"Chef Kian, thank you buat hari ini, ya." Suara seorang perempuan berkuncir kuda dengan pakaian serba hitam terdengar.
Lelaki yang dipanggil Chef Kian itu menoleh. Ia mengulum senyum pada perempuan tersebut. Sesaat, wajah lelahnya tampak begitu nyata walau kembali tersenyum sesudahnya.
"Chef Kian sayang banget nggak jadi juri lagi tahun ini." Suara perempuan itu menggema lagi.
Kian menolehkan kepala. Matanya menatap ke arah perempuan berkuncir kuda itu yang masih mengawasi salah satu studio di stasiun televisi yang diubah menjadi dapur untuk keperluan syuting.
Bibir Kian menyungging senyum kecil. Ditahun ketiganya setelah pulang ke Indonesia, Kian memang mengisi acara sebagai juri dalam acara kompetisi memasak untuk koki non profesional yang ditayangkan di salah satu televisi nasional selama dua tahun berturut-turut.
Awalnya sih, ia hanya iseng sekaligus membantu temannya, Stefani yang sedang kesulitan lantaran program yang ia produseri itu kacau akibat seorang koki juri mengundurkan diri untuk musim kedua di detik terakhir karena bertengkar dengan salah satu kru.
Siapa sangka, kemunculannya di televisi malah membuat geger masyarakat. Beberapa penonton menyatakan bahwa penampilannya lebih mirip bintang film ketimbang koki. Gayanya yang berkharisma dan tegas malah mendulang ketenaran yang tak terbayangkan.
Secara tiba-tiba, ia berubah. Dari seorang koki yang bekerja di belakang dapur dan tidak dikenali semua orang, Kian menjelma menjadi selebriti yang jadi buah bibir terkait apapun yang ia lakukan.
Rasanya ... aneh. Ia kaget ketika ada beberapa orang yang menyapa dengan malu-malu, bahkan mengajaknya berfoto.
Di saat yang sama, popularitas yang ia dulang berimbas pada restoran yang dibangunnya. L'Éclat de Saveurs yang awalnya berada pada ambang mati segan hidup tak mau tiba-tiba jadi ramai. Banyak orang berbondong-bondong melakukan reservasi guna mencicipi makanan yang dibuat langsung oleh dirinya.
Kesibukan dan padatnya aktivitas sebagai juri acara televisi yang harus taping setiap hari dari pagi sampai malam dan menjadi kepala koki di restoran yang ia nahkodai sekaligus memaksanya untuk memilih. Pada akhirnya, ia memutuskan untuk melanjutkan restorannya dan tidak melanjutkan penampilannya sebagai juri di musim keempat acara Royal Chef tersebut.
Imbasnya, mundurnya lelaki itu menjadi juri membuat rating acara anjlok hingga akhirnya Stefani memintanya secara langsung untuk menjadi juri tamu dalam dua episode mendatang demi mendongkrak rating.
"Memangnya, Chef nggak ada rencana mau balik ke sini, gitu?" tanya perempuan berkuncir kuda itu lagi.
"Kan sudah ada Chef Mikha." Lelaki itu tersenyum. "Lagian. saya lebih suka ada di dapur, Dila," jawabnya sopan. "Awalnya juga, kan saya di sini buat ngegantiin Chef Farhan yang ribut sama salah satu kru."
Dila menghela napas. "Kalau Chef Farhan sih, memang problematik," ucapnya sebal.
"Heh! Chef Farhan itu senior saya loh!" Lelaki itu mengibaskan tangannya walaupun ikut tertawa karena tahu bahwa lelaki bernama Farhan itu menyebalkannya bukan main.
Dila mengerang pelan. Ia menengok ke arah lelaki di sebelahnya. "Kalau begitu, saya pamit dulu ya, Chef. Masih ada yang harus saya kerjain lagi."
"Ya, saya juga masih ada appointment lagi."
Mendengar itu, Dila mengangkat alis. "Sama Mbak Pacar ya, Chef?"
"Ngaco kamu!" jawabnya sambil tertawa.
"Ih, pacarnya Chef Kian siapa, sih? Kita di sini penasaran loh!" Dila makin penasaran.
Lelaki tersebut memutar bola mata. "Sana kamu, katanya banyak kerjaan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavors Unbound
RomantizmFLAVORS UNBOUND is noun phrase refer to an exploration of diverse tastes, free from conventional limits, embodying creativity and the unrestricted potential for unique experiences. ADHYAKSA SERIES NO. 3 * Biarpun terlihat menyerah karena akhirnya...