Bab 22

62 21 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya 💜

Happy Reading ✨

Xelia tidak tahu kenapa bos nya bisa ada di sekolah dan datang ke ruangan ini. Ia bingung sebab tahu darimana Alio jika dirinya bersekolah di Kalana.

Pria tampan itu membuka pintu secara kasar, kakinya melangkah maju dan berdiri di samping Xelia. Matanya meneliti orang-orang yang ada di ruangan ini.

"Xelia tidak bisa di keluarkan dari sekolah begitu saja!" larang Alio membuka suara.

"Siapa kau? Kenapa bisa masuk kemari, hah?" tanya Karina tidak suka.

"Siapa saya apakah itu penting? Intinya saya hanya berkata jika Xelia tidak boleh di keluarkan tanpa sebab."

"Tanpa sebab? Dia sudah melukai putriku, juga memfitnahnya. Aku tak terima dan ingin gadis miskin itu di keluarkan!"

Xelia memutar bola matanya malas mendengar apa yang Karina katakan. Wanita tua itu cukup cerewet juga ternyata.

"Kalian tidak mau mempercayai ucapan Xelia? Kenapa? Apa karena dia seorang gadis miskin?"

"Seharusnya kalian cari tau dulu, apakah yang Xelia katakan bohong atau tidak. Bagaimana jika dia berkata jujur? Lalu dia di keluarkan padahal dia sama sekali tidak bersalah?"

Visya yang tidak terima karena ada yang mau membela Xelia berdiri dari posisi duduknya.

"Maaf tuan, tidak ada yang perlu kami cari tau. Sebab, Xelia berkata bohong, aku tidak pernah melakukan apa yang dia tuduhkan," ucapnya sembari memandang sinis Xelia.

"Makanya harus dicari tau dulu. Supaya lebih jelas, yang berbohong itu Xelia atau kau."

"Tidak usah. Sudah jelas perkataan Xelia yang bohong, aku tidak pernah merundung dia!"

"Iya itu menurutmu, tapi saya yakin Xelia tidak mungkin berbohong. Jadi, cari tau kebenarannya dan temukan bukti jika perkataan Xelia itu benar."

Alio memandang intens Visya, sorot matanya tampak menyelidik. Bisa ia lihat jika gadis angkuh ini tampak gugup.

"Lagipula kau tidak perlu merasa takut jika tidak melakukannya dan jangan larang kami untuk mencari bukti tentang apa yang dikatakan Xelia," lontar Alio.

Visya memalingkan wajah ke samping ketika di tatap oleh Alio dengan begitu intens.

"Pokoknya, selama pencarian bukti atas ucapan Xelia di lakukan, dia tidak boleh di keluarkan. Jika nanti faktanya jika Xelia berbohong, maka dia bisa menerima hukuman," cakap Alio dengan lantang.

"Tapi dia sudah melukai putriku! Tangannya terluka," ujar Karina masih tidak terima.

Alio mengalihkan tatapan ke arah kedua tangan Visya, lalu meraih tangan gadis itu dan memeriksanya.

"Hanya terkilir sedikit mungkin dan ini bisa sembuh. Putrimu tidak patah atau harus di amputasi tangannya, jadi tidak perlu berlebihan." Setelah mengatakan itu, Alio pergi bersamaan menarik Xelia untuk pergi juga.

Visya memandang kepergian keduanya dengan wajah menahan kesal, tidak tahu bagaimana bisa ada yang membela Xelia.

Xelia menarik tangannya yang di genggam oleh Alio. Langkah kaki keduanya berhenti tepat di depan kelas Xelia.

Xelia menatap bos nya yang tampak biasa saja. Pria yang memakai kemeja biru itu menatap bertanya Xelia.

"Ada apa?"

"Mas Alio, kok bisa kesini? Tau darimana saya sekolah disini? Kenapa juga bisa tau kalau saya ada di ruangan kepala sekolah? Apa mas ikutin saya?" Pertanyaan di cecar kepada Alio, membuat pria itu menghela napas.

"Satu-satu kalau bertanya." Alio tampak memperhatikan Xelia dengan serius membuat gadis itu merasa gugup.

"Yah saya memang mengikutimu. Pertama, saya mengikuti pulang ketika malam kau hampir tertabrak, karena sudah tau rumahmu, saya pagi tadi berniat menemuimu dan saat melihat kamu berangkat sekolah, makanya saya ikutin," jelas pria itu.

"Darimana saya tau kamu di ruangan kepsek, yah dari murid di kelasmu. Darimana saya tau kelasmu, yah nanya juga."

Xelia menatap tidak percaya bos nya yang melakukan itu semua. Tapi, untuk apa?

"Xelia, apakah perkataanmu benar jika kau di rundung oleh gadis yang tadi?" tanya Alio dengan ekspresi begitu serius.

Xelia tidak mengucapkan sepatah kata, hanya melihat Alio dengan pandangan menelisik.

"Sebelum saya masuk tadi, saya lebih dulu mendengar semua percakapanmu dengan orang-orang di sana."

"Kenapa melakukan itu? Maksud saya apa untungnya buat mas Alio membela saya seperti tadi?"

"Memang kenapa, salah? Kamu karyawan saya, sebagai bos yang baik tidak ada salahnya saya membantumu."

Membantu katanya? Apa Alio tidak salah melakukan itu? Ia bahkan baru mengenal Xelia beberapa hari ini tapi dengan sukarela mau mengulurkan bantuan.

"Tenang saja Xelia, jika kamu berkata jujur maka saya yakin akan ada jalan untuk membuktikan jika perkataanmu benar."

Xelia tidak membalas apapun ucapan Alio.

"Lalu saat kamu tenggelam di sungai karena berniat mengakhiri hidup, apa karena kamu merasa lelah sebab tidak ada yang mau percaya ucapanmu?"

Xelia memalingkan wajah ke samping, memandang ke arah lapangan yang cukup terlihat dari sini. Jika mengingat niat gilanya ketika itu, Xelia jadi merinding sendiri.

Alio yakin jika dugaannya benar. Apakah seberat itu masalah yang Xelia miliki, sampai gadis remaja seperti Xelia memiliki pemikiran mengakhiri hidup?

"Baiklah, saya tidak akan bertanya lagi. Tapi ingat ini, jangan lemah, jangan menyerah. Perjuangkan apa yang harus kamu perjuangkan, buktikan jika perkataanmu adalah benar. Serta, jika memang kau di rundung, maka jangan diam saja, balas mereka bila perlu balas dengan cara yang lebih menyakitkan dari apa yang mereka lakukan padamu," pesan Alio cukup panjang, setelahnya pria itu pun pergi begitu saja.

Xelia menatap kepergian bos nya dengan sorot sendu. Ini adalah kali pertama ada yang mau membelanya dan Xelia pikir jika Alio mempercayai ucapannya.

Pria itu tampaknya sosok yang baik dan peduli. Melihat bagaimana Alio mau membela padahal pria itu belum mengenal jauh Xelia.

"Baiklah, aku akan mencari cara untuk membuktikan jika ucapanku bukan sebuah kebohongan dan juga aku tidak akan takut atau diam saja jika mereka merundungku lagi!" tekad Xelia dengan penuh keyakinan.

***

Bersambung ....

🍇🍇🍇

XELIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang