1. Jaminan Konyol.

300 13 0
                                    

Jam bergerak semakin naik dan naik, setiap detiknya begitu terasa dalam keresahan seorang gadis yang baru sadar adik perempuannya yang nakal tidak ada di kamarnya. Renja berjalan cepat ke teras, mendongak ke atas melihat bulan bersinar terang seakan memberi Renja harapan untuk pergi ke luar mencari adiknya.

"Sera ini! Merepotkan!" Renja menggeram, diam-diam ia mengeluarkan motor matic dari rumah. Bergaya bak pencuri, Renja berusaha minimalisir suara agar orang tuanya tidak terbangun lalu mereka akan sadar putri kedua mereka menghilang lagi. Bisa gawat, Renja tidak ingin Sera ditampar lagi oleh bapak.

'Maaf, Mak, Pak, aku pergi diam-diam.'

Renja menyalakan motor setelah dia mendorong cukup jauh dari rumah. Perjalanan malam mengerikan ia lalui, menantang resiko bahaya bagi seorang gadis yang keluar tengah malam seorang diri. Tidak apa-apa, Renja yakin dia akan baik-baik saja.

Namun setelah itu Renja panik, motornya tiba-tiba mati di tengah jalan. Dia turun memeriksa, sayangnya Renja sama sekali tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan tentang memperbaiki motor.

'Bagaimana ini?'

Deberan jantung Renja terasa akan meledak, suhu dingin mendadak mengalir dalam nadinya. Sungguh sial; tidak membawa ponsel atau pun uang. Siapa juga yang tahu bakal jadi seperti ini?

Renja terpaksa mendorong motornya, ia ingat di sekitar sini ada bengkel motor dan mobil. Semoga saja masih buka.

'Masih ada orang!' Dalam benak Renja berteriak girang, dia seperti baru saja menemukan harta karun berharga. Lekas dia mendorong cepat motor, berhenti di dekat seorang pria yang tengah duduk santai sambil merokok.

Pria itu memperhatikan Renja, menghembuskan asap rokok ringan namun dia tetap duduk santai. "Kami sudah tutup, tinggalkan saja motormu di sini dan kembali besok. Atau kau bisa mencari bengkel lain."

Kernyitan kesal muncul di dahi Renja, padahal dia belum ngomong apa-apa tapi sudah ditolak. Lihatlah bagaimana pria angkuh itu mengabaikannya, Renja belum pernah mendapat pelayanan buruk seperti ini dari seorang yang menjual jasa.

"Tolong lihat dulu, rumahku sudah jauh, aku tidak bisa kembali tanpa motorku." Dengan tabah Renja memohon lembut, menampilkan sosok gadis tidak berdaya yang bisa mati malam ini.

Pria itu membuang rokoknya, lalu menginjak hingga api rokok padam. Ia mendekati Renja, membuat Renja mundur dalam debaran yang tiba-tiba. Laki-laki itu terlalu dekat, hampir saja Renja berpikir bahwa dia pria mesum. Tentu laki-laki itu hanya ingin mengecek motor Renja, setelah mengecek dia menyuruh Renja untuk duduk dan menunggu.

'Untunglah dia masih punya hati.' Renja bernapas lega, beralih duduk di atas tumpukan ban mobil tempat pria itu duduk tadi.

Renja memperhatikan pria itu, dia mulai paham kenapa tadi dia ditolak. Pria itu tampak lelah, tubuhnya kotor dan ada luka baru di bagian lengan—mungkin kecelakaan saat bekerja. Otok tangan beserta urat lengan pria itu menggambarkan sosok pekerja keras. Renja segera memukul kepalanya sendiri, apa yang dia pikirkan? Apa penilaian itu muncul karena si montir memiliki rupa tampan? Benar, kalau tidak tampan Renja pasti tidak terpikir untuk menilai.

Mata Renja kian memberar seiring memperhatikan montir mengotak-atik motornya. Sudah jam berapa ini? Renja tidak terbiasa tidur begitu larut. Lalu dia memejamkan mata sejenak, ya, niatnya hanya sejenak.

"Nona, Nona."

Renja merasakan seseorang menepuk-nepuk tangannya, dia pun membuka sedikit mata lantas terkejut ketika dia melihat langit-langit. Renja terbaring di atas tanah, entah sejak kapan dia jatuh dari tumpukkan ban. Lalu di sebelah Renja ada pria berjongkok membangunkannya.

