IRENE

617 105 27
                                    

,,,,,,,,,

Mercedes-Benz silver itu akhirnya terparkir di halaman rumah sakit. Dengan langkah tenang menuju lobi, irene berdiri di depan meja resepsionis. Dua respsionis yang tadinya sibuk di depan computer mendongakkan kepala. Segera berdiri menyambut kedatangannya. Tak lupa tersenyum sambil membungkuk sopan.

"Selamat pagi, dokter irene. sudah lama dokter nggak berkunjung, dokter irene apa kabar?" salah satu resepsionis menyapa akrab.

"Pagi juga. Kabar saya baik. Kalian juga sehat-sehat, kan?"

Keduanya mengangguk kompak. "Baik, dok. Dokter irene mencari dokter jessie?"

Irene mengangguk. "Dimana beliau?"

"Beliau dari jam 7 pagi ada jadwal operasi, tapi sebentar lagi selesai. Kalau mau menunggu, saya antar ke ruangan dokter jessie."

"Nggak perlu. Saya bisa ke sana sendiri."

"Dokter irene mau saya buatkan minuman apa? Sambil nunggu dokter jessie selesai operasi."

"Teh, boleh."

Selagi satu resepsionis meninggalkannya membuatkan teh. Irene memutar kakinya menuju lift di lobi. Di tekannya tombol dengan angka 10 di sana. Irene menyandarkan punggungnya pada dinding besi lift menunggu hingga lift itu sampai di lantai yang di tuju. Tidak ada oranglain selain ia seorang diri dalam kotak besi itu. hingga lantai ke lantai di lewatinya, lift pun terbuka kembali.

Dibukanya pintu yang bertuliskan ruangan direktur di hadapannya. Ruangan ini tidak berubah, posisi sofa dan meja masih sama seperti dulu. Papan nama di atas meja juga tidak berubah masih tetap bertuliskan Dr.dr. Jessica Edellyn, SpB.

Pemilik nama itu adalah mamanya. Perempuan belasteran amerika-indonesia bergelar doctor di salah satu universitas ternama di London. Menikahi jemi—alias sang papa semenjak mama lulus kuliah s1. Pertemuan bak adegan film itu terjadi saat mama menolong papa sewaktu mengalami kecelakaan mobil, yang mana pada waktu itu papa di boyong ke rumah sakit dan bertemulah mereka. papa memang tidak punya gelar apapun seperti mama pada saat itu. papa hanya sosok pria pembisnis handal dan memiliki perusahaan di usianya yang masih dibilang terlalu muda. Di awal-awal pernikahan mereka, mama tidak menaruh curiga tentang bisnis yang papa jalani. Hingga di usia pernikahan mereka yang ke lima, mama tahu segalanya. Tentang papa yang memiliki bisnis gelap. Namun tidak sekalipun mama meninggalkan papa. Mereka saling menyayangi dengan dua anak yang hadir di antara mereka, ia dan sang adik—Yerin.

Memasuki usia remaja, irene yang waktu itu baru menginjak SMA kehidupannya baik-baik saja, sampai kehidupan normalnya terganggu di tahun kedua. Orang-orang tak di kenal mendadak berdatangan dalam hidupnya, menculiknya, sampai irene tidak tenang. dan papa akhirnya turun tangan. Mendapati kenyataan orang-orang itu berasal dari musuh-musuh papa. Keluarga mereka pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

Lama-lama bisnis hitam papa bak gurita yang makin menyebar dan terkenal. Sosok papa yang dingin dan di takuti semua orang rupanya telah menjelma menjadi ketua gangster. Dalam hal itu juga berdampak pada hubungan pertemanan irene. Tidak ada siapapun yang berani berdekatan dengannya. Hanya segelintir saja yang dekat dengannya, itupun tidak bertahan lama. perlahan irene mulai menepi, menyendiri, dan menjadikannya kebiasaan hingga dewasa.

Lalu datanglah suho. Pria bermulut manis itu memberinya kehidupan yang penuh warna. kedekatan mereka terbilang cepat. Irene dibuat terenyuh saat pria itu rela menjadi pengacara papa di pengadilan. Dimana papa saat itu terjerat kasus penyelundupan narkoba di salah satu wilayah pesisir yang membuat namanya di sebut, yang jelas itu perbuatan salah satu musuhnya. Meskipun itu betulan fakta.

Tiga bulan pacaran, bertunangan, sampai terbitlah petaka itu dalam pernikahan mereka. sama seperti mama, irene juga tidak menaruh curiga pada pria itu. melihat latar belakangnya dari keluarga terpandang sama sekali tidak terjerumus dunia gelap seperti yang di lakoni papa.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang