Hard To Soft menceritakan tentang kedua pasangan yang mempunyai ego tinggi dan keras kepala yang sama.
Mereka anak pertama dan anak bungsu.
Anak pertama yang tegas dan bijaksana itu harus berjodoh dengan anak bungsu yang semua inginnya harus di tur...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di perjalanan pulang, Jeno sama sekali tidak mendengarkan penjelasan Nana yang mengatakan kalau Kakak nya lah yang mempunyai ide melepas cincin nikahnya.
Nana rasanya ingin menangis kalau di diamkan seperti ini, padahal mulutnya sudah capek menjelaskan semuanya.
Belum lagi wajah datar suaminya itu yang membuatnya merasa resah dan takut.
Sesampainya di rumah dan memarkirkan mobil di garasi, Nana Jeno paksa keluar mobil dengan cara kembali memikul Nana layaknya karung beras.
Nana memberontak sembari memukul-mukul punggung belakang Jeno.
"Lepasin Jeno!!" Ronta Nana.
PLAKK!
Nana meringis merasakan pantatnya di tampar Jeno.
Setelah itu Nana menutup bibirnya rapat, takut di tampar lagi nanti pantatnya.
Belum lagi Nana merasa sangat malu karna Art yang ada di rumah mereka itu melihat Jeno menampar pantatnya.
Pokoknya Nana kesal sama Jeno!.
Dan kini mereka memasuki kamar.
Jeno menutup dan mengunci pintu kamar, lalu setelah itu ia membanting Nana ke kasur.
"Sakit Jeno.." rengek Nana.
Namun Jeno tak memperdulikan, malahan ia membuka kancing kemeja lengan pendek Nana itu.
"Kamu mau ngapain ih!" Kesal Nana sembari menahan tangan Jeno.
Namun sia-sia, Jeno menepis tangannya dengan terus menerus.
"Jeno! Kamu mau ngapain?!" Sentak Nana lagi saat Jeno menarik celananya turun.
Lalu ia memperhatikan Nana yang kini sudah bugil di atas kasur.
"Bikin anak, seperti kemauanmu! Aku udah gak peduli kamu mau bisa atau enggak ngurus anak! Ini semua kemauanmu kan?! Di kasih tanda cincin demi kebaikan mu malah kamu buang! Kayaknya kamu memang mau di kasih tanda kayak gini biar kamu sadar kalau kamu itu udah punya suami!" Ujar Jeno sembari membuka baju dan celana beserta dalaman nya.
Nana terpaku melihat kejantanan suaminya itu.
"Kenapa?!" Tanya Jeno sembari mengocok penisnya yang gemuk dan panjang itu.
Nana menggeleng pelan dengan mata berkaca-kaca nya.
"Gak mau.." lirih Nana.
Jeno mendengus dan menaiki tempat tidur.
"Harus mau! Katanya mau punya anak?!" Ujar Jeno.
"I-iya, tapi takut, nanti sakit. Penismu besar.."cicit Nana.
Jeno menghela nafas.
"Aku benar-benar marah sama kamu Na, kenapa kamu sampai membiarkan cincin pernikahan kita lepas dari jarimu, apapun itu alasannya. Apalagi hanya karna alasan untuk membuatku kesal dan cemburu, itu sangat buruk. Tapi aku juga tidak bisa marah, apalagi dalam keadaan kita seperti sekarang, aku takut menyakitimu, jadi aku mohon jangan buat aku semakin kesal" mohon Jeno.