Aku double up. Coba scroll ke atas kali belum baca bab 21 nya.
*
Bandung jadi kota pertama tempat pop up dining hari ini. Kian sudah sampai sejak jam sebelas untuk mengawasi persiapan. Lelaki itu memastikan makanan yang akan disajikan malam ini sempurna mengingat ini adalah service perdananya dengan Kartika.
Sejak kemarin di konferensi pers hingga hari ini, Kian tak mendapat jawaban apapun dari kartika. Ketika selesai acara, Kartika langsung dijemput pulang begitu saja oleh Gayatri. Wajah Gayatri yang cemas serta menampakan rasa permusuhan pada Stefani dan Wira menandakan bahwa sesuatu benar-benar terjadi.
Segala pesan Kian tidak dibalas satupun oleh Kartika. Semuanya terasa hampa. Kartika seolah kembali menghilang dan mereka hanya akan berkomunikasi secara profesional di dapur.
Itupun, tidak seratus persen berkomunikasi. Mereka menahkodai dua dapur yang berbeda dengan dua kru yang berbeda.
Urgh! Kian merutuk dalam hati. Ia masih harus memutar otak bagaimana bisa berbicara dengan Kartika.
Bayangan akan ketakutan perempuan tersebut di acara konferensi pers kemarin kembali menyeruak. Kian masih penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada Kartika hingga membuatnya takut. Dan apa yang Kartika takutkan?
Lelaki itu terdiam sejenak. Ingatannya malah melayang ke memori di apartemennya, ketika ia dengan sadar memaksa Kartika untuk memberi tahukan alasan kepergiannya. Saat itu, Kartika langsung tantrum dan marah. Kartika menjadi orang yang berbeda.
Tunggu! Kian diam sejenak. Kalau dilihat-lihat, emosi yang ditunjukan... emosi itu terasa mirip.
Napas Kian memburu. Apa jangan-jangan, ada hubungannya? Segala skenario bermain di kepala Kian. Ia mencoba mengurut-urutkan apa yang terjadi namun tak bisa.
Suara langkah kaki terdengar dari pintu ruangan dapur. Kian menengok. Matanya menatap ke arah seorang perempuan dengan rambut pendek yang dikuncir, seolah ada ekor kecil di kepalanya.
Ia mengenakan apron warna cokelat tua dengan kaos dan celana hitam yang mengingatkan Kian pada masa-masa kuliah mereka dulu. Wajahnya yang keras dengan alis tebal membuatnya tampak galak, tetapi siapapun tahu, Kartika adalah orang yang menyenangkan untuk diajak bekerja sama—walaupun tetap sangat serius dalam bekerja.
"Siang semua." Suara perempuan itu terdengar. Sedikit berat dan bulat, semakin membuat siapapun menegang. "Siang, Chef Kian. Sudah mulai persiapan, sepertinya."
Kian mengulum senyum. Ia tahu, Kartika hanya berbasa-basi. Tetapi, hatinya berbunga-bunga hanya dengan basa-basi busuk seperti itu.
"Yang mana kru untuk dessert-nya?" Kartika berucap lagi.
Beberapa orang mengangkat tangan. Mereka tengah membantu persiapan Kian.
"Sorry, tadi aku pinjem dulu buat bantu-bantu prep kerjaanku," jelas Kian buru-buru.
Kartika mengangguk pelan. Ia menatap anak buahnya dengan tajam. "Seharusnya kalian prep untuk menu-menu dessert dulu biarpun saya belum datang. Saya sudah kasih resepnya juga, kan? Saya juga sudah bagi tugas."
Seisi dapur tegang. Kartika terlihat marah.
"Sekarang, kerjakan bagian masing-masing. Waktu kita terbatas," tegas Kartika sambil menepuk tangan dan mengisyaratkan krunya untuk bekerja.
Kian melirik ke arah Kartika dengan ringisan. Ia mendekat. "Sorry."
Bola mata Kartika berputar. Ia melirik tajam Kian. "You need to be professional, Chef," sindirnya ketus sambil berjalan melewati Kian dan mengerjakan pekerjaannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/367781596-288-k879145.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavors Unbound
RomansaFLAVORS UNBOUND is noun phrase refer to an exploration of diverse tastes, free from conventional limits, embodying creativity and the unrestricted potential for unique experiences. ADHYAKSA SERIES NO. 3 * Biarpun terlihat menyerah karena akhirnya...