Kartika mendorong pintu besar dari kayu dengan perasaan khawatir. Rasanya kesialannya belum berakhir. Akhir pekan kemarin, ia baru saja menemukan Kian dengan Adrianna. Sekarang, ia dipanggil oleh ayahnya ke ruangan padahal masih hari Senin pagi.
Perempuan itu menatap lelaki di dalam ruangan. Usianya sudah hampir enam puluh, tetapi fisiknya masih terlihat cukup bugar. Tubuh tinggi dan pandangan tajamnya membuat siapa saja yang melihat lelaki itu gemetar, dan sialnya fitur-fitur itu ikut turun pada Kartika. Helaan napas terdengar seraya Kartika melangkah untuk mendekati lelaki tersebut.
"Sebentar, Tika." Lelaki itu berkata sambil merapikan dokumennya. "Duduk dulu."
"Take your time, Pa." Kartika mengambil tempat duduk di hadapan Aditya yang masih sibuk memeriksa dokumen. Perempuan itu memain-mainkan jarinya. Menunggu dengan kikuk.
Aditya membalik halaman terakhir sebelum menumpuk semuanya di sebuah keranjang bertuliskan signed and approved. Ia menarik napas, menatap anak tengahnya yang terlihat kebingungan.
"Sibuk, kamu?" tanya Aditya sambil menyandarkan tubuh untuk duduk lebih santai.
Katika mengangkat bahu, "Yah, begitu-begitu aja sih, Pa," jawabnya.
"Masih bisa catch up? Sejauh ini ada masalah?" tanya Aditya lagi. "Papa dengar kamu pegang beauty brand yang dulu dipegang Dhisty bareng sama Atri sekaligus bantu handle F&B bareng Darma karena Ramdan masih kuliah di Queensland buat S2-nya."
Dagu Kartika terangguk. Adiknya, Ramdan tengah menempuh pendidikan pasca sarjana selama setahun, mengakibatkan segala tanggung jawabnya dibagi ke beberapa orang. Spesifiknya, Darma, Wira dan Kartika. Kalau dihitung, masih ada sekitar tiga atau empat bulan lagi sebelum Ramdan benar-benar kembali.
"Kamu suka ngelola F&B brands?" tanya Aditya lagi.
Kartika meringis. "Kalau aku suka, apakah Ramdan akan pegang beauty brand?" balasnya. Senyum miring tercetak. "Nggak, kan?"
Aditya ikut menyungging senyum dengan ekspresi yang sama. "Kita bisa rotasi. Kamu bisa pegang F&B kalau mau, Ramdan di fashion pria karena Om Satya juga akan pensiun sebentar lagi, Tante Kinanti di beauty brand."
Kartika memasang tampang ngeri. ia tidak bisa membayangkan apa jadinya jika Gayatri dan Kinanti—adik dari ayahnya itu—digabung. "Memangnya, Tante Kinanti jadi join?"
"Nggak tahu, tapi, Tantemu itu juga tetap shareholders, walaupun nggak banyak persentase kepemilikan sahamnya," jawab Aditya.
Katika manggut-manggut. Kinanti adalah adik dari Aditya yang sebelumnya tidak pernah berpartisipasi dalam perusahaan dan hanya mendapatkan persentase pembagian saham saja lantaran memutuskan untuk ikut suaminya. Namun, baru-baru ini, tersebar kabar bahwa dia akan bercerai.
"Kalaupun nanti Tante Kinanti masuk ke sini, mungkin, yang akan bergabung bukan Tante Kinanti langsung." Aditya berkata lagi.
"Tapi Arjuna, right?" Kartika langsung bisa menyimpulkan. Sudah jadi buah bibir lain kalau Arjuna akan bergabung dalam perusahaan ini.
Gayatri sudah memijat pelipis berkali-kali setiap mendengar nama adik sepupu mereka yang lahir dan besar di Amerika Serikat itu. Pasalnya, mereka kurang dekat. Dan Arjuna sama tengilnya atau mungkin seratus kali lebih tengil dari Ramdan.
"Kalau Arjuna yang bergabung, terus Arjuna pegang produk beauty gitu?" Kartika berkata lagi dengan tawa menyindir. "That is nonsense."
Kartika menghela napas. Memandang raut wajah ayahnya. Meneliti setiap maksud tersembunyi dari pandangan tajamnya. Kartika kenal baik Aditya untuk tahu bahwa pembicaraan pembuka ini bukan inti dari permasalahan yang ingin dibahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavors Unbound
RomanceFLAVORS UNBOUND is noun phrase refer to an exploration of diverse tastes, free from conventional limits, embodying creativity and the unrestricted potential for unique experiences. ADHYAKSA SERIES NO. 3 * Biarpun terlihat menyerah karena akhirnya...