Rintik hujan kecil belum berhenti sejak buliran air itu turun sore tadi. Renja mengintip dari balik tirai di kamar pada hari yang mulai gelap. Sensasi dingin ini ... Renja mengeluh mengantuk. Jika tidak ingat janji tiga hari itu adalah hari ini, maka Renja akan membiarkan tubuhnya meringkuk dalam kenyamanan selimut sampai pagi.
Renja beralih ke dapur membuat secangkir kopi, membawanya ke meja persegi panjang untuk menikmati aroma harumnya. Semoga kantuknya lekas menghilang, Renja tak ingin mengecewakan Darel seakan mencari alasan untuk menghindar.
Sebentar lagi pria itu akan pulang, Renja merasakan debar jantung menanti untuk segera melepaskan rasa tidak nyaman ini.
Setelah hal itu selesai, Renja akan menjadi istri baik yang sesungguhnya. Mungkin Darel juga akan bisa lebih terbuka, Renja menahan diri untuk bertanya banyak hal tentang Darel dan keluarga pria itu. Ya, Renja ingin dekat terlebih dahulu, baru dia bisa menggali setidaknya sedikit demi sedikit.
Suara motor berhenti di luar mengejutkan Renja, dia langsung meletakkan gelas kopi ke meja, sebelum gugup membuat gelas itu jatuh.
'Tenang Renja, tenang. Ingat, jangan melihatnya seperti monster.'
Renja menarik napas panjang berkali-kali, menenangkan diri, memajamkan mata sejenak lalu dia berekspresi cerah.
Ok, bagus. Renja kemudian menoleh ke arah pintu, Darel baru saja masuk dari sana dalam keadaan basah.
"Cepatlah mandi sebelum makanannya dingin," sapa Renja terlebih dahulu. Walau menahan gejolak, Renja berhasil tidak memperlihatkan ketakutannya.
"Sepertinya kau sudah siap." Darel mengangkat sebelah alis sembari tersenyum tipis. Istrinya menyambut hangat seolah malam ini tidak akan terjadi apa-apa.
Renja sudah sangat berusaha.
"Ya, terima kasih sudah memberikan aku waktu. Mau teh hangat?"
Darel melirik pada gelas mengeluarkan asap di atas meja, aromanya tercium harum dalam warna pekat. "Aku juga mau kopi," pintanya.
Renja berdiri. "Pergilah ke kamar mandi, aku akan antarkan handukmu ke sana."
Benar-benar cerminan istri yang baik, Darel harus bersyukur atau kasihan? Di antara banyaknya wanita yang pernah menjalani hubungan dengan Darel, Renja tidak banyak tuntutan, serta apa adanya.
***
Mereka baru saja selesai makan, selagi Renja mengemas meja serta membersihkan piring, ponsel Darel berdering nyaring. Dia mengangkatnya, hanya mendengarkan penelepon berbicara, setelah itu dia menjawab singkat di akhir sebelum memutus sambungan.
"Renja, nanti kau tunggu saja di kamar," ucap Darel seraya berdiri, pergi ke ruang di sebelah kamar.
Renja hanya mendengar suara Darel, juga bunyi pintu tertutup. Renja mencuci tangannya bekas busa sabun cuci piring, memeriksa kamar mereka, Darel tidak tampak di sana. Apa barusan dia masuk ke ruangan sebelah? Renja sering masuk untuk membersihkan, selain lemari kayu yang terkunci, ruangan itu hanya ada meja dan kursi.
'Apa yang dia lakukan di dalam?'
Menuruti kata Darel, Renja menunggu di kamar. Hujan panjang masih berlangsung, berada di atas kasur adalah pilihan bodoh ketika ia berusaha menahan kantuk.
'Pejam sebentar enggak apa-apa mungkin.'
Ia menarik selimut sampai ke leher, menikmati kenyamanan yang membuat Renja kehilangan kendali atas kesadarannya.
Dia tertidur cukup lama, sampai samar-samar ia merasakan belaian halus di kulitnya. Rasa dingin menusuk, apa selimutnya tidak berfungsi lagi? Setelah semua kejanggalan itu, ia masih enggan membuka mata, melupakan apa yang ia janjikan sebelumnya.
"Hm." Renja meringis, lehernya tersengat sesuatu.
Disy membuka mata, terbelalak ketika hal yang pertama ia lihat adalah mata Darel di atasnya. Sebelum Renja mengeluarkan teriakkan, Darel membungkam Renja dengan ciuman lembut.
Tubuh Renja melemas dari gerak perlawanannya, dia telah mendapatkan kesadaran penuh juga ingatannya.
Konyol, pantas saja dia kedinginan, selimut yang tadi menghangatkan tergeletak di lantai, dan menjadi saksi tubuh yang tidak ditutupi apa pun lagi. Dia telah polos bersama Darel di atasnya.
Renja agak terkejut saat Darel melahap ujung dadanya, memberikan sensasi geli dan ... enak? Tubuh saling bersentuhan memberi kehangatan di kulit yang dingin, Renja menutup wajah kala tangan Darel membelai, menusuk-nusuk di bawah sana, sementara pria itu masih menjadi bayi di dadanya.
"Apa memang begini caranya?" Renja melenguh mengeluarkan suara yang membuat dia malu sendiri.
Darel melepaskan dada Renja. "Memang seperti ini. Atau kau akan kesakitan nanti."
"Tapi ini memalukan."
Darel menarik tangan Renja yang menutupi wajahnya. "Kau harus melihat akhir dari keperawananmu. Jangan menutup mata, dan terima saja."
"Kalau aku tidak melihat, me-memangnya kenapa?"
"Kau yang rugi. Anggap saja sedang melihat bintang jatuh."
Saat Darel mengambil posisi duduk, Renja melihat milik pria itu. Sesak napas, apa itu benar-benar akan masuk? Ini pertama kali Renja melihat milik pria. Bagaimana Darel menyimpan itu di celana dalamnya?
"Darel, apa yang panjang itu bisa dilipat?"
Darel seketika tertawa. "Apa yang sedang kau pikirkan?"
"Itu-ah! Apa yang kau lakukan!?" Renja berusaha duduk untuk mencegah kepala Darel di bawah sana.
Tapi dia tidak bisa.
Merinding, jijik, dan mendesah, oleh pria itu yang melakukan hal kotor dengan mulutnya. Hal seperti ini tidak pernah terbayang oleh Renja, dia tak mampu menahan malu oleh sensasi yang ia terima sehingga dia berhenti memberontak, menikmati setiap sentuhan yang membawa dia terbang ke awan.
Darel puas melihat reaksi tubuh Renja, pun Renja sudah cukup siap untuk menerima Darel.
Dia memposisikan diri, membiarkan Renja terpekik mencengkeram seprei. Mendiamkan sejenak, darah ikut menodai dirinya. Darel mencium lembut meredam suara rintihan wanita itu, dia bersikap penuh kasih sayang pada pengalaman pertama Renja.
"Tenang." Darel mengusap surai Renja, menahan diri untuk tidak terburu-buru. "Sudah merasa baikkan?"
Renja mengangguk.
"Baiklah, aku tidak akan segan." Darel bergerak dan menggeram menikmati makan malam terlezatnya. Benar-benar sesuatu yang diharapkan dari gadis yang tidak tersentuh sebelumnya.
Setelah puas, Darel melepaskan Renja, mengambil selimut di lantai untuk menutupi tubuh mereka.
Renja langsung tidur, dia sangat lelah dan mengantuk. Jam berapa sekarang? Ia penasaran tapi terlalu berat untuk membuka mata. Dia kembali lagi pada kesunyian setelah suara yang keluar sejak tadi berasal dari mulut juga benturan kulit. Pasti sudah hampir subuh, samar-samar ia mendengar suara burung mengudara di luar.
Renja tidak takut, malam ini dia tidak sendiri. Tangan Darel tengah melingkar di perutnya, mengusir sisi pengecut untuk tidak menenggelamkan diri sampai sulit bernapas dalam selimut.
'Apa aku sudah melakukan yang terbaik. Darel tidak akan meninggalkan aku sendiri lagi, kan? Aku tidak mau jadi istri transparan. Tolong lihat aku.' Kekhawatiran muncul dalam benaknya sebelum ia benar-benar terlelap, mengabaikan semua indra di tubuhnya untuk melayang seperti roh.
Bersambung....

KAMU SEDANG MEMBACA
Following the Current
RomansaGadis yang terbiasa untuk mengerti dari pada dimengerti adalah gadis yang penurut. Hidup sederhana, dan bertutur lembut. Renja adalah gadis desa yang baik, namun cukup sombong dengan menolak banyak lamaran datang ke rumah. Lalu kemudian sebuah kapa...