E

578 105 28
                                    

E



Irene tidak menyangka suho akan pulang dengan dua hamster serta kandangnya sekaligus. Tidak biasanya sang suami membawa hewan apapun ke dalam rumah. Kalau di ingat lagi, suho bukanlah tipikal orang yang suka dengan hewan jenis apapun.

"Tadi aku mampir ke toko hewan." tidak ada nada marah, kalimatnya terlampau tenang. Tapi Irene bukan berarti tidak menaruh curiga pada pria ini.

Hanya saja Irene akan selalu bersikap datar dan penuh waspada. Dilihatnya dua hamster yang sedang berlarian di roda putar dalam kandangnya itu.

"kenapa kamu tiba-tiba bawa hewan ini?"

Sambil meletakkan kandang itu ke lantai, suho melepas jasnya.

"Supaya mereka jadi temanmu selama di rumah. Bukannya kamu butuh teman?" ada sebaris seringai di bibir pria itu. "Kamu nggak perlu lagi berteman dengan siapapun. Alangkah baiknya hamster-hamster ini kamu rawat. Hewan juga bisa jadi teman kan?"

Irene tertawa kecil. Bukan jenis tawa haru maupun tawa senang. Perempuan itu justru sangat menyukai drama ini. Kalimat penghinaan suho tidak lantas membuatnya terusik sedikitpun. Walaupun pria ini mengancam akan membuat mentalnya runtuh, nyatanya sampai sekarang ia masih baik-baik saja. Irene terecenung di tempatnya. Baik-baik saja? Betulkah ia baik-baik saja selama hidupnya?

"Oma Elisabeth mengundang kita makan malam."

"Aaa... That's Right? Juga gadis manja itu?" suho melipat tangannya di dada. "Sungguh? Jangan buat aku tertawa, Irene. Nggak mungkin kamu terobsesi sama anak kecil itu., kan? Aku bisa bayangkan kalau papa dengar ini, beliau pasti nggak akan segan-segan nyingkirin dia. Mungkin mau aku ingatkan lagi? Soal papa yang nggak suka kamu berhubungan dengan orang yang berpengaruh di media, atau mungkin kamu nggak tahu kalau anak manja itu cucu dari orang terpandang? C'mon, Irene. Kamu nggak punya siapapun selain aku."

Irene tahu ada batasan yang tidak boleh ia lewati saat berhubungan dengan siapapun. Papa jelas mengingatkannya berulang kali. Bahwa keluarganya tidak boleh terundus media maupun halayak umum. Keluarga wijaya alias keluarga besar seulgi tidak tahu tentang seluk beluk keluarganya. Barangkali para tetangga disini mungkin oma juga tahu kalau Irene memiliki seorang ayah pengedar melalui media dulu, tapi saat ini mereka tidak tahu kelanjutannya kan. Tidak tahu kalau sang ayah adalah sosok mafia yang diam-diam di takuti semua orang termasuk dirinya. Dan beliau bisa membahayakan siapapun yang berada di dekatnya. Tapi kenapa suho di kecualikan dari daftar-daftar pertemanannya? Ya... Karena pria itu adalah seorang pengacara yang dulu pernah menolong papa saat beliau hampir di jembloskan ke penjara. Dan dengan naifnya ia tertipu daya oleh sosok manipulativ ini.

Lantas, Irene menunduk pada dua hamster itu. Di amatinya mereka dengan seksama. Apa itu artinya ia sama halnya seperti dua hewan ini? Tidak bisa bebas dan hanya bisa melakukan segala aktivitas apapun di dalam kandang sempit ini?

"Bagaimana kalau kita jangan bahas ini lagi? Aku menghargai oma Elisabeth, jadi apa kata beliau kalau kita tidak datang ke acara makan malam mereka? Hanya makan malam, bukan sesuatu yang penting. Kita akan selamanya jadi pasangan penuh suka cita, pasangan romantis yang membuat semua orang iri?"

Sampai kapan? Tentu saja sampai ia merasa dosa-dosa masa lalunya dapat penebusan yang pantas.

"Itu baru Ireneku." suho mengelus puncak kepalanya sebelum menjambaknya kebelakang. "Selalu penurut."

"Tapi, " Irene tiba-tiba menyela tanpa rasa takut. "Ada satu hal yang harus kamu ketahui."

Suho tertawa tidak sabar. "Kamu mulai berani?"

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang