10. The Girlfriend

10.5K 1.2K 99
                                    

Suara bel yang ditekan berkali-kali dari pintu apartemen Kian membuat lelaki yang tengah menyeduh tehnya di sore hari itu mendongak. Dengan malas, ia bergerak ke arah pintu. Mengintip dari lubang intip, ia bisa menemukan seorang perempuan dengan tubuh ramping dan wajah blasteran berdiri dengan tangan tersilang di dada. 

Kian menghela napas sambil membuka pintu. Matanya memandang si perempuan yang mengenakan tanktop rajut warna merah muda dan celana panjang putih dengan kacamata hitam yang ia letakan di atas kepala. Di lengannya tersampir tas Prada Galleria warna putih dengan studded keemasan yang Kian yakin baru dibelinya beberapa minggu lalu—karena Kian tidak pernah melihat tas itu sebelum ini.

Perempuan itu main asal nyelonong begitu saja untuk masuk ke apartemen Kian. Senyumnya merekah dengan begitu lebar.

"Kenapa ke sini, Ad?" tanya Kian cepat.

"Loh? Aku memangnya nggak boleh main ke apartemen tunanganku?" Adrianna tertawa centil. "Minggu depan aku ada syuting sekitar tujuh minggu di Bandung, nggak bisa ketemu kamu, deh!"

Kian memutar bola matanya. Ia terlihat tak peduli.

Adrianna berjalan ke arah kitchen island saat matanya tertumbuk pada sebuah toples bening berbentuk kotak yang menampakan isi kecokelatan di atas kitchen island. "Eh, ini apa? Tiramisu? Buatanmu?"

Mata Kian membelalak. Ia buru-buru mengambil kotak tiramisu itu dari hadapan Adrianna. "Inget dietmu."

"Kalau kamu yang bikin, aku nggak apa-apa kok cheating dikit." Adrianna nyengir sambil mendudukan diri di atas bar stool.

Kian menggelengkan kepala. Ia mengambil cangkir berisi teh yang mengepul sambil membawanya ke ruang tengah dengan laptop di tangan. Walaupun ia tidak bekerja di restoran hari ini karena tubuhnya remuk setelah melayani private dining session, ini awal bulan dan ia harus membuar rekapitulasi data pemasukan dan pengeluaran.

Terkesan terlalu administratif, memang. Banyak orang yang berpikir bahwa seorang head chef bertugas di dapur. Kenyataannya, walaupun ia bisa melakukan hal itu, ketika menjabat menjadi head chef pekerjaannya adalah mengelola keseluruhan restoran. Sementara, operasional dijalani oleh Sous Chef—yang dalam restorannya dipegang adalah Reza. Maka dari itu, mengadakan private dining session dengan koki sekaliber Kian yang turun langsung memang bukan hal yang main-main.

"Kamu sibuk banget, Mas Janu." Adrianna bersuara manja sambil menyeret langkah ke arah Kian. "Tadi aku ke restoran terus—"

"—Kian," koreksi Kian cepat.

"Hm?"

"Kian, bukan Janu." Kian berucap tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. Ia menyeruput tehnya. 

Adrianna menggembungkan pipi sambil melempar tubuhnya di sebelah Kian. "Kenapa sih aku nggak boleh manggil kamu 'Janu'? Mas Eja aja boleh, kok."

Kian menggeleng pelan. Ia meletakan cangkir tehnya. "Kamu mengenal aku sebagai Kian. Jadi, nggak usah sok ganti panggilan." Ia berkata tegas sambil kembali menekuni angka penjualannya.

Adrianna lagi-lagi memberengut. Ia tampak berpikir sejenak. Mencari cara untuk mendapatkan perhatian Kian.

"Oh, ya, tadi, aku lihat, Mas Kian datang ke ulang tahun anaknya Gayatri Adhyaksa? Kok Mas Kian nggak bilang-bilang aku, sih?" tanya Adrianna saat akhirnya merasa menemukan topik yang bagus untuk dibahas.

Kian melirik sinis. "Aku harus laporan ya semua kerjaanku ke kamu?"

"Bukan begitu, cuma kan aku bisa ikut," celoteh Adrianna. "Kamu tahu, kan? Aku nge-fans banget sama Gayatri Adhyaksa. Role model banget, deh! Cantik, pintar, semuanya! Aku bahkan kaget loh waktu kamu ternyata pernah kenal sama Gayatri dan berhasil dapetin kontak wedding organizer-nya Gayatri bahkan yang handle langsung dan katanya udah retire. Oh! Aku belum ketemu ya kemarin, jadi siapa dia? Hebat banget dia bisa dipercaya Gayatri, soalnya—"

Flavors UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang