NOT YOU

462 102 11
                                    

**********



Kadang seulgi akan mendongak untuk memandangi irene, lalu di dua detik berikutnya akan kembali menunduk memotong steaknya. Ruangan ini cukup luas dengan dinding kaca yang membuat seulgi dapat melihat bangunan-bangunan tinggi di luar sana. Tidak ada meja lain selain hanya meja yang di tempatinya. Dan di balik pintu di belakang mereka—dua preman atau entah siapapun yang irene sewa tengah berjaga di luar.

Sebelumnya, irene membawa seulgi menepi ke salah satu toko pakaian untuk membelikannya hoddie sebagai lapisan luar baju pasien yang dipakainya sekarang. Lalu berlanjut memboyong seulgi ke gedung hotel alias tempat mereka makan sore. Entah harus senang atau kebingungan, seulgi menurut saja ketika irene membawanya kemanapun.

Tapi, ada perasaan janggal yang menganggu seulgi sejak tadi.

Entah perasaannya saja atau memang penampilan irene hari ini sangat berbeda? Karena sedari tadi irene kerap kali menatap kearahnya dengan senyum yang tidak biasa seulgi temukan pada wajah itu.

Apa mungkin hanya firasatnya saja akibat tiga harian ini mereka tidak bertemu? Tapi bagaimana mungkin tiga hari itu dapat mengubah penampilan sang tetangga sebegitu cepatnya?

"Aku sengaja nyewa gedung ini khusus untuk kita berdua."

Irene menyuapi mulutnya dengan potongan daging cukup besar. Pipinya sampai mengembung penuh. Senyumnya terus mengembang tidak pernah luntur semenjak menjemputnya di rumah sakit.

"Kamu sangat romantis." Dan tetap saja perasaan aneh ini makin mengganggunya.

Seulgi sempat melirik ke tempat irene sekilas. kalau di ingat lagi, irene yang di temuinya kemarin cenderung pendiam, kaku, dan tidak banyak bicara, apalagi melihat cara makannya yang sekarang seperti orang kelaparan yang tidak makan berhari-hari. Sekalipun irene yang selama ini kelihatan dingin tapi dari sikapnya sangat menggambarkan perempuan yang lembut, perhatian dan bukan—Hmm! Seulgi sampai bingung bagaimana menjelaskan irene-nya yang sekarang.

"Jadi, tiga harian ini tante kemana aja?"

Seulgi memotong lagi steaknya dengan potongan kecil. Sebetulnya kondisinya masih lemah tapi seulgi mengabaikan itu semua agar bisa berdua saja dengan irene. dan ia rela menahan denyut nyeri bekas infusnya sekalipun punggung tangan yang di lilit kain seadanya itu masih merembeskan darah.

Dan suara tiba-tiba dari bantingan pisau garpu membuat seulgi yang tadinya menunduk terperanjat kaget.

"Dari tadi kamu selalu panggil aku tante, tante, dan tante!" suara irene meninggi. "Apa sih, istimewanya dia di mata kamu?"

"Aku nggak ngerti maksud kamu."

Sungguh seulgi makin tidak paham atas perubahan sikap irene ini.

"Apanya yang kamu nggak ngerti, seulgi?!"

Irene tidak repot-repot untuk memutari meja ke tempat seulgi. dicengkramnya kerah baju pasien yang masih di kenakan seulgi dan memandangnya dengan sorot marah.

Seulgi mengerjap kaku. Ia rasa tidak ada yang salah dengan panggilan 'tante'. Bukankah sudah biasa ia menyebut irene dengan panggilan itu?

"Apa aku aja kurang cukup buat kamu?"

Dan tatapan irene sangat asing bagi seulgi. begitu marah, dendam, kebencian, sepasang mata itu mengatakan segalanya. Ada apa sebenarnya ini?

Apa yang sudah suho lakukan pada irene sehingga membuatnya terlihat sangat marah.

"Kamu milik aku, artinya apa? Artinya nggak ada siapapun yang berhak deketin kamu selain aku. Kamu denger aku?! Jawab!"

Seulgi tetap membisu. Bukannya tidak mau melawan, tapi ia masih mencerna semua keanehan ini. Seulgi sangat yakin irene-nya tidak akan berani berbuat kasar seperti ini kepadanya.

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang