[TW/CW: NSFW—part ini bisa di skip yah]
Kartika dan Kian saling tatap. Keduanya sama-sama diam dalam hening. Rasanya, hati Kartika mencelus ketika Kian mundur perlahan. Biasanya tidak begini. Biasanya, Kartika yang menolak siapapun untuk menyentuhnya. Kali ini, Kartika ingin disentuh. Ia ingin Kian menandai tubuhnya dengan semua sidik jarinya. Ia ingin Kian mengklaim dirinya seutuhnya.
Ini gila!
Apapun yang berada di dalam otaknya, Kartika tahu ia gila. Sialnya, ia tidak bisa menghalau apapun yang sekarang sedang mampir dalam pikirannya.
Rasanya, hilang sudah semua kewarasannya. Harga dirinya hancur ke tanah saat mulutnya membuka. "Mas... That's o-kay. I mean..." Ia menunduk sejenak, merasakan hangat di pipinya. Apa sekarang ia sedang minta disetubuhi?
Kian mengarahkan pandangannya ke arah Kartika. "You want to be touched?"
Perlahan, Kartika mengangguk. Ia sudah kepalang basah. Tubuhnya sudah terekspos telanjang di depan Kian dan semua perasaan ini terasa ingin dituntaskan. "Aku nggak mau nanti malam berakhir dengan menyentuh tubuhku sendiri."
"Menyentuh tubuhku sendiri." Kian mengulang frasa yang digunakan Kartika. "Menarik."
Lelaki itu menjilat bibir atasnya sebelum memiringkan kepala. "And how do you touch yourself, exactly?"
Mata Kartika membulat. Ia memandang Kian lekat-lekat. Ia tidak menyangka akan mendengar ini dari mulut Kian.
"Show me," ucap Kian menggerakan dagunya.
"Mas..."
"Show me so I know how to touch you."
Kartika menelan ludah. Ia tahu itu semua hanya akal-akalan Kian saja. Pandangan mereka beradu sebelum Kartika mengangkat satu tangan ke arah dada untuk meremasnya sendiri sementara mengarahkan tangan lain untuk memainkan klitorisnya yang sudah membengkak. Matanya terpejam dan erangan kecil lolos dari mulutnya seraya isi kepalanya membayangkan Kian yang menyetubuhinya. Fantasi yang semakin parah dengan kehadiran lelaki itu di sampingnya.
Kian membiarkan Kartika melakukannya. Ketika Kartika mendesiskan namanya, ia serasa besar kepala.
"Apa yang kamu bayangin, Sayang?" Ia pura-pura bertanya.
Kalimat itu membuat Kartika merinding. Ia menelan ludah. "Ka-mu... you inside me." Sejak dulu selalu begitu. Ketika mereka masih bersama-sama menyewa apartemen yang sama dan kartika melihat Kian yang bertelanjang dada sambil masak di dapur tanpa tahu malu yang malah membuatnya terangsang.
Kian yang sedang memasak sangat seksi. Dan Kian yang bertelanjang dada saat memasak? Oh! God please help her! Bagaimana rasanya bercinta saat sedang memasak begitu?
"Begitu, ya?" goda Kian. Bibir Kian menyungging senyum miring. Perlahan, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Kartika, bibirnya membuka, melahap dada sang puan yang masih menganggur.
Mata Kartika membelalak kaget. Dan belum selesai dengan itu semua, Kian menepis tangan Kartika, menggantinya dengan tangannya sendiri untuk meremas payudaranya yang lain dan memainkan klitorisnya yang semakin membengkak.
"You are so wet, Baby. Kamu nafsu banget?"
Kartika tak bisa memproses pernyataan Kian karena berikutnya, lelaki itu sudah mempermainkan tubuhnya. Ia menggelinjang ketika Kian memelintir putingnya dengan keras ditambah dengan gigitan-gigitan kecil di puting yang lain. Sensasi perih itu terasa aneh namun membuatnya gila. Tangan lain Kian yang mengerjai bagian intinya membuat Kartika melayang. Lelaki itu bermain di klitorisnya sembari sesekali menggoda liang senggamanya yang belum pernah dimasuki apapun itu dengan seduktif.
Rasa gatal terasa. Ia ingin lebih. Kartika benar-benar sudah tidak waras. Kartika pasti sudah tidak waras.
"Masukin, Mas." Tak pakai filter dan tak pakai otak, Kartika mengucap.
"Hum...?"
"Jarimu." Kartika meminta lagi. Atau milikmu sekalian.
Kian menggeleng. "Nggak mau, aku nggak mau jariku yang ngerasain perawanmu."
"Then how about your cock in my pussy?"
Kian mengangkat alis dan sebagai gantinya mencubit klitoris Kartika yang membengkak. Membuatnya mengerang dan merengek penuh gairah. Inikah rasanya bercinta? This is so good. Pantas Gayatri dan Dikta eperti orang gila.
"Open your eyes, Sayang. See yourself in the mirror." Kian berucap lagi.
kartika perlahan membuka matanya. Menemukan dirinya dari pantulan kaca di tembok yang ada di depannya. Memandang tubuhnya sendiri dikerjai Kian sedemikian rupa. That perfect good girl feels like... gone.
Kartika memegangi pundak Kian. Kakinya mulai lemas akibat serangan gila lelaki itu. Perlahan, ada gejolak di perutnya yang ingin terlepaskan. Kartika menggigit bibirnya sendiri. "Mas... aku... Faster, please..."
Kian mempercepat gerakannya, membuat Kartika meracau tak jelas. Ia memejamkan mata saat merasakan pompaan jantungnya semakin keras dan seolah meledak bersamaan dengan rasa lega yang tak terbendung saat sang puncak menyapa dan pekikan panjang.
Kian membiarkan Kartika menikmati orgasmenya sebelum menangkap tubuh tunangannya yang lemas. Senyum sombong tampak di wajahnya, "Am I the first person to make you get orgasm?"
Kartika memejamkan mata, mengangguk dengan malu-malu.
"It's an honor, then." Kian membenarkan posisi Kartika agar berdiri sebelum mencium cepat bibir Kartika. "Semoga kamu masih bisa orgasme dengan menyentuh dirimu sendiri lagi nanti."
Kartika menelan ludah. No, she will not be able to do that again for sure.
"Or you can ask me for help."
Kartika pura-pura sebal sambil menyikut rusuk Kian yang berdiri di sebelahnya. Mereka menatap cermin. Sementara Kian masih berpakaian lengkap, Kartika sudah kacau ke segala arah.
Mata Kartika tertumbuk ke arah selangkangan Kian yang membesar di balik celananya. Ia menelan ludah.
"You know, I need to take care of myself after this." Kian seolah sadar bahwa Kartika memerhatikan dirinya.
"Mas..."
"Ssh..." Kian menggeleng. Ia membuka jasnya lalu menyampirkan jas itu di pundak Kartika agar menutup tubuh perempuan itu. "Aku mau ngomong tapi nggak konsen lihat kamu telanjang begitu, ih! Kamu seksi banget!" Ia tertawa kecil.
Kartika melihat dirinya sendiri. Selama ini yang ia lihat hanyalah perempuan berbadan besar yang tidak cocok dengan label cantik masyarakat. Dadanya yang cukup besar membuat beberapa pakaian jadi tak cocok di tubuhnya. Tetapi kini, melihat dirinya sendiri terasa berbeda. Ia merasa... cantik. Apa karena Kian berada di sebelahnya? Apa ini efek dari after-sex glow? Entahlah!
Kian terlihat menggelengkan kepala sebelum membuka mulut untuk melanjutkan kalimatnya yang tadi. "Kalau aku telanjang sekarang juga di depan kamu, aku nggak tahu apa aku bisa mengontrol diriku sendiri atau nggak."
Kartika mengulum bibir. Ia lagi-lagi memandang dirinya dan Kian dari pantulan. "But if you want to..."
"I respect your belief and I am willing to wait." Kian berucap cepat. "Untuk sekarang, sampai sini dulu. Aku nggak masalah."
Kartika menggigit bibir saat Kian mengulurkan tangan untuk membelai rambutnya.
"Kalau begitu, sleep tight, Tika." Ia tersenyum sebelum berbalik. Tangannya membuka knop pintu lalu keluar dari ruangan. Matanya kembali bertatapan dengan Kartika yang tubuhnya tenggelam di dalam jas Kian yang besar. "By the way, Tik..." ucapnya cepat.
kartika menengok dalam keadaan gamang.
"Your moan was so sexy as hell, Babe," ucap Kian sebelum menutup pintu dengan cepat, meninggalkan Kartika yang langsung ambruk ke tanah akibat menahan malu dan rasa-rasa aneh lain yang merasuk ke dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flavors Unbound
RomanceFLAVORS UNBOUND is noun phrase refer to an exploration of diverse tastes, free from conventional limits, embodying creativity and the unrestricted potential for unique experiences. ADHYAKSA SERIES NO. 3 * Biarpun terlihat menyerah karena akhirnya...