Dentingan alat makan yang beradu dengan piring bercampur suara jaz mengisi rungu seorang wanita bergaun cokelat muda yang tengah duduk di sebuah kafe. Ia duduk dengan iPad di tangan. Wajahnya tampak begitu elegan dengan riasan lipstick merah yang membuatnya tampak begitu intimidatif dan cantik bersamaan. Raut seriusnya menandakan ia tengah memperhatikan sesuatu yang terlihat begitu penting.
"Mbak Salsa, maaf ya, lama, tadi macet banget!" Sebuah suara membuat wanita itu mendongak.
Wanita itu—Salsa—tersenyum pada perempuan yang baru datang. Perempuan itu tampak begitu cantik. Ia mengenakan gaun kasual warna merah muda. Rambut kecokelatannya yang sepanjang dada ia gerai dan dikeriting di bagian bawah. Tubuhnya kecil, membuat orang tak akan menyangka bahwa usianya sudah kepala tiga.
"That's okay, Stef." Salsa berucap dengan senyum lebar sementara Stefani duduk di hadapannya.
Salsa dengan sabar menunggu Stefani memesan. Ia memerhatikan gelagat perempuan tersebut. Ia begitu elegan, anggun, memukau. Pantas siapa saja langsung mengaguminya.
"Oh ya, Mbak, ada apa ngomong-ngomong?" Stefani berkata sambil menyesap tehnya yang baru datang. "Tumben Mbak Salsa ngajakin aku ngobrol. Kenapa nggak di kantor aja? Biar aku bisa sekalian ketemu Wira, gitu."
Salsa mengulum senyum. Stefani adalah kekasihnya Wira—adik iparnya—dan menjadikan Stefani calon iparnya juga kelak. Tetapi, senyum miring tampak dari wajah Salsa. "Adrian Handojo, kamu kenal?"
Stefani memiringkan wajah. Ia menautkan alis. "Siapa?"
"Adrian Handojo," ulang Salsa. Ia menatap Stefani dengan tajam, penuh permusuhan. "Wartawan dan orang yang pertama kali menuliskan berita tentang Kartika di forum."
Alis Stefani masih bertaut. "Oke... lalu, kenapa tanya aku kenal atau nggak?"
Salsa memangku dagu dengan pandangan menantang. "Karena kamu yang suruh dia."
"Whoa, whoa! Hold on!" Stefani mengibaskan tangannya. "Mbak nuduh aku, gitu?"
"Aku nggak nuduh kalau buktinya kuat, Stef," balas Salsa. "Dan kamu juga yang meminta orang untuk ngebuntutin Kian dan Kartika pas di Bali untuk memotret mereka making out dan menyebarkannya nanti."
Stefani masih berwajah dungu. "Apa sih, Mbak?" Ia masih pura-pura bodoh.
"Stef, Kartika tuh berbuat apa sih sama kamu?" Salsa bertanya tanpa menghiraukan Stefani. "Kamu mau apa sebenarnya?"
Stefani menarik napas. Ia mengulum bibir. "Aku nggak tahu apa yang kamu maksud, Mbak."
Salsa mendengus. Ia menatap ke arah Stefani dengan penuh permusuhan. "Fine by me. Kalau kamu nggak mau ngaku." Salsa berucap dengan dingin. "Tapi, jangan harap kamu bisa semudah itu masuk ke keluarga Adhyaksa, Stef. Aku nggak yakin mereka mau menerima kamu setelah apa yang kamu lakukan."
Salsa berekspektasi bahwa Stefani akan berwajah takut ketika ia mengutarakannya. Tetapi sebaliknya, kekehan kecil terdengar dari perempuan itu.
"Mbak Salsa, please deh. Jangan mentang-mentang Mbak Salsa udah menikahi Mas Darma, Mbak Salsa bisa sok ngancem begitu." Stefani mengibaskan tangannya. Ia menatap Salsa kembali dengan pandangan menantang. "Try me, Mbak. Wira nggak akan semudah itu melepas aku."
Salsa menahan napas. Ia tahu, Wira memang terlihat begitu bodoh dalam mencintai Stefani. Tetapi, mungkin, Darma bisa melakukan sesuatu.
"Lagian ya, Mbak... apa yang aku lakukan itu buat keuntungan Wira, kok. Mbak Salsa bisa juga deh kecipratan sedikit." Stefani berucap lagi.
Dahi Salsa berkerut.
"Uang, Mbak." Stefani berkata mantap. "Perusahaan Adhyaksa."
"Apa maksud kamu?"
"I want to bring all of them down—at least, anak-anak Om Aditya—so Adhyaksa will be all owned by Wira."
"Kamu gila?"
Stefani menggeleng. "Ya, nggak dong, Mbak." Ia berkata yakin. "Wira itu selalu dibilang anak bawang dan aku sebagai pacar yang baik ya harus membantu Wira, dong. Gimana kalau Mbak Salsa bantu aku juga. Jadi, kita bisa bikin perusahaan ini punya Mas Darma dan Wira aja?"
Salsa memutar bola mata. "I'm not down for this game, aku yakin Darma juga nggak akan mau."
Stefani tertawa kecil. "If you are not down for this game, means that you choose to go down with all of Aditya's kids, don't you?"
Salsa menarik napas panjang. Ia menatap perempuan di depannya. Dia begitu licik dan Salsa harus memastikan untuk menjaga keluarga Adhyaksa dari ular betina yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavors Unbound
RomanceFLAVORS UNBOUND is noun phrase refer to an exploration of diverse tastes, free from conventional limits, embodying creativity and the unrestricted potential for unique experiences. ADHYAKSA SERIES NO. 3 * Biarpun terlihat menyerah karena akhirnya...