN KAMU PHI! KITA GAK ADA HUBUNGAN APA-APA LAGI"
"ada alasan kenapa aku pergi, apa kamu pikir aku gak mikirin kamu sedikit pun? Butuh waktu lama buat aku ngambil keputusan ini, apa yang kamu rasain akupun ngerasain juga satang"
"AKU GAK PEDULI DAN AKU GAK PENGEN DENGER PENJELASAN KAMU! PERGI ATAU AKU PANGGIL SATPAM BUAT USIR KAMU?!"
"satang... satang aku yakin perasaan kamu masih sama. Aku sayang kamu, aku cinta kamu, dan aku gak mau kehilangan kamu. Kamu juga kan? kamu sayang aku kan?" ujar Winny menggenggam tangannya memohon.
"satang aku mohon dengerin penjelasan aku sebentar aja" lanjutnya terduduk di hadapan Satang dengan penyesalan yang dirasakannya.
"cinta apa yang kamu maksud phi? kalo iya kamu cinta, kamu gak mungkin ninggalin aku tanpa kabar kayak gini! sekarang aku udah bahagia dan aku juga mohon sama kamu jangan pernah muncul di depan aku!"
Beberapa satpam datang dan berusaha mengusirnya dari rumah Satang, Winny berdiri menatap Satang yang menangis. Dia tidak bisa melihat pria kecil itu mengeluarkan air matanya apalagi dia yang menjadi penyebabnya.
Satang menangis dan memeluk Marc, dia masih tidak menyangka Winny akan kembali namun sayang perasaan bencinya semakin tumbuh ketika dia melihat wajah pria brengsek itu tak seperti ketika dia hanya mengingat dan merindukannya tetapi kemunculan Winny justru membuat rasa bencinya mengalahkan hatinya.
Tangisnya semakin menjadi, membayangkan betapa kejamnya Winny yang meninggalkannya begitu saja satu tahun yang lalu. Apa cinta yang Winny maksud? Apa arti semua itu? semua hanyalah omong kosong!
Marc tidak bisa berkata-kata lagi, dia mengelus punggung satang dan berusaha menenangkannya. Dia mengerti perasaan Satang karena jikalau dia ada di posisinya dia juga akan merasakan hal yang sama. Marc melepaskan pelukannya setelah Satang sudah cukup tenang dan menghapus air mata di pipinya kemudian mencium kening pria di hadapannya itu.
Dia sama sekali tidak marah kepada Satang, memang membutuhkan waktu lama untuk terbiasa tanpa seseorang yang pernah sangat kita cintai. Marc sama sekali tidak menuntut apapun dari Satang, dia sangat mengerti perasaan Satang. Cukup dengan Satang yang ingin mencoba keluar dari zona mengerikannya dan mengajaknya untuk membuka lembaran baru saja sudah lebih dari cukup untuk Marc.
•~•
KAMU SEDANG MEMBACA
My possessive boyfriend | WinnySatang
FanfictionSeorang Satang Khitthiphop, mahasiswa teknik tahun kedua yang ceria dan lucu tetapi harus memiliki pacar seorang Winny Thanawin yang merupakan CEO dari perusahaan besar yang terkenal sangat cuek dan posesif terhadapnya. Kenakalan Satang membuat Winn...