Bab 17

47 21 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya 💜

Happy Reading ✨

“Kamu yang saat itu tenggelam, kan?” 

Xelia mengerutkan kening bingung, tidak paham maksud apa yang ditanyakan pemilik toko.

“Ya, itu kamu.”

Hingga Xelia pun teringat sesuatu. Orang yang menyelamatkannya ketika tenggelam di danau dan membawanya ke rumah sakit, apakah pria ini?

Pria itu tersenyum tipis melihat gadis di hadapannya hanya diam, ia pun pergi dari sana menuju ruangan khusus dirinya.

“Xel, kok Mas Alio kayak kenal kamu? Kan kamu baru kerja kemarin, dan belum pernah nemuin dia,” heran Rubi.

Xelia menggelengkan kepala ragu, ia tidak tahu apakah dugaannya barusan benar atau tidak.

Tidak mau memikirkan itu sekarang, gadis berambut sebahu itu pun meneruskan pekerjaannya.

  Ketika siang berganti malam dan toko sudah tutup, Xelia bersiap pulang. Gadis itu baru selesai berganti pakaian, ia pun berjalan ke luar dari ruangan khusus pegawai.

Saat hendak keluar toko, tiba-tiba kakinya tersandung dan hampir tersungkur ke depan. Tetapi, beberapa saat memejamkan mata, Xelia tidak merasakan sakit padahal ia barusan akan jatuh.

“Kau, tidak apa-apa?”

Xelia tersentak ketika mendengar suara seseorang, ia menegakkan tubuh dibantu orang yang menahan tubuhnya barusan. Ternyata sang pemilik toko yang sudah menahan tubuhnya barusan.

“Maaf pak dan terima kasih,” ucap Xelia merasa tidak enak.

Pria itu hanya memperhatikan Xelia, kemudian menatap arloji di pergelangan tangannya.

“Belum pulang?” 

“Hah? Eh, be-belum pak, ini baru mau.”

Pria itu mengangguk. “Lain kali hati-hati dan jangan panggil saya pak.”

“I-iya pa- eh saya panggil nya apa?” Tatapan Xelia entah mengapa tampak polos di mata pria ini.

“Kamu baru disini, kan? Saya meminta para karyawan disini memanggil saya Mas, agar tidak tampak tua.”

Xelia tersenyum canggung dan mengangguk. “Memang ba- eh mas, sudah tua?”

Pria itu menggeleng. “Dua puluh lima.”

Xelia mengangguk paham apa yang diucapkan pria ini.

“Ada alasan kamu menenggelamkan diri sendiri?”

Xelia terhenyak ketika mendapat pertanyaan seperti itu, berarti benar jika bos nya ini orang yang menolong Xelia kala itu.

“Terima kasih karena mas sudah menolong saya waktu itu.”

Pria tersebut mengangguk dan hanya menatap Xelia, seolah tengah menunggu sesuatu.

Xelia melirik kanan-kiri, merasa canggung ketika bos nya terus memperhatikan.

“Mas, saya pamit pulang duluan.” Setelah mengatakannya, Xelia pun pergi berlari kecil.

Pria itu memperhatikan kepergian Xelia dengan seulas senyum tipis tercetak di bibirnya.

***

 “Lepasin!” 

Xelia mencoba melepaskan diri ketika ia di seret paksa oleh dua teman Reyko yang entah akan membawanya kemana. Sebelumnya, ketika Xelia tiba di sekolah, langsung saja ada yang menariknya dan itu kedua teman Reyko atas perintah laki-laki itu sendiri.

Xelia terus diseret sampai mereka tiba di gudang sekolah, ia didorong sampai mengenai beberapa tumpukan kardus. Xelia menatap sengit Reyko yang kini berdiri di hadapannya.

“Ma-mau apa kamu, hah?” Entah mengapa Xelia sedikit takut ketika dihadapkan dengan Reyko dalam keadaan seperti ini.

Tatapan Reyko tampak menakutkan di mata Xelia, hingga gadis itu menundukkan kepala.

Reyko menarik rambut Xelia sehingga wajah gadis itu mendongak.

“Maksud lo apa nyerang cewek gue, hah?” 

Xelia mencoba untuk menahan air mata yang sudah berada di pelupuk mata. Tangannya berusaha untuk melepaskan tangan Reyko dari rambutnya.

“Jawab, sialan!” bentak Reyko yang tidak sabar.

Xelia memejamkan mata ketika mendengar bentakan dari Reyko, tubuhnya sedikit bergetar ketika wajah Reyko begitu dekat di depannya. Ingatan pada malam pesta Clea, dimana laki-laki ini merenggut kesuciannya muncul di kepala.

Reyko yang melihat Xelia hanya diam, menampar gadis ini begitu kencang.

“Ini balasan karena berani nampar cewek gue!”

Lalu, Reyko menendang tubuh Xelia sampai gadis itu terjatuh. Tubuh kurus Xelia membentur tembok akibat tendangan Reyko. Sungguh, laki-laki ini tidak berhati, tidak peduli yang ia sakiti adalah seorang perempuan.

“Dasar cewek miskin, jelek, sukanya bikin gue darting!” ejek Reyko, “Seharusnya lo dapet pelajaran yang lebih dari ini.”

Xelia masih diam tidak melihat ketika Reyko melepas ikat pinggangnya, laki-laki itu berniat mencambuk Xelia dengan ini.

Ctarr.

Xelia yang terdiam karena pikirannya pergi pada malam itu, dimana Reyko tanpa ragu melecehkannya, merenggut kesuciannya tersentak ketika punggungnya mendapat cambukan cukup kencang.

Xelia meringis, ia melempar tatapan tajam dan protes pada laki-laki jahat itu. Ketika cambukan akan kembali mendarat, Xelia bergeser ke samping dengan cepat. Gadis itu mengambil sebuah kotak kayu lalu melemparnya ke arah Reyko.

Brak.

Reyko dan kedua temannya menatap tidak percaya Xelia yang kini melangkah dengan sebuah tongkat di tangannya sembari memegangi perut akibat tendangan dari Reyko.

Bugh.

“Argh!” Reyko mengerang ketika mendapat pukulan di punggungnya, ia menyadari jika Xelia yang melakukannya.

“Kamu pikir aku akan diam saja? Nggak, aku tidak akan diam lagi!” Xelia hendak melayangkan pukulan kembali, tapi Leon dan Ezya menahannya lebih dulu.

Xelia berontak sekuat tenaga, gadis itu marah dan benci ketika ingatan malam itu terus terngiang di kepalanya. Sehingga ia bisa mendorong Leon dan Ezya.

“Cukup sudah kamu sakiti aku. Bahkan kamu merenggut kesucianku, lihat apa yang bisa aku lakukan padamu!” teriak Xelia penuh emosi dan kemarahan, kemudian gadis itu pergi dari sana setelah kembali memukul lengan Reyko sampai laki-laki itu mengerang kesakitan.

“Argh!! Sialan lo!”

***

Bersambung ....

🍇🍇🍇



XELIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang