3. Tuduhan kejam.

86 8 1
                                    

"Katanya beberapa hari ini ada pasangan mesum di gudang terbengkalai. Entah dari mana asal mereka, warga berniat memergoki mereka nanti malam." Fika memberitahu sembari dia membersihkan ikan yang ia dapat dari bosnya.

"Gudang kosong dekat belakang rumah Pak RT itu?" Renja bereaksi terkejut, tangannya lincah menggosok piring kotor. "Ada-ada saja, tempat itu kan becek dan kotor banget. Bagaimana mereka bisa nyaman?"

"Awas aja kamu kayak mereka." Fika menunjukkan parangnya penuh darah ikan, mengancam Renja seolah dia akan membunuhnya.

Renja meneguk liur kasar, walaupun ia yakin hal itu tidak akan terjadi padanya, tetap saja terasa mencekik sehingga membayangkan saja membuat Renja sesak napas.

Dari pada itu, Renja mengkhawatirkan adiknya. Tingkah liar Sera, pergaulan dengan banyak laki-laki, keluar malam, pesta remaja, dan masih banyak lagi. Renja berharap adiknya tahu batasan.

Dia lirik Sera yang tengah duduk di meja makan sembari senyam-senyum pada layar ponsel. Renja sangat yakin Sera sedang berkomunikasi dengan pacarnya yang entah ke berapa.

'Apa yang harus aku lakukan pada anak itu?' Renja memalingkan wajah, kembali fokus mencuci piring kotor. Semakin dia berpikir, semakin pusing, jangan sampai ia memecahkan piring gara-gara terfokus pada Sera.

"Sudah selesai, Ma? Sini ikannya aku goreng sebagian."

Renja beralih mengambil kesibukan lain, dia adalah anak rajin yang selalu dituduh pemalas oleh mamaknya. Suatu hari jika Renja merantau, pasti mamaknya kesulitan. Mungkin.

***

Pukul 11 malam, Renja terbangun mendengar banyak langkah kaki melintas di depan rumah. Ia pun mengintip. Terlihat pada warga berbondong-bondong ke suatu tempat, pasti ini yang ceritanya mamaknya tadi siang.

Lantas Renja keluar, pergi melihat ke kamar Sera.

"Kenapa, Kak?" Sera mengernyit, gadis itu belum tidur dan belum lepas dari ponselnya.

Namun Renja bernapas lega, setidaknya Sera tersingkir dari kekhawatiran Renja.

"Tidak ada. Aku kira kau keluar lagi malam ini."

"Bagaimana cara aku keluar? Bapak sedang menonton TV di depan, bisa mati aku."

Renja tertawa kecil. "Ya sudah, kamu tidur lagi, besok sekolah."

Renja pergi ke luar, melewati bapaknya begitu saja. Sekali lagi dia mengintip ke jendela, sudah tidak ada warga yang melintas di depan rumahnya. Tetapi ... mata Renja menyipit, memperhatikan motor bergerak pelan dengan pengendara tanpa helm yang celingak-celinguk.

'Itu!'

Wajah yang Renja kenali, motor yang pernah Renja lihat. Itu adalah montir kemarin. Napas Renja tercekat, apa yang harus ia lakukan? Jika montir itu singgah di rumahnya, maka habislah Renja. Lantas dia melirik bapak, membayangkan raut tenang itu menjadi kemarahan besar.

"P-Pak, aku mau lihat warga mencari pasangan mesum. Aku keluar, ya." Renja meminta izin, dia akan menjauhkan montir itu dari rumahnya.

Amar menoleh, diam sesaat lalu berkata, "Jangan lama-lama, sudah larut ini."

"Iya, cuman sebentar." Dia langsung membuka pintu, setengah berlari menghampiri pria bermotor yang berhenti di depan rumah tetangganya.

Pria itu tersenyum tipis melihat Renja, menunggu gadis itu di tempat sambil duduk santai di atas motor. Sorot matanya terkagum atas kulit gadis yang bersinar menyatu dengan cahaya bulan putih. Gadis itu berjalan menggunakan sandal yang jauh lebih besar dari kakinya, bertubuh pendek serta rambut berantakan.

Following the CurrentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang