06. HTS

4.1K 266 5
                                        

"Heh kok makin nangis di tinggal ke kamar sebentar" ujar Jeno yang ternyata kembali menghampiri Nana yang masih menangis di dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Heh kok makin nangis di tinggal ke kamar sebentar" ujar Jeno yang ternyata kembali menghampiri Nana yang masih menangis di dapur.

Nana menoleh Jeno heran dengan mata basahnya.

"Ish kok malah nanya nya gitu.. jelaslah aku nangis, aku gagal menjadi pasangan yang baik dan akhirnya kita pisah, walaupun kita belum saling cinta tapi aku nyaman sama kamu" balas Nana.

Jeno kembali menatap Nana heran.

Ia mendekat dengan ponsel yang ada di tangannya.

"Siapa yang setuju pisah?" Tanya Jeno.

"Kamu, tadi kamu mengangguk dan setelah itu pergi, aku kira kamu udah mau pergi dari rumah ini" jawab Nana.

Jeno menghela nafas dan berdiri di samping Nana yang masih bersandar di meja pantry tersebut.

"Aku mengangguk itu karna aku paham dengan apa yang kamu rasa dan paham maksudmu, bukan aku menyetujui. Aku ke kamar itu tadi karna aku lupa dan harus segera ngasih tau sekretarisku buat membatalkan pertemuan dengan rekan kerjaku, takutnya nanti mereka sudah ke kantor dan aku tidak bisa hadir karna ini pasti memakan waktu." jelas Jeno lembut sembari menatap Nana dari samping.

"Na, aku kan udah minta maaf tadi, aku salah karna banyak menuntut mu, dan kamu juga salah karna mau menikah tanpa dasar kesiapan, hanya untuk ikut-ikutan. Tapi itu bukan berarti kita pisahkan? Kita sebelumnya tidak saling kenal dan langsung menikah, kita tidak tau sifat masing-masing. Jadi aku merasa wajar kalau kita sering bertengkar karna baru saling mengetahui sifat buruk satu sama lain. Dan tentang tugasmu sebagai pasangan itu sudah sangat baik, hanya saja aku yang kurang sabar.." lirih Jeno.

"Aku tau kamu tadi sudah bangun awal dan mandi terlebih dahulu biar wangi dan cantik saat suamimu ini bangun lalu melihatmu, aku juga baru sadar kalau kemeja yang bolong tadi itu karna aku memanggilmu ke kamar mandi, aku lupa kalau kamu itu orangnya ceroboh dan rusuh, kamu pasti langsung meninggalkan apapun yang sedang kamu kerjakan tanpa teliti, jadi aku sadar itu salahku ya, aku minta maaf. Tapi yang masalah celana dalam mu itu, tatap kamu yang salah ya" ujar Jeno sembari menusuk pipi Nana dengan jari telunjuknya.

Nana mencabik dan mengangguk.

"Iya itu aku yang salah" balas Nana.

"Dan Na, bagaimana kalau kita pakai Art aja ya?" Tanya Jeno.

Nana menoleh dan menggeleng.

"Kalau pakai Art bagaimana bisa aku bisa pandai memasak?" Tanya Nana.

"Itu lebih memudahkan loh Na, kamu bisa memperhatikannya memasak dan sekalian nanti minta di ajari, dari pada kamu liat tutorial kan? Lebih baik ada yang langsung ngejarin kamu" Jawab Jeno.

Mata Nana seketika berbinar dan kemudian ia mengangguk.

"Mau mau" balas Nana.

Jeno mengangguk sebagai bentuk keputusan.

"Baiklah, masalah selesai ya, kamu kalau mau belajar dan menjadi lebih baik itu gak harus berpisah, kita bisa sama-sama melakukannya, toh kalau kita berpisah belum tentu juga kan semua akan jadi lebih baik" ujar Jeno yang di balas anggukan oleh Nana.

"Iya aku minta maaf, tapi aku tadi rasanya gak bisa di andalkan sama sekali sebagai seorang pasangan, karna aku tau teman-temanku sangat baik dalam menjalankan tugasnya, dari pandai memasak sampai membuat pasangannya bahagia" ujar Nana.

Jeno menghela nafas dan mengelus rambut Nana.

Itu membuat Nana menoleh ke arah Jeno yang berada di sampingnya itu.

"Kita gak ada yang tau Na, karna memang hanya itu yang boleh orang luar lihat, masalah ataupun pertengkaran itu hanya mereka yang tau dan bukan hal untuk di umbar"

"Masalah pasti ada, bahkan untuk hubungan yang sudah sangat lama dan untuk mereka yang sudah saling mengenal satu sama lain, tapi itu tergantung bagaimana kita menyikapi dan bagaimana kita memilih mana yang akan kita pertontonkan kepada orang luar, apakah saat kita sedang bahagia? Atau saat kita sedang ada masalah? Itu semua kita yang menentukan. Jangan pernah menilai hanya dari cover nya saja ya" lanjut Jeno.

Nana mengangguk paham.

"Iya maaf ya" ujar Nana.

"Gapapa.. aku juga mau minta maaf" balas Jeno lembut.

"Kok gak jadi kerja? Karna aku ya?" Tanya Nana sembari menatap pakaian rumahan Jeno.

"Iya karna kamu, aku gak bisa kerja kalau kamu lagi marah. Aku tipe orang yang kalau ada masalah gak mau nunda untuk menyelesaikannya, semua harus selesai detik itu juga" ujar Jeno.

Nana mengangguk paham.

"Aku belum masak buat kita sarapan, kamu pasti lapar" ujar Nana pelan.

"Makan di luar aja mau?" Tanya Jeno.

"Masakan ku gak enak ya makanya kamu mau makan di luar?" Tanya Nana yang membuat Jeno menghela nafas.

Baru aja baikan.

"Bukan, tapi sesekali kita makan di luar kan gak ada salahnya, memangnya kamu udah tau mau masak apa? Kalau udah tau mau masak apa, silahkan masak, aku tunggu" ujar Jeno.

Nana menggeleng kepala.

"Belum tau, bingung mau masak apa" balas Nana.

"Tuh kan, ya udah makan di luar aja, sekalian nanti kita belanja bahan-bahan masakan dan keperluan dapur lainnya ya, aku usahakan lusa Art udah ada di rumah kita" ujar Jeno.

"Hm ya udah ayo kita makan di luar" putus Nana.

"Ganti celana panjang gih Na" titah Jeno pada Nana.

Nana tersenyum dan segera berlari menuju lantai atas.

Jeno terkekeh

"Suka di posesif-in tapi versi lembut" gumam Jeno yang mulai tau sedikit demi sedikit apa yang Nana sukai dan tidak.



















Saat ini mereka berada di sebuah restoran untuk sarapan.

"Enak ya makanannya, jauh banget dari masakanku." Ujar Nana yang membuat Jeno terkekeh.

"Belain.." ujar Nana lagi yang membuat Jeno kembali terkekeh.

"Kalau masakanmu seenak ini gak perlu belajar lagi, kalau masakanmu seenak ini kita udah buka restoran kayak gini Na. Percaya deh, yang masak ini dulu juga awalnya gak bisa masak kayak kamu, semua butuh proses." Ujar Jeno.

Nana mengangguk setuju.

"Makasih ya udan belain." Ujar Nana sembari terkekeh.

Jeno mengangguk dan melanjutkan makannya.

Sedang asik Jeno makan, ia melihat Nana yang terdiam menatap pasangan yang melakukan adegan suap-suapan.

Jeno mengangguk paham, harus paham.

"Cobain punya aku, enak." Ujar Jeno sembari menyodorkan sesendok makannya di hadapan mulut Nana.

Nana menoleh ke arah Jeno dengan tatapan herannya.

Jeno mengangguk.

"Cobain." Ujar Jeno lagi.

Jeno dapat melihat Nana yang tersenyum dan kemudian membuka mulutnya, menerima suapan darinya.

Lalu Nana terlihat bangga saat orang lain tak sengaja melihat ia yang di suapi suaminya itu.

Jeno yang melihat tingkah Nana itu terkekeh.

Ternyata perlakuan sepele di depan umum bisa membuat Nana sebahagia itu.

Ya memang sepele bagi Jeno, tapi dia sendiri pun tidak pernah melakukan hal itu di depan khalayak ramai, pada siapapun, termasuk pada mantan-mantannya, first time itu pada Nana.









HTS (Hard To Soft)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang