41. Disaster

8.7K 910 106
                                    

Alih-alih berlibur sampai hari Selasa, pesan singkat dari Gayatri memaksa Kian dan Kartika langsung mengambil penerbangan paling pagi menuju Jakarta keesokan harinya. Semuanya kacau, segalanya berantakan. Kartika bahkan bergetar hebat ketika melihat apa yang baru saja ada di media sosial.

Bukan, itu bukan fotonya. Tetapi foto Kian dan Adrianna. Pose-pose mesra itu seolah seperti tersimpan di dalam brankas dan kemudian terbongkar.

"Sayang, kamu tahu, kan? Aku udah putus dari Ad. Yes, we took that pictures, but it's all done, it's nothing." Kian mencoba menenangkan Kartika namun sebenarnya lebih ditujukan untuk dirinya sendiri.

Kartika mengangguk pelan. "Aku paham, Mas. Tapi dengan semua foto-foto lovestagram yang sengaja Adrianna tunjukan, seolah-olah memvalidasi bahwa tunanganmu itu ya dia."

"Dan itu nggak benar, kan?" Kian menepis. "Tunanganku ya kamu, Tika. Kamu."

Kartika lagi-lagi mengangguk lemah. Percuma untuknya membuka mulut. Semuanya terasa berantakan. Ia tidak tenang bahkan ketika sopir yang sudah dipesankan Salsa mengantarkan mereka tepat sampai ke depan gedung Adhyaksa.

Keduanya saling bertatapan sebelum mengaitkan tangan untuk berjalan ke kantor Kreasa yang berada di gedung yang sama. Dan tepat ketika membuka pintu ruangan Salsa, Kartika sudah menemukan seluruh saudaranya di sana.

Penghakiman. Kalau, ya, kenapa ia harus merasakan ini juga?

"Lo nggak ke tempat Stefani?" tanya Darma melihat pada Kian yang berdiri kaku di ambang pintu.

Kian berdeham pelan, menggeleng kecil. "Stefani bilang gue disuruh tenang, diam di rumah." Ia berkata  mengulang kalimat Stefani di telepon pagi tadi agar dirinya tidak keluar rumah.

"Terus, kenapa nggak dilakuin?" Darma berkata lagi.

Kian mengulum bibir. "Gue butuh temenin Kartika."

"Tika bisa sendiri," potong Darma. "Kehadiran lo dan kedekatan lo sama Tika sekarang cuma bikin Tika ikutan keseret."

Gayatri melotot ke arah si sulung dengan sebal. "Mas Darma, jangan gitu, kenapa, sih?"

Darma balas menatap Gayatri nyalang. Rasanya menyeramkan ketika melihat keduanya beradu argumen dalam tatap begitu.

"Gue tahu lo yang berada di balik semua aktivitas mak comblang ini, Tri." Darma berdecak.

"Jangan asal nuduh, dong!" balas Gayatri dengan nada tidak terima.

"Loh? Memang kenyataannya, kan? You set this thing up. Lihat apa yang terjadi, kan?" Darma menunjuk ke arah pasangan yang masih berdiri canggung di ambang pintu tersebut.

Gayatri berdecak sebal. "Gue cuma ngundang Mas Janu untuk masak di ulang tahun Katya. Lalu, Kartika jadi terkenal dan semua jadi momentum bagus buat Keiku baik itu menurut perhitungan Mas Dikta maupun Mbak Salsa. Betul kan, Mbak?" Gayatri membela diri.

 Dari ujung mata Kartika, ia bisa menangkap Darma yang melirik ke arah Salsa dengan wajah kecewa. "You should tell me, Sa."

Salsa membuang wajah. Ia mengulum bibir. "it's beneficial for her." Salsa ikut mempertahankan argumennya. 

"Ya, kalau mereka melakukannya secara profesional," sindir Darma. "Masalahnya adalah... untuk kami di sini yang sudah tahu bahwa Kartika dan Janu punya sejarah sejak lama, mereka nggak akan bisa bersikap profesional. Well, Gayatri should know best, right? " Lagi, Darma menunjuk Gayatri dengan telunjuk. "Jadi, kalau ada yang brengsek di sini, ya, dia orangnya."

"Apaan sih, Mas?" Perempuan berponi rata itu menepis sebal. "Lagian kalau Tika dan Mas Janu pacaran, masalah lo di mana, Mas?" Gayatri masih terus mencecar. Ia tidak akan terima kalau harus kalah begitu saja.

Flavors UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang