14 - Verona dan Kebenaran Mata Emas

136 16 0
                                    

"Sekarang beri tahu aku. Katakan siapa sebenarnya dirimu dan mengapa engkau pergi ke hutan monster. Lalu menyelamatkan perempuan yang memiliki sihir suci bernama Cordellia Flamel."

Hari ini ada terlalu banyak yang bisa dimengerti oleh makhluk manapun.

Penglihatan yang datang begitu saja seperti hujan badai. Tentang wilayah Scarlette yang berkonflik dengan Putra Mahkota Aurum.

Bukan hanya menelantarkan nyaris seribu nyawa manusia melayang karena terlambat diobati.

Ignatius Scarlette dituduh membunuh tunangan Putra Mahkota.

Mayat Cordellia Flamel ditemukan tercabik di dekat wilayah Scarlette. Para bangsawan langsung berpendapat itu adalah ulah vampir liar yang kelaparan. Memangsa manusia tanpa pandang bulu dan membuang mayatnya bagai seonggok sampah.

Kejadian itu menjadi kontroversi hebat yang melambungkan nama Altair Aurum. Pengadilan kerajaan pun mengizinkan Altair memberantas semua vampir di wilayah Scarlette hingga tak tersisa.

Aku tidak melihat bagaimana nasibku sendiri di penglihatan tersebut. Kurasa aku kabur dari Scarlette.

Namun, Ignatius ... hingga detik terakhir pun dia tidak ingin meninggalkan Scarlette. Bahkan ketika semua anggota keluarganya pergi menyelamatkan diri.

Ignatius lebih memilih binasa di dalam api kastilnya sendiri.

Hanya sebuah bayangan masa depan singkat yang mengerikan. Menerjang pagi yang damai menjadi bencana. Aku panik dan tidak mengerti pula mengapa harus merasa panik.

Aku hanya tahu ... aku benci masa depan yang kulihat.

Maka dari itu, kukerahkan segala cara untuk mencari keberadaan Cordellia Flamel sesuai dengan nubuwat dari Dewa-Dewi.

Aku harus menyelamatkan tunangan Putra Mahkota. Hanya itu.

Aku hanya perlu membawanya ke Scarlette dalam keadaan hidup. Sisanya bisa dipikirkan nanti.

Namun ....

Ignatius si bodoh ini .... Mengorbankan tangan kanannya untuk melindungiku. Darahnya habis digunakan untuk bertarung melawan monster.

Aku tahu Ignatius itu orang gila, tetapi bukan seperti dia langsung meloncati api neraka demi diriku.

"Astaga, kenapa kau menangis?!!" Ignatius buru-buru menengok ke sana kemari. Mencari sesuatu yang bisa menyeka mata yang basah.

Aku tidak mungkin berpura-pura bodoh selamanya di hadapan sang pemimpin bangsa vampir abad ini.

Namun, apa aku bisa memercayai Ignatius?

Aku bisa memercayakan nyawa dan keamananku padanya. Aku tidak punya pilihan lain selain bersembunyi dengan perlindungan Ignatius. Lucunya aku tak bisa memberi tahukan mata terkutuk ini padanya.

Sudah cukup jika Ignatius dan bangsa vampir berjuang untuk mendapatkan hak hidup di tanah Aurum.

Jika aku melibatkan mereka lebih dalam, baginda ratu akan mengira bangsa vampir memanfaatkan keturunan Aurum untuk merebut tahta.

Sungguh, aku tidak sanggup.

Sudah cukup. Aku sudah cukup melihat kematian karena mata sialan ini.

"Baginda Ratu memberi pesan padamu; semua kematian ini terjadi karena kamu lahir. Camkan itu sampai mati!"

Aku sudah menerima nasib jika lidahku mendapatkan karma. Aku tidak takut hidup selamanya menjadi si bisu. Aku hanya berharap Dewa-Dewi mengizinkanku menjadi buta saja.

Jika aku buta ... maka aku tidak lagi mengancam hidup siapapun

Jika aku menyadari konsekuensi mata ini sejak awal, maka sepatutnya nyawa ibuku, tuan butler, nenek pengasuh, semua pelayan yang berpihak padaku, tidak akan dibakar atau dipenggal atau disiksa dengan keji.

Scarlette Lips (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang