Jangan lupa vote dan komennya 💜
Happy Reading ✨
Plak.
Satu tamparan di dapat Xelia pada pipi kanannya, meninggalkan rasa perih dan panas. Gadis itu tertawa sinis sembari memegangi pipi kanannya.
"Siapa kamu berani menyakiti putriku, hah?" Karina selaku ibu Visya tampak marah dan tidak terima.
"Seumur hidupnya dia tidak pernah mendapat perlakuan kasar. Tapi, kamu berani membuat tangannya sakit!" Karina kembali mengangkat tangan, ingin menampar Xelia lagi.
Sebelum itu terjadi, Xelia menahan tangan Karina dan menghempaskannya.
"Maaf tante kalau saya tidak sopan. Tapi saya juga tidak akan membiarkan siapapun melukai fisik saya," balas Xelia cukup berani.
"Apa saja yang kalian katakan tentang aku yang melukai kalian?"
"Xelia, tolong jangan membuat masalah. Bapak ingin tanya apa alasanmu melukai Visya?" sela pak Frans.
"Hanya membela diri dan membalas atas apa yang sudah mereka katakan kepada saya."
"Memang apa yang mereka katakan padamu?"
"Kami hanya mengatakan jika, kami tidak menyangka sebab gadis sebaik Xelia ternyata menjual diri pada pria hidung belang," ujar Visya lebih dahulu.
Pak Frans memang sudah mendengar dan membaca berita di forum itu.
"Jadi benar kamu memang melakukan hal terlarang itu?" Pak Frans menatap tidak sangka anak didiknya.
Xelia menghembuskan napas panjang. Dengan wajah datar ia menatap satu persatu orang yang ada disini.
"Bahkan kamu adalah seorang gadis murahan? Berani sekali kamu menyakiti fisik putriku dengan tangan kotormu itu!" Lagi-lagi Karina marah besar, wanita itu mendorong Xelia hingga terjatuh.
"Tante, dia juga pernah nyakitin Visya sebelumnya. Luka lecet di pipinya beberapa hari lalu karena cewek itu, Xelia juga pernah nuduh Visya yang katanya melakukan perundungan terhadap dia!" seru Reyko memutar balikkan fakta.
"Apa? Berani sekali!" Suara bariton itu terdengar dingin, berdiri seorang pria matang yang memakai stelan rapi.
Pria itu menatap tajam Xelia yang masih terduduk di lantai.
"Kau menuduh putriku dan menyakitinya sebanyak itu? Siapa kau hah? Tidak tahu bahwa yang kau sakiti adalah anak seorang pengusaha terkenal?" cakap pria itu dia Varo Nadima selaku ayah kandung Visya.
"Iya pah, waktu itu dia sempat cakar muka aku. Terus dia nuduh aku juga," lirih Visya menangis dalam pelukan Reyko.
"Heh gadis miskin, kau ini benar-benar cari perkara. Seharusnya gadis miskin sepertimu tidak pantas sekolah disini, tindakan kasarmu bisa mencoreng nama baik sekolah tau," lontar Karina sinis.
"Iya tante. Dia itu tidak tau malu karena memfitnah Visya, dia itu tidak jelas asal usulnya. Tidak tau berasal dari keluarga seperti apa." Reyko kembali bersuara.
"Pantas saja kelakuannya kasar, ternyata anak yang tidak punya orang tua yah? Tidak terdidik dengan baik!"
Xelia tertawa kecil, gadis itu mengusap kedua matanya,. Berdiri secara perlahan, menatap antara Visya dan ayahnya serta Reyko dengan sorot tajam.
"Menurut kalian aku bersalah? Hanya karena aku memelintir tangan Visya, hanya karena aku mendorong Reyko kalian menghinaku?"
"Apa salahnya jika aku miskin? Apa itu sebuah dosa besar!" teriak Xelia pada akhirnya.
"Jangan berteriak tidak sopan gadis jelek! Kau tidak tau sopan santun."
"Yah aku memang tidak tau sopan santun. Aku memang seorang anak miskin yang jelek, yang seharusnya tidak bersekolah disini!"
"Aku tidak menyakiti Visya separah dia menyakitiku. Lebih sakit mana tangan Visya yang aku pelintir atau tamparan yang sering aku dapat dari Visya? Apa tidak menyakitkan ketika aku mendapat dijambak, lalu di hina, diejek, mendapat tuduhan dari mereka, hah!" tunjuk Xelia kesal pada Reyko dan Visya.
"Aku tidak pernah mencari masalah dengan Visya, tapi dia mulai merundungku hanya karena aku berniat melaporkan tindakan perundungannya yang dilakukan pada adik kelas. Tidak cukup Visya, Reyko dan teman-temannya juga menyakitiku dengan kekerasan dan hinaan. Sakit, sakit, bahkan disaat aku ingin mengatakan semua kebenaran itu, tidak ada yang mau mempercayaiku."
"Entah guru atau murid yang lain tidak mau percaya pada ucapanku. Apa kalian tau, jika perbuatan mereka membuatku ingin pergi saja dari dunia ini!" Xelia berteriak dengan tetesan air mata membasahi pipi, gadis itu merasa begitu marah karena terpojok sebagai pelaku padahal disini ia adalah korban.
Xelia mengatur nafas, menghapus air mata di pipi. "Tapi aku sadar, jika aku mati begitu saja maka para perundung itu tidak akan mendapat balasan yang setimpal. Jadi, akan aku pastikan jika kalian semua mendapat balasannya!"
"Diam! Jangan mengancam apapun atau saya akan membawa kasus ini ke ranah hukum. Saya laporkan kamu pada pihak berwajib atas tindak kekerasan dan pencemaran nama baik!" ancam Varo terdengar serius.
Xelia menganga tidak percaya, tidak lama gadis itu tertawa. Merasa jengkel mendengar dirinya akan di laporkan. Oh ayolah, dirinya akan di penjara begitu?
"Diam kan kamu? Takut pasti, sok-sok-an teriak dan ngarang cerita," sinis Karina.
Xelia menoleh tajam pada ibunya Visya itu, "Aku tidak mengarang! Apa aku tidak ada kerjaan mengarang cerita yang menyakitkan seperti itu?"
"Tolong tenanglah, jangan ribut seperti ini. Kita selesaikan secara baik-baik," cetus pak Frans.
"Tidak bisa pak. Visya putri saya di tuduh sedemikian rupa dan di sakiti, masa di selesaikan secara baik-baik. Saya tidak terima, bila perlu keluarkan anak itu!" tunjuk Karina pada Xelia.
Sungguh Xelia muak dan kesal dengan drama ini. Ia lelah dan juga kesal, dirinya di ancam, Visya terlalu kekanakan. Gadis ular itu memang playing victim sejati, berlaga paling tersakiti hanya karena Xelia membalas perlakuan kasarnya.
"Yah, tentu saja. Anak itu tidak di terima disini, tendang dia dari sekolah!" titah Varo tegas.
Brak.
Semua terkejut dan segera menoleh ketika pintu di buka secara kasar. Xelia ikut menoleh dan melebarkan mata melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan ini.
"Dia tidak boleh di keluarkan!" serunya.
"Mas Alio?"
***
Bersambung ....
🍇🍇🍇
KAMU SEDANG MEMBACA
XELIA [Tamat]
Teen FictionXelia Natania merupakan seorang gadis remaja yang hidup sendirian semenjak kedua orang tuanya tiada. Hidupnya penuh luka dan duka, apalagi saat dirinya menjadi korban bullying yang di lakukan murid kalangan atas di sekolahnya. Xelia semakin menderi...