backburner

548 112 24
                                    

***********

Acara pembukaan studio galerinya sengaja seulgi adakan di gedung Hotel. Mengingat studio miliknya itu tidak mampu menampung tamu undangan. Sebetulnya papi yang mengusulkan untuk mengundang rekan bisnisnya, juga keluarga besarnya, dan seulgi mau tidak mau harus mengiyakan permintaan papi karena bagaimanapun juga papilah yang mensponsori studio les galerinya.

Seulgi bersandar sambil menyesap wine. Matanya mengedar kesegala penjuru ruangan, termasuk semua tamu undangan yang hadir. Tidak ada tanda-tanda sosok yang ia tunggu akan datang. Padahal lima menit lalu acara gunting pita sebagai peresmian pembukaan galerinya di gelar, tapi sosok itu belum juga muncul.

"Hai."

Seulgi menoleh menurunkan gelas winenya dari bibir. Seorang perempuan menghampirinya. Kalau tidak salah, dia adalah kakak tingkat Yerin yang melamar jadi admin di studio galerinya.

"Sendirian aja?" wanita itu berdiri di sebelahnya. Juga memegang gelas wine.

"Lo sunmi kan? Temennya yerin?"

Seulgi memastikan. Ia seringkali lupa nama seseorang.

Sunmi tertawa kecil sambil mengangguk. "Padahal baru kemarin kita kenalan, udah lupa aja."

Seulgi tersenyum masam. "Gue emang pelupa. Btw, lo sendirian ke sini? Yerin, mana?"

Sebetulnya bukan yerin yang seulgi cari melainkan kakak dari gadis itu.

"Bentar lagi mungkin dia sampai. Dia kejebak macet sama kakaknya. Ngomong-ngomong selamat atas pembukaan galerinya."

"Ya, thanks. Selamat juga lo dapet pekerjaan di tempat gue."

Keduanya sama-sama melempar tawa kecil. Sunmi ikut bersandar melakukan hal sama seperti seulgi. Wanita itu sesekali menyeruput winenya sambil memandangi para tamu.

"Sudah berapa lama tertarik sama dunia lukis?"

"Dari kecil. Sebenarnya cuma hobby aja, nggak terlalu di seriusin. Baru sekarang gue ada niatan buka galeri. Eh, kalo boleh tau, lo beneran mau kerja sama gue? Maksud gue, ini nggak akan ganggu kuliah lo kan?"

Sunmi menggeleng singkat. Ditatapnya seulgi sejenak sebelum berpaling. Wanita itu mengenakan gaun hitam dengan belahan dada rendah. Memberi kesan cantik sekaligus sexy.

"Justru gue sering nunda skripsi. Biasanya tiga tahun lalu lulus, tapi kayaknya gue terlalu nyaman sama kampus disana." lalu ada tawa canda dibibir itu.

"Bukannya gara-gara males aja lo ngerjain skripsinya?" seulgi tanpa sadar mengikuti alur obrolan mereka, ikut tertawa. Sampai tak sengaja tatapannya menangkap satu sosok yang baru datang.

"Bisa dibilang begitu. Kalo di liat-liat kayaknya kita satu angkatan ya?"

"Oh ya? Gue wisuda tahun korona, 2019. Inget kan waktu itu nggak ada kampus yang beranii mengadakan wisuda, tapi untungnya kampus gue berani ngadain wisuda karena banyak mahasiswa yang protes."

"Gimana nggak diprotes. Empat tahun kuliah masa kita wisudanya lewat zoom?"

Seulgi tertawa mengingat kembali masa kuliahnya dulu. Tapi tak bertahan lama perhatiannya teralihkan oleh sepasang mata yang kini menyorot kearahnya.

"Harusnya saat itu gue selesai skripsi tapi ada kendala yang mengharuskan gue gagal. Jadi sampai sekarang gue masih menetap jadi mahasiswa abadi." Sunmi menenggak lagi winenya. Tangannya terangkat membalas lambaian yerin.

"Eh, gue kesana dulu ya? Samperin yerin."

Seulgi mempersilahkan. Ia hendak menghampiri tetangganya itu tapi terhalang oleh kehadiran sehun yang datang ke tempatnya. Pria itu merangkul seorang perempuan yang kelihatannya tidak asing.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang