Bunyi alarm membuat Kartika mengerenyit. Menatap ponselnya, ia sadar bahwa sudah saatnya ia bangun. Semalam, bukannya tidur, Kartika malah mencari tahu soal Kian dan Adrianna.
Kian ternyata seterkenal itu. Ke mana saja Kartika selama ini? Lelaki satu itu bahkan sudah mendunlang ratusan ribu pengikut di Instagram dan jadi kesukaan ibu-ibu. Macho, katanya.
Terkait hubungannya dengan Adrianna, keduanya memang pernah beberapa kali tertangkap berduaan, tetapi, tak ada yang membuat klarifikasi apapun. Banyak yang bilang bahwa ayah dari Adrianna, Erick Frasser merupakan salah satu investor dalam restoran Kian.
Ah, entahlah! Yang jelas, aktivitas itu malah membuat Kartika tidak bisa tidur sama sekali karena kepikiran. Aksi yang sia-sia. Untuk apa memikirkan lelaki yang jelas-jelas sudah jadi milik orang. Come on, Tika! Come on!
Dengan gontai, ia mengangkat tubuh sebelum menuju kamar mandi, menggosok gigi dan mencuci muka sekenanya.
Masih dengan kaos usang dan celana pendek, perempuan satu itu berjalan ke arah dapur di rumah kakaknya. Rumah itu masih begitu sepi. Jelas semua orang masih tidur mengingat mentari bahkan baru menyembulkan cahaya kecil di ufuk timur.
Kaki Kartika berjalan seraya tangannya mengikat rambut pendeknya asal ke atas. Namun, baru mendekat ke arah lorong, dahinya berkerut melihat lampu dapur yang menyala.
Mungkin, Bibi. Itu pikirnya.
Kartika memang meminta tolong asisten rumah tangga Gayatri untuk membantu lantaran tak sanggup mengerjakan semuanya sendirian untuk pesanan sebanyak itu. Baking assistant-nya akan datang sekitar jam enam nanti untuk membantu membuatkan perintilan acara seperti Cake Pops, hors d'oeuvres, hingga mignardises. Sementara kue utama akan Kartika kerjakan sendiri.
"Loh, Bi, sudah mulai dulu—" Kalimat Kartika terhenti ketika ia menginjakan kaki di dapur.
Matanya tertumbuk pada seorang lelaki bertubuh kekar dengan kaos abu yang tampak sempit di tubuhnya. Cambang pendeknya yang belum dicukur dengan man bun-nya benar-benar membuatnya tampak begitu maskulin.
"Tika?"
"Mas Janu?"
Wajah sangar itu berubah jadi senyuman. Senyuman termanis yang pernah Kartika lihat. Seketika, Kartika teringat bahwa ada chef yang Gayatri book akan datang untuk meminjam dapurnya. Apakah orang itu adalah Mas Janu?
"Loh, kamu di sini?" Kian menyapa kemudian. Lelaki masih menampakan senyumnya yang—demi Tuhan—membuat Kartika tak bisa bernapas sama sekali.
kartika mengulum senyum sambil berjalan mendekat. Ia memeluk diri sendiri untuk menghindari canggung. "Ini rumah kakakku, Mas."
"Iya, aku tahu." Kian meringis. Ia menggaruk belakang lehernya. "Bukan begitu, maksudnya, ngapain kamu subuh-subuh ke sini?" Ia menunjuk ke arah sekeliling ruangan, mengartikan bahwa ke sini yang dimaksud adalah dapur. "Atau ... Kamu tinggal bareng Atri? Kamu mau ambil air, gitu?"
Kartika menggeleng pelan. "Nggak, Mas. Aku nginap di sini, soalnya, mau bikinin kue buat ulang tahun Katya. Sama beberapa hors d'oeuvres dan mignardises." Ia menatap Kian sejenak. "Mas Janu sendiri? Kok sendirian pagi-pagi di sini?"
Jelas Kartika berbasa-basi. Gayatri sudah memberi tahunya. Kartika cuma tidak bertanya koki mana yang akan datang, juga tidak menduga si 'koki' itu akan datang sepagi ini.
"Aku sebenarnya janjian jam tujuh, cuma aku pengin siap-siap dulu sama ngelihat lokasi, biar tahu ngatur flow-nya bagaimana." Kian memerhatikan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavors Unbound
RomanceFLAVORS UNBOUND is noun phrase refer to an exploration of diverse tastes, free from conventional limits, embodying creativity and the unrestricted potential for unique experiences. ADHYAKSA SERIES NO. 3 * Biarpun terlihat menyerah karena akhirnya...