R

663 119 34
                                    

######




Bibir irene melengkungkan senyum sempurna. Suara heel yang menggema beradu dengan gesekan pisau di sepanjang besi anak tangga. Irene bersenandung di gelapnya rumah mereka. Kakinya sesekali melompat ke satu anak tangga ke anak tangga yang lain.

"hmm... Hmm... Hmm." senyumnya makin riang bersenandung. Ia menoleh ke samping, berkaca.

"Kamu sudah tidur ya, Irene?" Tanyanya pada pantulan kaca itu. "Aku bosan kamu kurung selama bertahun-tahun. Makasih sudah membebaskan aku."

Dihitungan ke 18 anak tangga paling atas lantai dua rumahnya, Irene berbelok arah menuju kamar paling ujung. Pisau lipat yang ia gesekan ke besi tangga, sekarang berpindah ke sapanjang dinding sampai menyentuh pintu kayu yang tertutup. Barulah berubah menjadi ketukan halus.

"Suho." panggilnya lembut. "Kamu di dalam kan, sayang?"

Irene menempelkan telinganya ke pintu. Tidak ada suara aktivitas apapun dari dalam. Ia mendorong gagang pintu mencari tahu keberadaan sang suami.

"Suho." Ditatapnya sekeliling. Dan suara kucuran air terdengar dari kamar mandi.

Suho keluar dua menit setelahnya. Irene menyembunyikan pisau itu di balik pinggang. Tersenyum kearah pria itu.

"Ada apa?" tanyanya ketus. Suho lantas mengambil kaos dalam lemari memunggungi Irene yang tengah bersandar di dinding.

"Aku masak sesuatu buat kamu."

Sohu tersenyum sinis. "Tunggu di bawah."

Melalui pantulan kaca lemari, pria itu melihat perubahan tak biasa pada sang istri. Rambut panjangnya di kepang dua layaknya anak kecil. Wajahnya berseri-seri seperti baru mendapatkan hadiah. Belum pakaiannya yang mengenakan gaun putih selutut tanpa lengan. Hanya tali tipis yang menggantung di bahunya.

"Aku kangen masa-masa pertemuan pertama kita." Irene berjalan mendekat dan berbisik kecil di balik punggungnya.

Suho berbalik marah mencengkram dagu Irene hingga wajah itu mendongak.

"Ada apa denganmu malam ini?!! Kamu pikir aku akan tertarik denganmu lagi?!"

Irene tertawa kecil membuat suho mengernyit bingung.

"Aku nggak perduli kamu tertarik sama aku lagi, atau nggak sama sekali. Aku cuma mau kita makan malam bersama."

"Makan malam bersama?"

Irene mengangguk sekali. Suho sama sekali tidak heran dengan ajakannya. Karena tidak Cuma sekali perempuan ini memintanya makan bersama namun ia tolak.

"Iya, makan malam bersama. Kemarin kita gagal makan malam di rumah oma. Jadi sekarang, kita bisa makan malam bersama. Berdua."

Dasar bodoh. dia mungkin tidak tahu tentang perbuatannya pada gadis itu. kecelakaan di dapur kemarin memang di sengaja. Dasar. Memang seharusnya irene diperlakukan seperti bonekanya. Karena sampai kapanpun wanita ini pantas mendapatkan itu semua.

Suho menuruni anak tangga setelah irene keluar kamarnya lebih dulu. Mendadak ia dibuat heran dengan lampu ruangan yang biarkan gelap. Belum lagi ketika berada di dapur. Ia di hadapkan dengan satu lilin yang menyala di tengah meja makan.

Suho tertawa tidak percaya dengan yang dilihatnya sekarang.

"Wow. Aku nggak nyangka kamu bakal berbuat seromantis ini." Didorongnya kursi itu. ia duduk dengan hidangan makan malam romantis.

Ada Lilin kecil ditengah meja makan. Lilin yang memberi pencahayaan minim. Saking gelapnya ruangan itu, suho bahkan tidak tahu hidangan apa yang irene masak untuknya malam ini. Selain yang bisa dilihatnya hanya siluet sang istri yang duduk dengan tenang di kursi ujung.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang