Jangan lupa vote dan komennya 💜
Happy Reading ✨
Xelia memandang pantulan dirinya di cermin kamar mandi sekolah. Setelah dari kantin tadi, gadis itu memilih kesini sebentar hanya untuk sekedar mencuci tangan. Tatapan Xelia begitu fokus mengamati wajahnya yang mulai cerah, tidak sekusam dulu.
Penampilan Xelia juga setidaknya tidak tampak kucel atau berantakan lagi. Menjadi korban pembullyan membuatnya berpikir alasan apa saja yang menyebabkannya di bully.
Kesalahan kecil yang Xelia lakukan pada Visya karena berniat melaporkan kejahatan gadis itu sepertinya bukan alasan utama Visya membully. Menurut pandangan Xelia, penyebab dirinya jadi korban bully karena terlalu lemah, tidak mampu sekedar melawan atau apa.
Dirinya yang selalu diledek jelek mungkin karena dirinya sendiri yang tidak mampu merawat diri, membuat orang lain memiliki celah menghina. Kini ia berusaha untuk merawat diri, tidak mau lagi mendengar ejekan hanya karena wajahnya yang tidak terawat.
Setelah merasa lebih segar sehabis mencuci wajah, Xelia pergi keluar. Ketika di pintu toilet ia berpapasan dengan Kylin yang tampak senang melihatnya.
"Kak Xelia! Akhirnya aku ketemu kakak lagi." Gadis itu berhambur memeluk Xelia.
Xelia yang mendapat pelukan sedikit terkesiap tetapi tidak lama gadis itu membalas pelukan adik kelasnya ini.
"Sejak terakhir kita ketemu, aku susah banget nemuin kakak." Kylin melepas pelukan, gadis itu memegang kedua tangan kakak kelasnya.
"Kenapa susah?"
Kylin tampak menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku gak masuk tiga hari terakhir ini. Makanya susah ketemu kakak."
Xelia tertawa kecil, ia mengajak adik kelasnya itu untuk berjalan sembari berbincang.
"Gimana sekarang kak? Apa kak Visya udah gak ganggu kak Xelia lagi?"
Xelia tidak langsung menjawab, gadis itu menatap lurus ke depan memperhatikan para murid yang ada disekitaran lorong kelas.
"Tadi di kantin dia sempat marah-marah tapi untungnya ada yang bela aku. Visya gak terima karena kelakuan aslinya terbongkar dan yang lain justru semakin gak suka karena Visya bertingkah tidak terima."
Kylin mengangguk paham.
"Tadi dia sampe teriak-teriak, mau yakinkan yang lain kalau rekaman dari aku itu editan. Gak ada yang mau percaya sama Visya, dia teriak gimana pun." Xelia kembali teringat momen dimana dirinya sendirian tidak ada yang mau mendengar pembelaan darinya.
"Mereka pasti gak nyangka saat tahu gimana busuknya kak Visya! Dia benar-benar gak berhati sampe nyakitin kakak kayak gitu."
Xelia hanya menganggukkan kepala. Kedua gadis itu terus berbincang sampai akhirnya Kylin ke kelasnya lebih dahulu.
Xelia masuk ke dalam kelas, saat hendak duduk, di atas meja terdapat beberapa coklat dan susu kotak. Gadis itu mengedarkan pandangan, mencari tahu siapa yang memberikannya.
"Ini ... dari siapa?" tanyanya dengan suara agak keras.
Salah satu siswi mendekatinya. "Ambil aja Xel, itu tanda permintaan maaf dari kami karena sebelumnya," ucap siswi itu dengan senyumnya.
"Benarkah?" Siswi itu menganggukkan kepala.
Xelia tersenyum lebar, ia menatap beberapa teman kelasnya yang juga menatapnya dengan seulas senyuman.
"Terima kasih semua," ucapnya.
Xelia membuka satu susu kotak lalu meminumnya. Gadis itu merasa cukup bahagia mendapat perlakuan baik dari teman-teman sekelasnya. Benar-benar perubahan yang membuat Xelia bisa bernafas lega dan menghirup udara segar karena tidak lagi jadi bahan gunjingan atau mendapat ejekan.
Xelia harap ia benar-benar bebas dari jerat bully Visya. Ia ingin hidup setidaknya tenang tanpa gangguan dari Visya lagi. Dirinya hanya perlu fokus pada sekolah serta bekerja demi memenuhi kehidupannya.
***
Xelia memasuki toko kue tempatnya bekerja, gadis itu menyapa beberapa rekan kerjanya termasuk Rubi lalu ia bergegas berganti pakaian.
Dengan senyum merekah tercetak di bibirnya, gadis itu mulai bekerja. Melayani beberapa membeli, menambah stok kue atau membantu membuat kue di belakang.
Beberapa saat, toko sedang lenggang. Rubi dengan Xelia menunggu di kasir sembari mengobrol.
"Kok kamu gak pernah cerita sih kalau kamu itu jadi korban bully?" tanya Rubi dengan nada protes.
Xelia melirik cepat Rubi, darimana gadis ini tahu soal dirinya?
"Mas Alio sempat cerita, dia bilang kamu jadi korban bully. Kamu gak anggap pertemanan kita ini, sampe gak mau cerita?"
Xelia tidak tahu jika bosnya itu menceritakan apa yang Xelia alami.
"Nggak bukan gitu," jawab Xelia dengan cepat. "Aku gak cerita karena merasa takutnya kamu risih dengar kisah aku."
"Xelia, apanya yang bikin aku risih? Justru kalau aku dengar kamu jadi korban bully, aku bakal maju paling depan untuk balas tuh orang yang udah bully kamu!" kelakar Rubi tampak kesal.
"Lagian kok kamu diam saja waktu mereka bully kamu?" Sedikitnya Rubi sudah mendengar cerita dari Alio jika Xelia sebelumnya tidak pernah melawan Visya.
"Sebelumnya aku terlalu takut, aku lemah. Aku hanya pasrah saat mereka nyakitin aku. Tapi akhirnya aku sadar jika aku diam saja itu justru jadi kesempatan emas mereka untuk semakin gencar nyakitin aku."
"Nah itu kamu tau. Terus sekarang kasusnya gimana? Mas Alio bilang yang bully kamu kedoknya udah kebongkar?"
Xelia menganggukkan kepala. Gadis itu pun menceritakan sebagian apa yang terjadi dengan kasus perundungan yang Xelia alami. Gadis itu juga turut menceritakan sedikit kisah hidupnya sampai jadi korban bullying.
Rubi yang mendengar apa yang Xelia ceritakan langsung menarik gadis malang itu ke dalam pelukan.
"Pasti berat buat kamu Xel. Kamu gak memiliki siapapun di sampingmu, penderitaan yang kamu alami sama sekali gak kamu ceritakan pada orang lain. Hidupmu terlalu berat Xel tapi aku bangga kamu setidaknya masih mau bertahan," puji Rubi dengan kedua mata berkaca-kaca.
Xelia membalas pelukan rekan kerjanya ini.
"Pokoknya mulai sekarang aku adalah sahabat kamu. Jangan sembunyikan apapun dari aku tentang kejadian yang menimpa kamu, atau masalah yang datang, ngerti?" Rubi melepas pelukan dan mengatakan semua.
"Kamu yakin mau jadi sahabatku? Aku cuma orang miskin yang hidup sebatang kara."
"Kamu ngomong apa sih? Aku gak peduli soal itu, yang penting kita berteman, oke?"
Xelia menatap haru dan penuh binar Rubi, ia kembali memeluk sahabatnya ini. Merasa bahagian karena kini ia memiliki seseorang disisinya yang mau menjadi pendengar bagi Xelia di masa depan.
****
🍇🍇🍇
KAMU SEDANG MEMBACA
XELIA [Tamat]
Teen FictionXelia Natania merupakan seorang gadis remaja yang hidup sendirian semenjak kedua orang tuanya tiada. Hidupnya penuh luka dan duka, apalagi saat dirinya menjadi korban bullying yang di lakukan murid kalangan atas di sekolahnya. Xelia semakin menderi...