42. The Threat

8.9K 1K 106
                                        

Kian memegang erat tangan Kartika di bawah meja ketika waktu sudah mendekati jam pertemuan mereka. Lelaki itu mengusap punggung tangan Kartika dengan ibu jari perlahan, mencoba menenangkan. Pasalnya, saat ini, Kartika benar-benar ingin memukul kepalanya ke meja.

Apa-apaan dia itu? Tiba-tiba saja, beberapa jam yang lalu, dia berani melawan Darma bahkan membawa-bawa Salsa dalam perdebatan itu. Sekarang, ikut-ikutan ke sini.

Love makes everyone crazy, and this is one of them.

Selain Kian dan Kartika, ada Salsa di sana dan juga Mariska—manajer Kian dan anak buah Stefani—serta Vira—manajer Adrianna—yang datang. Bunyi pintu yang terbuka membuat Kian dan Kartika saling tatap. Seluruh pasang mata menemukan Adrianna masuk dengan santainya dan tercengang begitu melihat semua orang sudah berkumpul.

Mata Adrianna membelalak. Walaupun berusaha menjaga sikapnya, Adrianna tak bisa menyembunyikan raut kaget dan marahnya karena merasa ditipu. Perempuan itu mencoba tersenyum, tetapi nyatanya, semua kini terlihat palsu.

"Loh? Kupikir berdua aja kita, Mas." Adrianna berucap dengan nada yang begitu riang.

Kian nyaris muntah mendengarnya. Ia muak dengan semua itu.

"Apa yang kamu lakukan, Adrianna?" Suara Vira menggelegar tepat ketika Adrianna duduk.

Adrianna masih bersikap acuh tak acuh. Ia menyisir rambut dengan jari jemarinya yang baru di manikur. "I do nothing."

"Adrianna!" bentak Vira lagi. Perempuan itu sudah akan emosi jika tidak sadar bahwa ada orang lain di meja itu. 

"Loh? Kan fotoku ke-leaked." Adrianna membela diri. "Bukan karena aku yang upload, kan?"

"Kita semua tahu kamu sengaja ngebocorin itu, Ad." Vira mendesis. "Jangan pura-pura, kami semua nggak bodoh."

Adrianna mengangkat bahu. Ia menyandarkan tubuh dengnan tangan tersilang di depan dada. "Yah, whatever, kan sudah ke-leaked, jadi kenapa nggak sekalian aja ngaku, ya, kan?"

Vira menggeram. Ia terlihat menjaga kesabarannya. "Bukankah kita semua sudah sepakat bahwa hubunganmu dan Kian nggak boleh dipublikasikan?"

Adrianna mengangkat bahu. Ia menengok dengan mata memicing. "Kita sepakat karena tim-nya Mas Kian nggak setuju dengan itu, kan? Takut kalau imej Mas Kian yang digandrungi cewek-cewek itu tercoreng." Perempuan itu menjawab ketus.

"Dan juga imej kamu ikutan terbawa, Ad." Vira menarik napas. "Kamu itu nggak sadar, ya?"

"Mbak Vira, please deh! Dari dulu juga, nggak ada masalah aku mau publish pacaran sama siapa aja. Ini tuh semua karena jalang ini temennya Mbak Stefani aja." Adrianna dengan sembarangan menunjuk Kartika, membuat Kian menengakan punggung.

"Don't you dare to talk bad about her, Ad," hardik Kian.

"Well, she really is. Mas, dia itu yang ngurusin pernikahan kita. Per-ni-kah-an kita! Oke? Tapi, apa yang dia lakuin? Oh, she snatched you!" Adrianna meninggikan nada.

"I ve told you since the beginning, Ad. The marriage plan or whatever you want to do is not the good idea at all. I don't love you anymore after what you did with your co-star. Oh, and if I may ask, who is the bitch here? Siapa yang main di belakang, hah?" Kian berang. Kartika butuh untuk memegang tangan Kian agar lelaki itu tak emosi, namun nyatanya, marah itu masih terasa di dada.

"He kissed me without my consent. Can you count it as cheating?"

"You slept with him!" Kali ini, Kian berteriak sambil memukul meja. Seisi restoran yang hanya terdiri dari perkumpulan di meja itu dan staf yang sedang bersiap menengok kaget. 

"He lied!"

"You are the one who lie, Ad. And you throw those lies to all of my friends. Includes, Eja." Kian melirik ke arah Reza yang diam-diam menguping dari balik konter. "You deceived everyone with your kindhearted act, but you're nothing more than an obsessed, crazy woman. Well, you were kind and good and nice and pretty and just a lovely woman. You had that spark in your eyes every time you talked about your work and how passionate you were about it. You had those pretty smiles. You were smart. I don't know how things changed you."

"Mas, bukan begitu. Dia bohong, Mas. Itu—"

"I've seen that nasty pictures and video already." Kian memejamkan mata sejenak. "And oh, fuck, it just comes to my mind again."

Adrianna bergetar. Ia sudah tidak bisa berpura-pura baik-baik saja. Wajahnya terlihat begitu takut. "It just..."

"What? A rape? You guys were drunk? What? Alasan apa lagi yang mau kamu kasih  tahu aku? Kebohongan apa lagi, Ad? Akting apa lagi?" potong Kian sebal. "You are on top of him and thrusting your hips against his." Kali ini, suara Kian terdengar lemah dan getir. Ia seperti terkhianati. Lelaki itu menelan ludah. "You fucked him while moaning for my name. That was... crazy."

Moan my... what? Kartika membelalak. Ia menengok dengan pandangan kaget ke arah Kian yang melemparkan bom terakhir.

"Kalau kamu bilang kamu kesepian dan kangen sama aku, kamu nggak akan melakukan itu." Kian berucap lagi. "So enough, Ad. Sejak awal, aku sudah minta putus. Kamu terus menerus mendesak, mengancam, dan segalanya yang bikin aku sakit kepala."

"Mas..."

"Kalau kamu mau bilang ke seluruh dunia kalau aku pernah  meniduri kamu, silahkan." Kian berkata tanpa ragu.

Kartika yang berada di sana membelalak. Apa Kian sudah gila? Jika Adrianna melakukan itu, karir Kian bisa hancur berantakan.

"Dan biar semua orang tahu betapa buruknya kamu." Kian melanjutkan.

Vira menengok. "Kian, I warn you, don't you dare." Ia menatap ke arah Kian. Diam-diam, Vira takut skandal itu menimpa artis di bawah asuhannya.

"Kalau Mbak Vira nggak mau itu terjadi, Mbak Vira lebih baik kontrol artis Mbak ini dengan baik." Kian menunjuk ke arah Adrianna. "Apa Mbak Vira nggak sadar kalau apa yang dilakukannya berimbas ke dirinya sendiri. Aku bisa aja bikin press conference dan mengklarifikasi semuanya sekarang. Termasuk video yang dikirimkan selingkuhannya itu ke aku dan karirnya akan habis."

Adrianna kini mengulum bibir. Ia membuang wajah. Kian memiliki lebih banyak senjata daripada dirinya.

"So, I warned you, Ad." Kian berucap tegas. Ia menengok ke arah Vira.  "Take down the post, minta maaf, bilang ke masyarakat kalau kita sudah putus sejak lama dan itu adalah foto-foto lama yang beredar. I will do the same. Lalu setelahnya, kita bisa lupakan masalah ini dan tidak mengungkit-ungkit lagi."

Adrianna menarik napas. Ia kalah. Ia tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

"Dan aku nggak mau mendengar kamu menulis tentang Kartika yang merebut aku dari kamu. Kamu tahu bahwa semua itu salah kamu sendiri," pungkas Kian. Ia berdiri dari kursinya, menarik serta Kartika. "Now if you excuse me, aku muak sama semua drama ini. I need to take a rest."

Kartika membelalak ketika Kian menarik tubuhnya untuk pergi. Namun, baru beberapa langkah, suara Adrianna memecah hening, membuat Kartika dan Kian terpaku.

"Aku nggak mengerti, deh. Dibanding aku, kenapa sih Mas Kian mau aja sama cewek bekas pecandu yang harus diumpetin begitu?"

Kartika membalik tubuh. Menatap Adrianna yang tersenyum miring.

"Harusnya waktu temen-temen lo pada overdosis dan mati, lo juga mati aja nggak sih, Mbak Tika?"

Flavors UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang