Saat kami keluar dari Istana, Zester dan Javier sudah menunggu di dekat kereta kuda. Aku bilang, aku sudah muak dengan Aurum.
Aku ingin segera kembali ke Scarlette. Masa bodoh dengan undangan pesta kerajaan.
Seluruh penjuru Galray memanglah mengkilap nan bercahaya karena emas. Namun, semua ini sesungguhnya hanya untuk menutupi kebusukan yang tersembunyi.
Verona tidak berkomentar apapun saat kereta kuda kami bergegas keluar dari gerbang masuk Galray.
Sekali lagi aku menengok ke belakang. Perasaan was-was menghantuiku. Tidak mungkin keluarga kerajaan akan tinggal diam atas sikap Tuan Putri yang menolak diakui sebagai anggota Keluarga Kerajaan.
***
Kala hari berubah gelap, kami memutuskan untuk menetap sementara di sebuah penginapan kecil di suatu desa.
Tentunya karena memasuki desa manusia, aku, Zester dan Javier harus menyamar. Menyembunyikan warna rambut kami dengan rambut palsu dan menyihir mata merah kami menjadi warna lain agar tak mengundang keributan.
"Verona, kau mau makan? Pemilik penginapan sudah membuatkan makan malam." Aku masuk ke kamar dan membawa nampan berisi semangkuk sup serta roti.
Sejak kami meninggalkan Galray begitu mendadak, Verona tidak protes atau mengatakan sepatah kata. Dia seterusnya murung seolah dunia sudah berhenti berputar baginya.
Aku menghela napas dan melempar rambut palsuku ke atas lemari.
"Verona." Aku memanggil dan memutuskan berbaring di samping wanita itu. Kemudian mendekapnya erat.
"Verona, aku minta maaf karena kita tidak menginap di tempat yang lebih mewah. Nanti saat kita tiba di Scarlette, aku akan menyuruh para pelayan mempersiapkan sprei dan sarung bantal yang baru untuk kamarmu. Lalu nanti tuan koki akan memasak---"
Dia menggeleng.
"Lalu ada apa?" Aku berbisik.
Aku malu, itu yang Verona tulis. Aku memperlihatkanmu sisi keluargaku yang kubenci.
Verona sebenarnya ingin menjalani hidup yang baru jauh dari Keluarga Kerajaan. Dia ingin menjadi sosok yang tegar, serta melupakan dosa di masa lalu dan undangan dari raja, membuatnya meyakini mungkin ada seseorang yang merindukannya kembali.
Aku tidak tahan bagaimana Ratu memperlakukan kita. Aku tidak bisa lupa fakta bahwa Ratu sendiri yang ingin menyingkirkanku sejak kecil.
Aku benci Baginda Raja karena ... aku kira dia peduli padaku. Aku tidak meminta banyak. Aku hanya ingin dipeluk, lalu dia bertanya bagaimana selama ini aku hidup. Dia akan minta maaf dan memohon agar kami bisa menjadi keluarga kembali.
Sekarang, dia pasti membenci kita berdua.
Aku memeluk Verona lebih erat dan dengan nada datar bertanya, "Ngomong-ngomong bagaimana selama ini kau hidup? Apa yang kau lakukan sampai ditangkap pedagang budak? Apa yang terjadi sebelum kita bertemu?"
Untuk pertama kalinya Verona mendengus tawa tepat setelah keluar dari Istana yang memuakkan.
"Kenapa kau tertawa?" Aku tersenyum dan kembali memohon. "Ceritakan saja. Lama-lama aku juga penasaran."
Verona memutar bola matanya. Ceritanya akan panjang.
"Kalau begitu coba saja ditulis di buku saja dulu. Tapi kau juga harus sambil menghabiskan makan malam, bagaimana?"
Malam itu, aku akhirnya bisa membujuk Verona makan malam. Dia sibuk menulis cerita hidupnya di buku catatan dan aku menyuapinya makan.
Verona bilang dulu dia adalah putri tunggal dari Natalia Curtis. Mereka berdua tinggal di mansion jauh dari kota Galray. Verona dibesarkan oleh kasih sayang ibunya dan para pelayan yang ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scarlette Lips (TAMAT)
Romance21+ Tuan Ignatius adalah pembunuh yang bertransmigrasi menjadi vampir di negara yang membenci ras vampir. Verona adalah budak bisu yang Ignatius beli saat dia bosan dan lapar. Bukannya merasa kenyang, Verona justru membawa badai kepada bangsa vampir...