Hard To Soft menceritakan tentang kedua pasangan yang mempunyai ego tinggi dan keras kepala yang sama.
Mereka anak pertama dan anak bungsu.
Anak pertama yang tegas dan bijaksana itu harus berjodoh dengan anak bungsu yang semua inginnya harus di tur...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kamu ngapain sih pakai lipstik segala!" Marah Jeno pada Nana.
Nana yang sedang bercermin dan memberi pewarna pada bibirnya di dalam mobil itu menghela nafas.
"Ini lip tint ya" ujar Nana.
"Sama aja! Itu bibir kamu jadi merah! Gak malu kamu?!" Marah Jeno lagi.
"Aku kan mau ke kantor kamu, harus tampil lebih fresh dong.. biar kamu gak malu nanti aku pucat" balas Nana.
Ya, mereka sekarang memang mau ke kantor tempat Jeno bekerja.
Lebih tepatnya kantor Papa Jeno yang sekarang Jeno yang mengambil alih karna dia sudah berkorban menyelamatkan perusahaan itu.
"Aku gak ada ngajak kamu ke kantor ku, dan aku malah malu kalau penampilan kamu kayak gitu! Bibir merah kayak orang kegatelan! Gak ada bagus bagusnya!" Hardik Jeno.
Nana terdiam setelah Jeno berucap demikian.
Ia menoleh ke arah jendela mobil dengan matanya yang berkaca-kaca.
Memang, memang dirinya yang mau ikut ke kantor Jeno.
Nana meminta agar Jeno memperkenalkan dirinya sebagai pasangan sahnya di kantor.
Tapi memang harus berucap yang membuat hatinya sakit?!.
Seumur hidupnya dia tidak pernah di perlakukan seperti Jeno memperlakukannya.
Baik kakak-kakaknya dan juga orang tua nya.
Tapi Nana tau, dia sekarang sudah menikah dan itu juga karna kemauannya.
Dia tidak mau mengadu kepada keluarganya dan mengeluh pada Jeno.
Nana menghapus kasar pewarna bibir yang sudah menempel di bibir merah ceri nya itu.
Jeno yang melihat itu menghela nafas.
"Maaf" ujar Jeno sembari menepikan mobilnya.
Nana tak merespon, hingga akhirnya tubuhnya di paut Jeno untuk menghadapnya secara paksa.
Dan Nana menangis.
"P-pulang aja, gak mau pergi.." cicit Nana sesegukan dengan tangannya yang masih menghapus lip tint nya itu.
Jeno meraih tangan Nana dan menahannya.
Kemudian ia mengambil tisu basah yang ada di dalam laci mobilnya itu.