Bab 3

86 24 13
                                    

Happy Reading 🌷🌷

Xelia pulang ke rumahnya yang sudah tampak lama, cat dinding rumah ini sudah tampak mengelupas, tampak sinar matahari sore ini yang mengintip lewat celah genting rumah.

Gadis itu masuk ke dalam dengan wajah lesu, seharian ini cukup menguras tenaga.

Gadis itu duduk termenung, ia mengeluarkan rok dari dalam tas nya yang sudah lama. Menatap nanar rok tersebut yang bolong, ini satu-satunya yang ia punya, jika seperti ini bagaimana Xelia bisa pergi ke sekolah?

Kemudian Xelia memeriksa tabungannya yang ia simpan di kaleng bekas biskuit, lalu menghitungnya.

"Tinggal tiga ratus ribu lagi, kalau aku beli rok baru berarti tinggal seratus?" gumamnya.

Xelia mendesah lelah memikirkan ini. Dengan sisa uang segitu, bagaimana ia bisa makan dan memenuhi keperluan hidupnya. Kini ia bahkan sudah kehilangan pekerjaan.

"Huft, gapapa deh. Yang penting aku ada rok buat sekolah." Setelah memutuskan, gadis itu berganti pakaian dan akan pergi membeli rok baru.

***

Hari selasa ini, pada jam pelajaran kedua kelas XI Ipa 1 ada pelajaran olahraga. Mata pelajaran yang cukup digemari, karena pelajaran ini lebih banyak praktek yang terkadang menyenangkan.

Para murid perempuan berganti ke toilet, sedangkan murid pria ada yang memilih di kelas ada juga yang ke toilet.

Xelia memeluk erat seragam olahraganya. Gadis itu masuk ke bilik kamar mandi dan berganti. Saat tengah berganti, tiba-tiba tubuhnya di guyur air yang berbau membuat Xelia basah kuyup.

Terdengar tawa beberapa orang dari luar. Pintu didorong kencang hingga mengenai Xelia mengakibatkan gadis itu terjatuh, lalu masuklah sosok Visya yang menutup hidung.

"Duh, basah ya? Mana bau lagi." Visya dan dua temanknya tertawa puas.

Xelia meremas ujung kaos olahraganya yang sudah basah, ia mendongak menatap nanar Visya.

"Ke-kenapa kamu lakuin ini? A-aku mau olahraga," lirihnya.

Visya menyilangkan kedua tangan didepan dada, memandang cemooh Xelia yang terduduk itu.

"Karena gue suka liatnya," kata Visya dengan entengnya.

Xelia menahan air mata yang hampir menetes. Ia hanya bisa diam membisu.

Visya mendorong-dorong kening Xelia dengan jari telunjuknya. "Ini belum seberapa. Masih banyak yang bisa gue lakuin ke lo lebih dari ini. Jadi, siap-siap aja."

Visya dan dua temannya pun pergi, tidak mempedulikan Xelia yang kini kebingungan karena seragam olahraganya basah dan kotor.

PRIIT.

Suara peluit milik guru olahraga bernama Willy terdengar, menginterupsi anak didiknya untuk berbaris di lapangan.

"Semua, kumpul!"

Para murid berbaris rapi. Menghadap sosok gagah seperti Willy selaku guru olahraga.

"Materi kali ini adalah lari jarak pendek, sebelum mulai, lakukan pemanasan dulu." Willy memerintah. Pria berumur 30-an itu mengawasi para anak didiknya.

XELIA [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang