Bab 1

124 26 46
                                    

Jangan lupa untuk follow terlebih dahulu.

Tekan tombol vote lalu berkomentar.

Happy Reading


Uhuk uhuk.

Xelia sejak tadi pagi terus batuk-batuk. Gadis itu tengah mengayuh sepeda menuju sekolahnya yang tidak terlalu jauh tapi memakan waktu sepuluh menit lamanya. Gadis yang mengepang rambut menjadi satu itu merasa ada yang mengganjal di tenggorokan.

Belum lagi kepalanya terasa pusing sejak semalam. Dia bisa saja tidak sekolah tapi itu bukan pilihan tepat. Karena sudah dua hari ia tidak masuk dan tidak bisa ia bolos lagi.

Alhasil Xelia tetap masuk walau tubuhnya terasa tidak enak. Akhirnya Xelia tiba di sekolahnya yang besar dan luas.

SMA Kalana, nama sekolah yang terpampang dengan ukiran di depan pagar sekolah. Sekolah elite yang cukup terkenal, berisi murid-murid yang mayoritas dari kalangan atas. Sekolah favorit yang memiliki segudang prestasi akademik maupun non-akademik para murid. Fasilitas yang di sediakan juga cukup memadai, membuat para murid merasa puas bersekolah disini.

Xelia, satu di antara ratusan murid Kalana. Gadis itu bisa sekolah disini berkat otaknya, ia mendapat beasiswa. Jika bukan karena itu, Xelia tidak akan bisa bersekolah disini karena biayanya cukup besar.

Xelia sudah tiba di kelas dan duduk dibangkunya paling pojok. Gadis itu menelungkupkan kepala di antara lipatan tangan. Memejamkan sebentar sembari menunggu guru datang.

Berselang lima menit kemudian, guru pun datang dan segera mengajar.

Di kelas XI Ipa 1, Xelia adalah seorang murid berprestasi. Gadis itu menguasai semua mata pelajaran, nilainya selalu di atas rata-rata. Namun, itu tak menjadikannya spesial di mata guru maupun murid lain.

Mereka tahu Xelia cerdas, tapi gadis itu bukan dari kalangan atas. Mereka hanya tahu jika Xelia adalah gadis miskin yang hidup sebatang kara. Di sekolah ini, mereka yang berharta maka mereka yang di puja.

Guru matematika menerangkan materi dengan baik. Saat pengajuan pertanyaan hanya Xelia yang mampu menjawab tapi tak ada apresiasi lebih untuk gadis yang memakai jepit rambut itu.

Pukul 10:30. Bel istirahat berbunyi membuat semua keluar kelas dengan wajah senang. Mereka pergi sesuai dengan keinginan masing-masing.

Xelia tidak kemanapun selain perpustakaan, tempat favoritnya yang tenang dan damai.

Ia memang terbiasa kemari, karena menurutnya disini ia bisa merelaksasikan diri dari kehidupannya yang menyedihkan.

Gadis itu mengambil satu buku pelajaran, berjalan menuju tempat duduk paling pojok. Membaca disana dengan tenang.

Namun, itu tidak berlangsung lama saat ada yang menggebrak meja.

Brak.

"Heh, cupu!" panggil seorang siswi pada Xelia.

Xelia mendongak perlahan, gadis itu menyipitkan mata kala ingat jika siswi ini adalah sosok yang cukup terkenal di sekolahnya.

Siswi yang memiliki nama Visya Nadima itu melempar tatapan tajamnya, rahangnya tampak mengeras saat memperhatikan Xelia.

XELIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang