U

830 113 28
                                    

*********

😊😊😊

"Gimana menurut, oma?" seulgi menunjukkan bangunan bertingkat di layar ipad ke hadapan oma. "Tante irene kemarin yang ngusulin bangunan ini jadi studio seulgi. waktu ke pasar kemarin aku cerita mau cari studio buat gallery les nantinya. Bangunannya nggak perlu banyak rombakan."

Seulgi memperbesar layar ipad. Mereka duduk bersebelahan di taman belakang.

"Kamu sewa?"

Seulgi mengangguk sambil memundurkan layar ipadnya. Menaruhnya di atas pangkuan.

"Rencananya mau aku sewa satu tahun. Nanti kalau lancar bakal aku beli langsung studionya."

"Kenapa harus nunggu satu tahun? Oma, bisa membelikan bangunan itu untuk kamu. Dengar kamu semangat buka gelleri seni, oma sangat senang. Ini yang selama ini oma tunggu-tunggu."

"Oma, aku mau belajar mandiri. Jadi oma nggak perlu turun tangan langsung membelikan seulgi bangunan itu."

Oma mengusap lembut punggung seulgi. "Memangnya, cucu manja oma ini bisa mandiri?"

"Oma. Aku nggak semanja yang oma pikirkan. Aku bisa mandiri. Buktinya selama diluar negeri apa-apa seulgi ngelakuinnya sendirian."

"Oma percaya. Papi sama mami kamu sudah kamu kasih tahu?"

"Sudah, oma. Tadi malem seulgi nelfon mereka dan mereka seneng sekaligus suka sama studionya. Terus ya oma, letaknya deket sama toko bunga tante irene. katanya, pemilik bangunan ini emang udah lama di tinggal ke London. Terus tante irene kebetulan punya kontaknya jadi ya sekalian bantu seulgi buat sewa tempat ini."

"Oh ya? Jadi, kamu tiap hari bakalan bareng irene berangkatnya?"

Seulgi mengangguk sekali lagi. "Iya. dia yang ngajuin diri ko, oma. Kan aku juga nggak di bolehin nyetir. Dia siap jadi supir aku."

Ia tersenyum kecil. Artinya mereka akan sering menghabiskan waktu bersama. Posisi studionya juga bersebrangan—sebetulnya tidak berhadapan langsung seperti rumah mereka di depan, melainkan terpisah dua rumah.

"Ada lagi yang kamu butuhkan selain sewa studio? Oma bisa bantu datangkan peralatan lukis. Butuh berapa? Tinggal bilang sama oma. Dan untuk anak-anak yang kamu rekrut nantinya dari kalangan anak sekolah atau dari homeschooling?"

"Kalau yang ini nanti seulgi mau minta sponsor dari papi. Terus mau nyebar brosur sama sehun. Kayaknya aku bakal rekrut tingkat sekolah dasar aja. Soalnya gallery aku lebih ke private. Dan aku juga berencana rektur orang di bagian admin, terus apa lagi ya?"

Dipandanginya Sorot mata sang cucu yang penuh antusias. Tidak terlihat tertekan seperti saat mereka dulu memintanya untuk membuka gallery seni. Pengakuan tentang ke inginan sang cucu untuk menjalani les private bagi anak-anak yang ingin melukis cukup membuatnya terkejut. Seperti ada sesuatu yang membuatnya semangat kali ini.

"Apa yang membuat cucu oma semangat atas rencana membuka gallery kali ini?"

"Hmm?" seulgi menghentikan obrolannya. "Maksud oma?"

"Kamu nggak seperti biasanya begini. Dulu, bukannya kamu paling anti dengan pameran gallery? Ada apa?"

Seulgi berpikir sejenak. Menanyakan hal serupa pada dirinya. Dia sebetulnya hanya menyebut asal saat berada di rumah mami Agar mereka tidak khawatir lagi. tapi lama-kelamaan, sejak insiden di toko lukis kemarin perasaan menggebu untuk membuka gallery semakin menyala-nyala. Dan sebuah pelukan tak terduga itu juga jadi penyebabnya.

Dengan bibir tersenyum dan kepala menunduk, ia memilin tangannya di atas pangkuan.

"Aku harus berkembang, aku nggak mungkin terus-terusan seperti anak kecil yang perlu pengawasan orangtua. Bukannya oma pernah bilang; jangan pernah sia-siakan waktu selama masih hidup? Jadi aku akan melakukan apapun supaya waktuku nggak terbuang sia-sia."

HAPPINESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang