34 - Jk

822 81 19
                                    

Masih sangat jelas dengan apa yang dikatakan jungkook barusan, namun entah kenapa tubuh yang tiba-tiba kaku bahkan bibir yang membeku membuat jimin sulit mengatakan apa yang terlintas di dalam otak nya.

Tatapan kedua mata bulat nya dimana jimin yang nampak diam dengan pemikira nya sendiri membuat jungkook menarik kedua tangan dari aktifitas nya diatas piring.

"Apa kau merasa keberatan?" entah apa yang dirasakan suami kecil nya tatkala ia mengatakan akan mengajak jimin untuk bertemu dengan nenek nya, bahkan ia sendiri sadar dengan keadaan yang jauh berbeda begitupun dengan kondisi jimin saat ini, kedua mata nya menyayu menatap tak tega suami kecil nya membuat kedua tangan kekar jungkook menyentu kedua pundak jimin untuk saling menatap

"Mianhe- aku hanya.."

"Tak apa-" jawab jimin lebih dulu membuat jungkook menghentikan kata-kata nya namun diam nya jimin kembali membuat jungkook semakin merasa bersalah
"Tapi- aku masi butuh banyak waktu-!" lanjut jimin dengan senyuman yang nampak pahit dengan kedua mata yang nampak berembun, jungkook menyadari itu.

Menarik suami bulat nya dalam dekapan begitupun dengan kecupan diatas kepala jimin, "kapanpun kamu siap-" menangkup kedua pipi nya yang otomatis membuat jarak wajah kedua nya begitu dekat "dan kamu ingin, aku akan menantikan itu" imbuh sang dominan.

"Eum-" anggukan kecil, tanda ia mendengar dengan apa yang dikatakan jungkook
"Nenek pasti senang dengan kehamilan ku" kembali menatap wajah suami nya "hanya aku masih ragu" kembali wajah yang tertunduk dengan sentuhan kedua tangan nya diatas perut buncit nya.

"Jimin, kebahagianmu juga kebahagian nenek mu"

Rasa yang semakin dalam, bahkan tak lagi menginginkan hal lain, hanya tetap seperti saat ini dimana suami kecil nya begitu bergantung pada nya, dekapan yang semakin erat bahkan beberapa kali kecupan yang jungkook berikan.

Kedua nya masih bertahan diatas sofa setelah menyelesaikan makan siang dan bincang ringan sebelum nya, dimana momen saat ini sangat jauh dari biasanya, bagaimana manjanya jungkook pada jimin bahkan mata tajam nya nampak lelah yang membuatnya terlelap dipangkuan jimin.
Hingga terdengar ketukan pintu membuat jimin terperanjat seakan terkejut dengan keadaan nya saat ini, ayolaah.. Dia belum terbiasa dengan kemesraan didepan orang lain.

"M-mmasuk!" jimin nampak gugup bahkan posisi yang begitu intim namun tidak dengan jungkook dibawah sana yang nampak tersenyum tanpa jimin sadari

"Eoh- mianhe-" felix jelas merasa tak enak hati namun kembali mengingat ini adalah pekerjaan nya sebagai asisten jungkook, yang stiap saat dan waktu untuk terus kembali mengingatkan stiap jadwal yang memang sudah diatur.
Felix sedikit menundukkan wajah nya seakan tak melihat apapun tapi tidak dengan kenyataanya.

"Aku permisi-" namun nyatanya, rasa takut dan tak enak hati membuat felik kembali mencoba menutup pintu dengan langkah nya mundur beberapa lagkah

"Ada apa?" suara jungkook mampu kembali menghentikan pergerakan felix disana begitupun dengan jimin yang nampak tak tahan dengan situasi nya.

"30menit lagi ada pertemuan dengan tuan hansol- semua nya sudah saya atur termasuk dengan tempat" jawab felix diujung pintu.
Jungkook perlahan bangun dari posisi nya, begitupun dengan arahan tangan nya meminta felix untuk kembali ketempat nya.
Berbeda dengan jimin yang nampak kembali rilexs setelah kepergian felix bahkan otot-otot kaku nya kembali mengendur.

"Kenapa menatapku seperti itu?"

Jungkook hanya menggeleng dengan senyuman dibibir tipis nya.
Langkah sang dominan kearah meja kerja meninggalkan jimin masih dengan posisi nya tanpa menjawab apa yang keluar dari bibir tebal suami kecil nya, entah apa yang ia lakukan jimin hanya diam memperhatikan bagaimana suami nya yang nampak tampan dan gagah bahkan dengan kacamata bertengger diatas pangkal hidung bangir milik nya semakin mempertegas wajah sang suami.

my opium         'Jikook'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang