******
Seulgi meluncur penuh semangat dari tangga menuju pintu depan. Hari ini cuaca sangat cerah, langit biru tanpa awan. Artinya tidak ada tanda akan turunnya hujan. Dengan setelan training dan sepatu olahraga, ia sudah siap melakukan segala kegiatan paginya dengan memulai jogging.
Dan sial!
Segala bentuk semangatnya pupus sesaat tangannya membuka pintu dan tetangga depan rumah oma muncul tepat berpapasan di hadapannya. Di teras rumah oma perempuan itu berdiri seolah menyambutnya di sana.
"Saya kira kamu nggak bisa bangun pagi." Sambutnya menyindir. "Jadi saya nggak perlu repot-repot bangunin kamu."
"Terima kasih. Gue sangat terharu, tapi kalau elo cari oma, dia dalam sama chef jeno." Lalu melintasi tempat irene.
Tapi baru dua langkah tubuh seulgi tertarik kebelakang. Hoddienya tertahan oleh tarikan tangan irene.
"Saya nggak cari oma, saya mau kamu."
"Elo mau ngapain? Kita udah damai."
"Justru karena kita sudah damai. Makanya saya ajak kamu ke rumah saya."
Seulgi tidak habis pikir. Selain membuatnya kesal karena kedekatannya dengan oma, perempuan ini malah menyeretnya kerumahnya segala.
"Gue bisa tuntut lo dengan pasal penculikan."
"Saya nggak nyulik kamu," masih menyeret hodienya dari belakang, seulgi terpaksa berjalan mundur menyebrangi rumah oma.
"Dengan cara kasar nyeret gue begini udah jadi bukti tuntutan gue di pengadilan nanti. Ada cctv di depan rumah oma. Elo nggak bisa ngelak." Seulgi makin protes.
Sementara irene tidak perduli. Sampai mereka berada di teras rumahnya, barulah irene melepas tarikannya pada hodie gadis itu dan mulai membuka pintu. Dia memimpin jalan di depan dan seulgi mengekor di belakang. Gadis itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana trainingnya dengan matanya berkeliaran menilai isi rumah tetangganya itu.
"Bukan berarti lo dekat sama oma, elo juga bisa deket sama gue. Jangan harap, deh. Bukan tipe gue bergaul sama tante-tante kayak elo." Seulgi masih mengomel.
"Saya memang nggak bilang kita akan jadi dekat."
"Oh ya? Terus ngapain nyeret gue ke sini segala? Sori, kalau lo ngajak gue berkebun. Gue tolak."
"Saya juga nggak mau ngajak kamu berkebun."
Tidak ada yang menarik di rumah ini selain isinya yang terlampau minimalis. Hampir keseluruhannya tidak banyak barang yang tidak berguna untuk di pajang, selain foto wedding yang menggantung di dinding, dan sangat rapi serta wangi—seperti aroma buah apel. Sama dengan rumah oma, sama-sama berlantai tiga.
Soal wedding. Seulgi jadi kepikiran soal kejadian tadi malam. Tentang perselingkuhan suami tante ini, padahal foto wedding yang terpajang kelihatan jelas mereka adalah pasang suami istri yang harmonis, sepasang matanya penuh sirat akan cinta, seperti pengantin baru kebanyakan walau sudah mengarungi rumah tangga dua tahunan.
Mereka melintasi ruang tamu, ruang keluarga, dan berakhir di meja makan. Seulgi masih melihat ke sekeliling sementara irene berdiri menunggunya.
"Sini, kamu."
Seulgi memalingkan kepala. Kemudian tercengang hebat di tempatnya.
"Elo masak ini semua?"
Sungguh, tadi malam seulgi cuma asal membeli wortel tidak pernah dalam kepalanya ia akan memberikan wortel itu pada tetangganya ini. Dan seulgi tidak serius soal permintaannya pada irene untuk memasak banyak dengan bahan wortel miliknya. Seulgi hanya refleks karena terdesak untuk memberitahu perselingkuhan suaminya pada perempuan ini. Tapi terpaksa ia gagalkan dengan alasan datang hanya untuk memberinya wortel. Padahal sebetulnya karena ia tidak tega.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAPPINESS
ChickLitKita punya banyak mimpi di masa depan, banyak harapan-harapan yang ingin kita lakukan. Tapi Tuhan tahu Bahwa mimpi-mimpi kita hanya sebuah rencana, dan kisah perjalanan kita akan menjadi sebuah cerita manis untuk di kenang. Kamu adalah langit yang...