9. Another Missed Shot

11.5K 1.5K 129
                                    

Kian membuka pintu apartemennya dan langsung menyeret diri ke sofa sebelum melempar tubuhnya ke atas sana dengan helaan napas keras. Hari ini, ia baru saja menyelesaikan pekerjaan private dining di rumah Gayatri.

Rasanya, melelahkan. Ini bukan pertama kalinya Kian melakukan sesi private dining tetapi tamu Gayatri rupanya begitu banyak. Benar-benar seperti orang gila!

Baru merebahkan tubuh, ponsel Kian bergetar. Dengan enggan, Kian melirik ke arah ponselnya yang bergetar. Ia menatap nama pemanggil dengan alis terangkat. Desisan keluar dari mulutnya sebelum mengangkat panggilan itu.

"Mas Janu!" Teriakan itu menggema, melengking, memekakan telinga. Kian butuh menjauhkan ponselnya dulu sejenak seraya meringis sebelum kembali menempelkan benda persegi itu.

Tak  banyak orang yang memanggilnya 'Janu'. Biasanya, hanya orang-orang terdekatnya. Orangtuanya, sahabat dekatnya semasa kuliah—seperti Reza—dan teman-temannya semasa kecil seperti anak-anak keluarga Adhyaksa. 

Termasuk, Kartika. Khususnya, Kartika.

"Apaan sih, Tri? Kenceng bener ngomong lo! Budeg nih, gue!" gerutu Kian sebal. "Kasihan banget dah si Dikta tiap hari dengerin volume suara lo itu!"

"Mm, I don't think so, Mas Dikta even told me to moan louder."

"Anjing ya, Tri!" Kalimat jawaban Gayatri itu membuat Kian mengumpat. "Please spare me the details. Gue nggak butuh tahu lo ngapain sama suami lo."

Lagi, Gayatri terdengar tertawa centil."Gue nggak nyangka loh, lo sekarang jadi sekeren ini!" puji Gayatri. "Jadi celebrity chef, dong!"

Ia menghela napas keras-keras. Kian dan Gayatri—serta anak-anak Adhyaksa lain—memang telah saling mengenal lama. Tetapi, bukan seperti yang orang-orang lain pikirkan. 

Orangtua Kian menjalankan bisnis restoran dan Adhyaksa maupun para jajaran sosialita itu sering menggunakan jasa dan produk mereka dalam setiap pesta. Di pesta itulah, Kian bertemu mereka semua. 

Lagi, termasuk, Kartika. 

Lagi, khususnya, Kartika.

Walau hidup Kian lebih dari kata berkecukupan hingga ia bisa bersekolah di sekolah bergengsi dan berkuliah di luar negeri, faktanya, ia tak akan bisa menyandingi Adhyaksa—seperti Dikta dan grup Prama-nya. Lebih dari itu, keterlibatan dan pertemuannya dengan Kartika hanya sebatas pertemuan di pesta karena orangtuanya menjadi vendor.

Itu saja. Tidak lebih.

"Ngomong-ngomong, thank you udah mau bersedia bantuin party anak gue."

"Lebih ke arah terpaksa sih, Tri," balas Kian pura-pura.

Pertemuannya dan rekoneksinya dengan Gayatri terjadi ketika salah seorang teman arisan perempuan itu mengadakan acara di restoran Kian. Di situlah mereka bertukar kontak. 

Hanya sebatas itu.

Kian hanya ingin menyimpan nomor Gayatri. Entah untuk apa.

Bahkan ketika Adrianna—kekasihnya—meminta Kian menghubungi Gayatri untuk menanyakan wedding organizer mana yang menangani pernikahannya hari itu. Kian bergeming.

Hingga suatu hari, Gayatri menelepon, menanyakan kesediaan Kian untuk mengadakan private dining session dalam acara ulang tahun anaknya. Sebagai gantinya, Gayatri akan memberikan kontak wedding organizer yang menangani pernikahannya.

Sebuah transaksi. Sebuah pertukaran.

Sialnya, pertukaran itu malah membuatnya berhadapan dengan sesuatu yang belum usai.

Flavors UnboundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang