Nova menggeliat pelan dalam tidurnya, kala suara bising terdengar memasuki Indra pendengaran nya.
"Eunghh." Melenguh pelan, ia perlahan membuka matanya dan langsung menemukan sudah ada sang mertua di hadapannya.
Ayah menatapnya dengan senyuman, Nova mengerutkan dahinya, bingung dengan tatapan itu.
Sedangkan bunda sedang menggendong sang cucu sambil ikut memperhatikan Nova yang masih berbaring.
Ia makin bingung, karena saat dirinya bergerak, ada sesuatu yang menimpa samping kepalanya.
Posisi tidur Nova kini berbaring menyamping dengan dibantalkan oleh paha sang istri. Dengan tangan Araby yang masih setia bertanggar di samping kepalanya sama seperti saat ia membelainya tadi malam.
Sungguh pemandangan yang menghangatkan weekend pagi yang sejuk ini.
Aneh dengan benda asing di kepalanya, Nova segera mengambil benda yang ternyata adalah tangan seseorang itu.
Nova menolehkan kepalanya bingung. Ia langsung terkejut saat mengetahui orang yang berada di dekatnya adalah Araby. Semakin terkejut karena mengetahui ia tidur dengan nyenyak tadi malam dengan paha Araby yang menjadi bantalannya.
Ia langsung bangkit terduduk. Mengusap wajahnya agar tidak terlihat buruk karena baru bangun tidur di depan sang mertua.
"Aduh maaf Yah, Bun. Nova baru bangun tidur, tadi malam kecapean banget." Ucapnya.
Bunda menghampirinya dengan sang cucu dalam gendongan. "Iya gapapa." Ucapnya sambil ikut duduk di sampingnya.
"Ara, bangun nak. Siap-siap pulang." Ucap sang ayah sambil mengusap pucuk sang anak.
"Hoamm." Araby menguap lalu meregangkan badannya yang pegal karena semalaman ia tertidur dengan posisi duduk.
"Kamu bukannya tidur di kasur malah di sini." Omel sang ayah saat melihat anaknya bangun tidur langsung meregangkan pinggangnya yang pegal.
Araby lalu menoleh ke arah Nova yang berada di sampingnya lalu tersenyum. "Gapapa yah, tadi malam juga aku baru pindah jam setengah duaan." Ucapnya sambil mengalihkan atensinya pada sang anak yang berada di gendongan bundanya.
"Tumben dia ga rewel pagi-pagi, biasanya jam segini udah minta nenen." Ucapnya sambil menatap sayang sang anak.
"Kamu mandi dulu gih, siap-siap. Nanti Bian juga mau ke sini sebentar lagi." Ujar sang bunda.
Araby yang mendengar itu menghela nafasnya berat. Lalu menatap Nova yang saat ini sudah bermain dengan handphonenya.
Araby lalu memutuskan untuk pergi mandi dan bersiap agar cepat pulang.
Araby's POV.
"Kamu kenapa sih cemberut terus?" Tanya Bian bingung melihatku yang sepertinya sangat murung.
Huhhh, gimana gak murung? Aku kira aku akan menikmati pagi hari Sabtu ini dengan Nova di sampingku.
Tapi aku malah berakhir di sini, berdua bersama Bian di dalam mobilnya.
"Gapapa," jawabku acuh sambil mengelus Aya yang tengah tertidur digendonganku.
"Kamu kenapa sih? Perasaan aku aja atau emang kamu ngejauhin aku?" Tanya Bian kembali, terdengar lelah dari suaranya.
Aku terdiam memikirkan. Aku tidak tega dengannya. Tetapi aku juga tidak bisa jika harus berpura-pura.
Katakan aku egois.
Secepatnya aku harus mengatakan semuanya kepada Bian.
|
|
|
|
|
|
KAMU SEDANG MEMBACA
don't hesitate to hurt me.
RomanceTidak pernah terbayangkan oleh Nova bahwa ia akan dijodohkan dengan wanita yang sangat ia kagumi disaat dirinya masih menempuh pendidikan di universitas tempatnya belajar. Araby sangat kesal, ia tidak menyangka ayahnya akan tega menjodohkan dirinya...