Renja duduk meringkuk termenung di atas kasur, pikiran melayang pada percakapan soal anak di sungai tadi bersama Dorie. Dia dan Darel sering melakukan hubungan intim tanpa pengaman. Renja mengelus perutnya, apakah bayi kecil akan tumbuh di dalam?
Dia mengganti posisi menjadi telentang, menutup mata membayangkan ada makhluk kecil berisik mengobati rasa kesepiannya, berlarian ceria, dan juga menangis. Bibir menukik tipis, jantung berdebar-debar akan masa depan di pikirannya.
Renja berjanji akan menjadi orang tua yang baik, lalu jika dia melahirkan anak, Renja akan sangat berusaha agar memberi kasih sayang yang merata.
Tapi bagaimana dengan Darel? Apa dia mau memiliki anak sesegera mungkin?
“...!” Waktunya pas sekali. Terdengar suara motor Darel di depan. Renja mengintip di jendela, melihat Darel datang menenteng plastik hitam, masuk ke dalam.
“Renja.”
Sekarang Renja bisa mendengar suaranya memanggil. Renja turun dari kasur, membuka pintu kamar dan melihat Darel telah duduk di meja makan mereka sambil bersila di lantai.
“Darel beli makanan di luar lagi?”
“Iya, ayo makan.”
Renja mengambil alat makan terlebih dahulu, barulah dia ikut duduk di bawah bersama Darel. “Kenapa beli makanan di luar? Masakan aku enggak ena-”
“Luka begitu mau memasak?” potong Darel, dia mengambil bingkusan dari tangan Renja untuk membantu membuka ikatannya.
“Telapak tanganku baik-baik saja, hanya lengan dan kaki.”
“Dan beberapa memar di punggung,” pangkas Darel membuat Renja menelan kata-katanya.
“Aku baik-baik saja, sungguh.” Renja berucap pelan, ekspresinya sendu. “Aku tidak lumpuh.”
Mata Darel berkedut memandang wanita yang hampir menangis oleh hal sepele seperti ini. Tidak mungkin dia tersinggung, kan? Sial, Darel lupa! Renja adalah perempuan aneh yang berusaha semaksimal mungkin agar tidak menjadi beban.
Darel tebak dia pasti memikirkan tentang boros.
“Baiklah, untuk makan malam nanti aku tidak beli.” Pasrah akan lebih baik, syukurlah itu berhasil. Renja mengangguk, mulai memakan nasi yang ada di piringnya.
Seperti biasa, setelah usai makan Darel akan duduk di teras, lalu Renja akan datang membawa teh dan roti. Mereka duduk berdua menikmati kedamaian, Renja sering memandang suaminya seolah ingin menggali rahasia lewat tatapan.
“Darel, lihat!” Renja menunjuk antusias Dorie yang tengah menggendong anaknya menghirup udara luar. “Itu Dorie, aku berkenalan dengannya tapi pagi. Lalu anaknya, dia menggemaskan, kan?”
“Hem.”
Astaga reaksinya sangat biasa, dia cepat membuang muka setelah melihat bahkan sebelum Renja selesai berbicara.
Renja diam, memandang darel lebih lekat, melihat Darel yang sama sekali tidak memiliki semangat pada anak kecil. Kalau begini Renja pun akan kehilangan minat, enggak mau punya anak jika pada akhirnya hanya dia yang membesarkan sendiri—maksudnya memberi perhatian.
Dia mendengus pelan, membuang wajah ke arah lain untuk menelan keegoisannya sendiri. Jangan menjadi tidak tahu diri, Darel sudah melakukan banyak hal untuknya. Renja menekan diri, merah sebab dia sadar dia mulai melenceng dari pedoman perempuan pengertian.
Darel menoleh, mendadak sunyi ini seperti ada yang janggal. Kenapa Renja diamnya lama sekali? Biasanya ada saja laporan kesehariannya—penting atau pun tidak penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Following the Current
RomantiekGadis yang terbiasa untuk mengerti dari pada dimengerti adalah gadis yang penurut. Hidup sederhana, dan bertutur lembut. Renja adalah gadis desa yang baik, namun cukup sombong dengan menolak banyak lamaran datang ke rumah. Lalu kemudian sebuah kapa...