"Ma-maaf, aku ketiduran." Semu merah tidak dapat ia tahan. Bangun dari posisi konyol, lalu dengan malu-malu menoleh ke arah si montir. "Motorku sudah siapa?"

"Sudah. 750 ribu."

"Apa! Kenapa sangat mahal?"

"Motormu ini parah, sama sekali tidak terawat. Oli kering, terus aku harus membongkar mesin dan mengganti alat-alat. Segitu saja sudah murah."

Renja menggaruk kepalanya, dia tidak tahu akan separah itu, pun dia tidak bawa uang, ke bengkel modal nekat dan berencana membayar besok. Tetapi 750 ribu bagaimana cara membayarnya? Renja ingat orang tua sedang susah.

"I-itu, aku sedang tidak bawa uang. Jadi aku akan tinggalkan sandalku sebagai jaminan."

Pria itu mengangkat sebelah alis, melihat bagaimana sandal jelek jadi jaminan. "Apa kau bercanda?" Dia tertawa ringan, ia yakin sekali gadis itu tengah bercanda.

"Serius. Aku enggak punya uang. Seminggu lagi ... beri aku waktu untuk membayarnya. Aku pasti akan kembali ke sini."

Lubang, di mana lubang? Renja ingin sekali menghibur dirinya. Bersama pria ini lebih lama akan menyusutkan ukuran tubuh Renja lebih kecil lagi. Entah bagaimana penilaian pria itu terhadapnya.

"Berikan alamatmu," ucapnya sembari memijat kepala. Hari ini adalah hari yang melelahkan baginya; kelelahan, kecelakaan kerja, sekarang gadis tidak tahu diri. Dia sudah tidak tahan, ingin segera melempar diri ke kasur untuk beristirahat. Tidak punya waktu berurusan dengan gadis tidak tahu diri lebih lama lagi.

"Katakan, akan aku catat."

Renja menurut, setelah itu dia bisa menaiki motornya lagi. "Terima kasih, aku janji pasti akan datang seminggu lagi."

"Jika tidak, aku akan mendatangi rumahmu," tutur pria itu.

"Iya, kau boleh datang. Itu, aku tinggalkan sandalku sebagai jaminan."

Dia melihat sandal Renja, sekali lagi menghela napas pasrah tidak mengerti jalan pikiran gadis itu. Sandal jelek yang hampir putus, bagaimana itu bisa dijadikan jaminan. Menggelikan, dia hampir tertawa besar untuk mengejek Renja.

***

"Sera! Aku sial gara-gara kamu!" Renja menjewer kuping adiknya yang ia temukan nongkrong di jembatan bersama banyak anak laki-laki dan sedikit anak perempuan.

"Aduh, Kak, sakit," rengek Sera.

"Ayo pulang! Kalau mamak dan bapak sadar kau pergi, maka habislah kau. Kalian juga! Besok hari senin, anak SMP kok masih keluyuran." Renja memarahi teman Sera juga, mereka hanya diam dan saling berbisik saja.

Sera diseret naik ke atas motor, sebelum pergi Renja melirik teman-teman Sera lalu berkata, "Besok-besok kalian enggak usah jemput Sera malam-malam lagi, dia bisa mati dipukuli bapak jika ketahuan."

Lagi-lagi mereka hanya diam, tetapi Renja sangat berharap karena dia takut dengan bapak yang tegas dan kejam dalam mendidik anak.

"Sera, gara-gara kau aku berhutang 750 ribu, katakan bagaimana cara aku mendapatkan uang? Jika minta ke papa atau mama, maka mereka akan tahu kau keluar malam lagi," keluh Renja, dia benar-benar pusing.

"Kok bisa berhutang?"

"Motor mogok di jalan saat aku mau menjemputmu, terpaksa dibawa ke bengkel. Banyak kerusakan, motor kita memang tidak terawat."

"Lagian kenapa Kakak menjemputku, salah Kakak sendiri."

"Sera!" bentak Renja, seandainya dia mengerti bertapa Renja mengkhawatirkan dia, takut dia dipukul  bapak lagi, tak ingin melihat mamak menagis untuk menghentikan bapak. Ya, sera anak labil, susah untuk membuat dia mengerti.

Bersambung....

Draf lama, sayang enggak dilanjutkan. Jadi maklumi kalau alurnya agak pasaran (kayaknya enggak juga.) Rin akan berusaha membuatnya lebih menarik. 😓

Ok, jangan lupa tinggalkan jejak. Enggak terima pembaca hantu, pergi sana! Setidaknya tinggalkan vote! 🤬




Following the CurrentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang