Hard To Soft menceritakan tentang kedua pasangan yang mempunyai ego tinggi dan keras kepala yang sama.
Mereka anak pertama dan anak bungsu.
Anak pertama yang tegas dan bijaksana itu harus berjodoh dengan anak bungsu yang semua inginnya harus di tur...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Nana pikir dia hanya di bawa ke kamar mandi saja, ternyata tidak.
Jeno ikut membantunya mandi, padahal Nana sudah menolak karna alasan bisa sendiri, dan Nana pun malu juga sebenarnya walau Jeno adalah suaminya.
Tapi Jeno kekeuh membantu Nana mandi.
Tak sampai di situ, Jeno juga kini sedang memakaikan Nana baju, tanpa peduli wajah Nana yang memerah malu.
Keduanya mungkin bukan lagi pengantin baru, tapi mereka untuk yang pertama kalinya seterbuka itu, memperlihatkan diri masing-masing dengan keadaan tanpa benang sehelai pun.
"Mau sarapan apa sayang?" Tanya Jeno.
"Terserah" jawab Nana yang kini hanya bisa berbaring, karna bagian bawahnya yang terasa sakit ketika ia duduk ataupun berjalan.
"Ya udah, bubur ayam aja gimana?" Tanya Jeno.
"Aku kan gak lagi sakit Mas, cuma gak bisa jalan, gak mau makan bubur-bubur gitu" Jawab Nana.
"Tadi katanya terserah" ujar Jeno tak paham.
"Iya terserah, tapi gak mau bubur-bubur gitu" balas Nana.
Jeno menghela nafas.
Harus udah biasa, Nana kan memang ngeselin, batin Jeno.
"Ya udah berarti mau sarapan kayak biasanya ya?" Tanya Jeno lagi yang di balas anggukan oleh Nana.
"Udah siap berarti, bibi udah masak. Bentar biar aku ambilin dulu" ujar Jeno yang setelah itu berlalu keluar kamar.
Nana menghela nafas dan meraih ponsel Jeno yang ada di atas nakas.
"Masih gak di kasih password" gumam Nana.
Nana tak peduli kalau Jeno marah lagi dengan dirinya karna hal privat atau apalah itu.
Ia hanya perlu memastikan semisal ia mencintai Jeno tidak akan ada lagi penghalang.
Bagaimanapun mereka sudah mengikat satu sama lain semalam, sudah menanam benih, yang mana benih tersebut akan lahir sebagai seorang bayi dari darah daging mereka berdua.
"Ngapain?" Tanya Jeno yang beberapa menit berikutnya masuk dengan membawa sepiring nasi beserta lauk pauknya.
Nana menunjukkan ponsel Jeno tanpa rasa bersalah dan takutnya.
"Lagi cek ponsel aja, siapa tau hilang mantan terbitlah gebetan kan" Jawab Nana.
Jeno mendekat dan mendudukkan dirinya di tepian kasur.
"Bisa duduk gak?" Tanya Jeno.
"Sakit" Jawab Nana tanpa menoleh, masih fokus dengan ponsel Jeno.
"Ya udah di tinggikan aja bantalnya" ujar Jeno sembari menarik satu bantal di samping Nana dan mengangkat kepala Nana untuk menambahkan bantal tersebut hingga kini posisi kepala Nana lebih terangkat dari tadi.